Tradisi Manjalang Mintuo di Sijunjung

Oleh : Sowatul Islah
(Mahasiswa Universitas Andalas, Jurusan Sastra Daerah Minangkabau)

Minangkabau adalah suatu kelompok yang berada di nusantara yang memiliki wilayah persebaran kebudayaan meliputi kawasan yang sekarang disebut dengan propinsi Sumatra Barat, kecuali Kepulauan Mentawai. Berbagai tradisi dimiliki oleh masyarakat Minangkabau, salah satunya adalah Manjalang Mintuo.

Tradisi ini adalah tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu. Tradisi ini adalah tradisi dimana yang dilakukan oleh menantu perempuan yang baru menikah. Tradisi ini adalah Tradisi wajib dilakukan oleh Seorang perempuan yang baru menikah. Setiap tradisi itu pastilah ada aturannya. Manjalang mintuo ini adalah tradisi di Minangkabau dimana menggambarkan seorang menantu baru yaitu bagi perempuan yang baru menikah untuk mengusung Ibu dan suaminya pada sehari atau Seminggu setelah menikah.

Manjalang adalah salah satu bagian dari tradisi pernikahan di Minangkabau yang dilakukan sete;ah akad nikah dan pesta perkawinan. Tradisi ini biasanya dilakukan pada sore hari atau malam setelah magrib. Tujuan manjalang mintuo menurut adat Minangkabau ini adalah untuk salah satu memenuhi tanggung jawab diri sendiri. Bak kata papatah, nyampang makan jo tangan, ganggam lah nasi dengan ujung jari dan juga bawa ke mulut pelan-plan anak daro jalan juga tidak boleh cepat-cepat.

Jalan anak daro itu harus pelan-pelan, bak petatah Minang katakan, alu tataruang patah tigo, samuiak tapijak indak mati. Salah satu adat, dan juga simbol dari sebuah kehormatan menantu dan mertuanya,mertua adalah mintuo di bahasa Minangkabau. Mintuo adalah sebutan orang tua suami maupun istri di Minangkabau, dan juga kata sapaan kepada orang tua istri dan suami. Selain itu bagi seorang istri atau perempuan di Minangkabau juga memiliki larangan tertentu atau pantangan.

Baca Juga :  Menjinakkan "Monster Birokrasi": Kajian Aktual Demokrasi Indonesia Pasca Orde Baru

Menantu pérempuan dengan mertuanya sendiri dan bukan hanya antara menantu perempuan dengan mertuanya. Tapi juga dengan keluarga antara dua orang mempelai dan juga memiliki untuk menyatukan atau untuk menambah keeratan persaudaraan atau kekeluargaan maupun juga di dalam masyarakat. Sebelum dilakukan acara manjalang mintuo juga dilakukan beberapa acara dalam pernikahannya.

Yang Pertama adalah Marasek. Ini adalah urutan pertama dalam upacara pernikahan. Calon Mempelai Perempuan datang menghadiri atau mendatangi keluarga calon laki-laki. Tujuannya untuk saling mengenal kedua belah pihak, dan lebih menjalin hubungan silahturahmi.
Tradisi manjalang mintuo ini juga ada dua macam yaitu manjalang mintuo setelah nikah atau manjalang mintuo pertama kali.

Tradisi manjalang mintuo pertama kali juga memiliki aturan adat dan juga tidak dilakukan oleh suami dan istri saja tapi juga ada keluarga atau rombongan dua belah pihak mempelai laki-laki dan mempelai perempuan, tapi harus juga mengikuti aturan adat mulai apa saja yang akan dibawa dan kapan waktu dari keluarga atau rombongan perempuan datang ke rumah mertuanya itu.

Jadi harus ditentukan dulu harinya supaya lebih mudah untuk menentukan kapan memasak dan persiapan lain juga. Kalau manjalang mintuo yang bukan pertama kali biasanya dilakukan pada hari raya Idul Fitri dimana biasanya dilakukan pada hari ke 2 hari raya Idul Fitri yaitu yang datang ke rumah mertua adalah suami dan istri kalau mereka belum punya anak.

Kalau sudah punya anak, mereka itu pergi sekeluarga untuk melihat orang tua dan nenek dari anak-anaknya.
Dan ada juga pada adat Minangkabau tradisi manjalang mintuo itu yang hanya pergi manjalang adalah sendiri dan tidak ditemani keluarga dan kerabat. Karena itu juga ada dulu keputusan antara dua pihak keluarga mempelai laki-laki dan juga mempelai wanita. Bawaan menantu ke rumah mertuanya adalah lamang gantiang yaitu lamang yang dihiasi, dan rantang yang berisi nasi, ayam, gulai, sambal, ikan,dan juga ada ayam bulek dan kue.

Baca Juga :  KKN di Masa New Normal

Biasanya menantu memakai suntiang ke rumah mertuanya dan juga pakai baju adat Minangkabau begitu juga dengan laki-lakinya, yang dipayungi oleh bako dari masing-masing mempelai wanita ataupun laki-laki. Bako ini adalah sebutan untuk kerabat atau kelurga dari ayah mempelai perempuan dan juga mempelai laki-laki. Kemudian mereka diarak dengan Talempong menuju rumah mertuanya.