Tanah Datar, JurnalMinang.Com. News&Web TV. Tim peneliti bahasa dan sastra dari Badan Pembinaan dan Pelestarian Bahasa Nasional bersama Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat melakukan pemetaan sastra lisan di kab. Tanah Datar. Kegiatan ini dimulai tgl 16 Maret dan akan berlangsung selama seminggu.
Untuk melakukan penelitian ini tim dari Jakarta dan Padang ini dibantu oleh Bidang Kebudayaan Kab.Tanah Datar serta seorang akademisi dan juga peneliti dari IAIN Batusangkar Irwan Malin Basa.
“Penelitian ini bertujuan untuk memetakan sebaran sastra lisan yang ada di masing masing kecamatan serta nagari yang ada di Luak Nan Tuo” ujar Irwan Malin Basa ketika berbincang dengan media Jurnalminang di Batusangkar. Lebih dalam lagi, Irwan Malin Basa memaparkan bahwa ada beberapa sastra lisan yang perlu dikaji karena ini adalah budaya kita.
Ada sastra lisan yang sudah punah, ada yang sakarat dan ada yang masih lestari. Salah satu sastra lisan yang ada di nagari Andaleh Baruah Bukik yaitu mantra untuk mengambil air nira. “Ritual dan mantra ini dulu pernah ada, tetapi sekarang sudah jarang yang menggunakan nya” tutur Mak Katik Mangkuto yang merupakan salah seorang tetua adat di daerah Andaleh yang dulunya berprofesi sebagai pengambil air Niro.
Di kec. Pariangan banyak sekali sastra lisan yang perlu dikaji. Ada pasambahan adat, pidato adat, managua, pidato kubur, dan lain sebagainya. Di kec. Lintau Buo Utara ada Badikia dan di daerah Rao Rao dan Kumango ada acara Batintin yang sudah sangat langka pewaris nya.
“hasil pemetaan ini akan dijadikan dasar untuk membuat kebijakan pada tahun berikutnya apakah sastra lisan di Luak nan Tuo ini akan direvitalisasi, dikonservasi, dilestarikan atau mungkin akan dimuseumkan saja. Tentu kita tidak ingin khazanah budaya kita hilang begitu saja” ujar Krisnawati dari Balai Bahasa Sumbar. (Red/Jm).