Oleh: Reziq Marchellino Irwan (Mahasiswa Biologi FMIPA universitas Andalas Padang)
Sejak tahun 2008, pembunuhan terhadap badak putih teruslah meningkat hingga akhirnya mencapai puncaknya pada tahun 2011. Terdapat sekitar 448 ekor badak diburu dan dibunuh pada tahun itu. Masalahnya, kebanyakan pemburu adalah pemburu amatir, sehingga mereka tidak pandang bulu, bahkan badak yang masih kecil kecil pun dibunuh.
Menurut World Wildlife Fund (WWF), pada awal abad ke-20 terdapat sekitar 500.000 ekor badak dari berbagai jenis yang hidup di Bumi. Namun saat ini, hanya ada kurang dari 30.000 ekor yang tersisa. Selain itu, perdagangan cula badak ilegal mengancam kelangsungan hidup badak. Perburuan liar untuk diambil culanya telah menyebabkan penurunan populasi badak yang signifikan. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa perdagangan cula badak ilegal merupakan ancaman yang serius bagi kelestarian badak.
Obat tradisional China yang dibuat dari cula badak sudah dikenal selama lebih dari 2.000 tahun dan digunakan untuk mengobati demam, reumatik, asam urat, dan penyakit lainnya. Bagian paling berharga dari badak ini juga dianggap dapat menyembuhkan racun ular, halusinasi, tifus, sakit kepala, keracunan, bahkan kerasukan makhluk halus. Dampak negatif dari kepercayaan terhadap manfaat cula badak dapat sangat merugikan, baik bagi badak itu sendiri maupun bagi manusia.
Perburuan liar untuk diambil culanya telah menyebabkan penurunan populasi badak yang drastis dan mengancam kelestarian spesies ini. Selain itu, perdagangan cula badak ilegal juga berkontribusi pada korupsi dan kejahatan terorganisir, merusak upaya konservasi dan pembangunan berkelanjutan.
Akan tetapi mengutip dari artikel Ilmiah “Ethnopharmacology of Rhinoceros Horn II: Antipyretic Effects of Prescriptions Containing Rhinoceros Horn or Water Buffalo Horn” menyebutkan bahwa cula pada hewan badak tidak memiliki senyawa yang mampu untuk mengobati penyakit apapun. Hal ini dikarenakan cula badak hanyalah bagian yang sama dengan kuku manusia. Memahami hubungan antara bukti ilmiah dan manfaat cula badak sangat penting untuk konservasi badak. Dengan mengandalkan bukti ilmiah, kita dapat membuat keputusan yang tepat untuk melindungi badak dan habitatnya.
Studi yang dilakukan oleh University of Oxford pada tahun 2015 meneliti efektivitas cula badak dalam mengobati kanker. Studi ini menemukan bahwa cula badak tidak memiliki efek antikanker, bahkan dapat berbahaya jika dikonsumsi. Studi-studi ini memberikan bukti ilmiah yang kuat bahwa cula badak tidak memiliki manfaat obat.
Keyakinan terhadap manfaat cula badak didasarkan pada mitos dan kesalahpahaman, dan tidak didukung oleh bukti ilmiah. Pembuktian secara Moleculer dilakukan secara ilmiah yang menghasilkan bukti bahwa cula badak hampir sama dengan kuku pada kuda dan kuku manusia yang hanya mengandung keratin. hal ini juga dipaparkan dari riset yang dimuat pada Live Science bahwa dengan mengonsumsi cula badak dalam bentuk base material apapun samasekali tidak mempengaruhi fisiologis tubuh dalam mengobati suatu penyakit dan tidak dapat untuk digunakan sebagai bahan baku obat.
Pembuktian molekuler terhadap bahan baku yang diduga berasal dari cula badak mungkin melibatkan identifikasi komponen seperti keratin, namun tidak ada substansi atau molekul aktif yang terbukti memiliki manfaat medis yang lebih besar daripada keratin dari sumber lain. Sebagian besar ilmuwan dan ahli medis telah menolak penggunaan cula badak untuk tujuan medis karena tidak ada bukti ilmiah yang memadai yang mendukung klaim tersebut.
Menilai dampak negatif dari kepercayaan terhadap manfaat cula badak sangat penting untuk mengembangkan strategi konservasi yang efektif dan meningkatkan kesadaran masyarakat. Memahami hubungan antara kepercayaan yang salah dan dampak negatifnya dapat membantu kita mengubah perilaku dan sikap, serta mendukung upaya untuk melindungi badak dan habitatnya.
Dengan mengatasi dampak negatif dari kepercayaan terhadap manfaat cula badak, kita dapat berkontribusi pada upaya konservasi spesies yang terancam punah ini dan memastikan keseimbangan ekosistem untuk generasi mendatang. Sesuai dengan judul, tujuan dilakukan nya konservasi terhadap cula badak ini meliputi berbagai aspek yang berkaitan lingkungan dan masyarakat dalam mendukung biodiversitas pada habitat Badak didunia.
Adapun beberapa tujuan utama dari konservasi badak ini yaitu melindungi dan memulihkan fungsi ekologisnya serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan manfaat menjaga dan melestarikan hewan tersebut agar tidak punah.
Sehingga dapat dibuktikan bahwa pengonsumsian cula badak hanyalah mitos dari zaman dahulu yang tidak perlu diikuti lagi apalagi badak sendiri merupakan hewan yang perlu dilindungi karena terancam punah.
Badak yang hidup di dunia ini haruslah dilindungi untuk kelangsungan hidupnya, serta menjaga dari kepunahan hewan langka di seluruh dunia akibat ulah manusia. Ini seharusnya dapat dicegah sehingga alam menjadi seimbang dan anak cucu kita tidak mendapatkan masalah lingkungan karena sangat penting untuk bersikap kritis terhadap klaim manfaat cula badak dan mengandalkan bukti ilmiah dalam mengambil keputusan.
Dengan memahami bukti ilmiah dan studi kasus, kita dapat membuat keputusan yang tepat untuk melindungi badak dan habitatnya. Pembuktian molekuler terhadap bahan baku obat dari cula badak tidak dapat dibenarkan jika tujuan utamanya adalah untuk melindungi spesies badak yang terancam punah. Alih-alih mencari pembenaran untuk penggunaan cula badak, lebih baik fokus pada pendekatan ilmiah yang mendukung pengembangan alternatif medis yang lebih berkelanjutan, serta upaya konservasi yang lebih kuat untuk memastikan kelangsungan hidup badak di alam liar. Kunci untuk menyelamatkan populasi badak adalah penguatan hukum, pengurangan permintaan terhadap produk ilegal, dan pengembangan solusi berbasis sains yang tidak merusak alam dan hewan. (*)
Sumber gambar: diakses dari google free download