Suara Hati Hutan dan Pentingnya Konservasi Hutan, Apakah Hutan Indonesia Sudah Baik?

Opini: Dian Maharani Dewantara (Mahasiswa Biologi, FMIPA Universitas Andalas Padang)

Di tengah hutan yang lebat dan luas, pepohonan yang berdiri tegak dan saling berjajar membentuk kanopi yang melindungi tanah dari teriknya sang surya. Daun-daun hijau yang lebat menari-nari diterpa angin, membiarkan sinar sang surya masuk. Udara segar yang penuh dengan oksigen mengalir bebas, menjaga keseimbangan setiap makhluk yang tinggal disana. Di bawahnya terdapat tanah yang lembab dengan menyimpan kehidupan serangga, jamur, rumput-rumput hijau yang tumbuh subur dan suara kicauan burung yang mengisi udara, seolah menyanyikan lagu kehidupan yang abadi.

Di hutan ini setiap hembusan angin membawa kehidupan. Kicauan burung yang riang seakan berbicara tentang keabadian hutan yang tak terjamah. Hewan-hewan kecil seperti kupu-kupu dan jangkrik terbang dengan indah di antara semak-semak. Mereka mencari makanan, berlindung dan bermain dalam kedamaian yang hanya bisa ditemukan ditempat yang terlindung dari tangan manusia.

Namun, tak lama kemudian, hutan mulai merasakan perubahan. Tangan manusia datang, menggergaji batang-batang pohon dan menebang dengan cepat, meninggalkan ruang kosong di antara pohon-pohon yang masih tegak. Hutan itu terdiam. Tanpa suara, tanpa keluhan. Yang tersisa hanya tanah yang gersang, tak mampu lagi menahan akar-akar yang dulunya begitu kuat. Sang surya yang dulu hanya menyentuh bagian atas kanopi kini menyinari tanah yang terbuka.

Walau demikian, alam tak pernah meninggalkan harapan. Waktu yang berlalu membawa perubahan halus. Tumbuhan liar yang tersisa mulai menumbuhkan akar mereka kembali, meski rapuh. Dari tanah yang kosong, tumbuhan-tumbuhan baru mulai merambat, membentuk lapisan hijau yang tipis. Angin membawa benih-benih baru dari pohon-pohon yang masih tersisa, dan perlahan-lahan mereka mulai tumbuh kembali.

Baca Juga :  Diropslat BASARNAS: Operasi SAR Kemungkinan Tetap Dilanjutkan Pasca Hari ke Tujuh

Hujan datang, meski tidak seperti dulu, dengan curah yang lebih sedikit. Namun, setiap tetes air meresap ke dalam tanah yang kini sedikit lebih subur. Tanah itu mulai bernafas kembali, dan dengan itu kehidupan kecil mulai tumbuh rumput-rumput, semak-semak, dan pohon-pohon muda yang perlahan menembus cahaya. Pohon-pohon muda mulai tumbuh, menyerap air dan sinar matahari dan menguatkan kembali hutan yang hamper hilang.

Tahapan demi tahapan, hutan itu kembali perlahan pulih. Tidak ada manusia yang melihatnya, tidak ada mata yang mengamati. Ini adalah proses yang hanya bisa dipahami oleh tanah, udara, dan waktu. Hutan itu tahu, bahwa meski kehilangan sebagian dari dirinya, ia tetap bisa pulih, meskipun tidak sepenuhnya sama seperti dulu. Di bawah mikroorganisme bekerja tanpa kenal lelah, membentuk kembali struktur tanah yang telah rusak. Beberapa jenis satwa yang sempat hilang mulai kembali, mencari tempat berteduh di bawah naungan pohon yang tinggi. Sungai yang dahulu kotor kembali mengalir bersih, memantulkan langit yang cerah.

Di hutan, kehidupan kembali menemukan ritmenya.
Konservasi hutan dimulai dengan pengakuan akan pentingnya keseimbangan alam yang rapuh ini. Meskipun masih ada ancaman yang terus menghantui, hutan ini menunjukkan daya tahan yang luar biasa. Setiap daun yang tumbuh, setiap akar yang melekat pada tanah adalah simbol kekuatan alam yang tidak bisa dipadamkan. Hutan itu tahu, dalam diamnya bahwa ia akan kembali tumbuh meski membutuhkan waktu yang sangat lama. Alam selalu punya cara untuk memulihkan dirinya sendiri tanpa campur tangan manusia.

Dibalik itu semua, kita juga harus memiliki kesadaran yang penuh dan tanggung jawab yang besar terhadap lingkungan sekitar. Dengan mengubah sudut pandang manusia dimulai dari lingkungan terdekat seperti keluarga dengan cara mulai pendidikan sejak dini akan pentingnya konservasi hutan dan menjaga lingkungan sekitar. Sehingga generasi yang akan datang akan sadar pentingnya konservasi hutan dan menjaga lingkungan sekitar. Jika hutan hancur, bukan hanya pohon yang hilang, tetapi seluruh ekosistemnya flora dan fauna, air, dan udara akan terganggu.

Baca Juga :  Pundi Pundi Medali Kontingen UIN Batusangkar Semakin Bertambah pada Ajang PKM III

Namun, di tengah kekhawatiran tersebut, muncul sebuah gelombang baru. Sebuah kelompok generasi muda yang dikenal dengan sebutan Generasi Z mulai mengambil langkah nyata. Mereka adalah yang lahir dalam dunia yang telah bertransformasi secara era digital, namun memiliki kesadaran lingkungan yang luar biasa tinggi.

Dengan akses informasi yang luas dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan cepat melalui media sosial, Gen Z memanfaatkan platform-platform ini untuk menyebarkan pesan tentang pentingnya konservasi hutan. Mereka melakukan sosialisasi atau kampanye untuk mengajak masyarakat memahami betapa pentingnya peran hutan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dunia dan betapa besar dampak yang ditimbulkan oleh kerusakan hutan terhadap masa depan bumi ini.

Selain itu, generasi ini turut berinovasi dengan mengembangkan teknologi yang mendukung upaya pelestarian hutan. Aplikasi pemantauan hutan yang menggunakan data satelit membantu memantau deforestasi secara real-time, sementara teknologi blockchain digunakan untuk memastikan rantai pasokan produk yang tidak merusak hutan. Dengan solusi berbasis teknologi ini, Gen Z mengubah cara dunia melihat konservasi hutan, menjadikannya lebih transparan dan berbasis data.

Dengan semangat dan tekad besar mereka, generasi ini berhasil mengubah paradigma. Mereka menunjukkan bahwa teknologi dan inovasi bisa menjadi alat yang sangat ampuh dalam upaya pelestarian alam atau konservasi hutan. Berbagai kampanye edukasi dan kesadaran yang digerakkan oleh mereka atau Gen Z ini menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia untuk lebih peduli terhadap hutan dan lingkungan sekitar.

Hutan-hutan yang dulunya terancam kini mendapatkan perlindungan yang lebih baik, berkat kebijakan-kebijakan baru yang lebih berpihak pada kelestarian alam. Melalui semangat kolektif, Gen Z membuktikan bahwa peran mereka dalam konservasi hutan tak bisa dipandang sebelah mata. Mereka menjadi agen perubahan, tidak hanya bagi diri mereka sendiri, tetapi juga bagi planet yang mereka warisi untuk generasi mendatang. (*)

Baca Juga :  Mandala Finance Bantu Rp.120 JT untuk Korban Galodo, Wabup Richi Aprian Ucapkan Terimakasih

Sumber gambar: pinterest