Bintang yang Dibeli Bukanlah Penghargaan Dari Prestasi

Oleh: Sts.Dt.Rajo indo, S.H, M.H.

Hari pers nasional (HPN) disamping menunjukan dan merayakan berulang tahun juga merupakan evaluasi dari fenomena yang berlalu. Karena itu setiap HPN selalu ada seminar berbagai persoalan yang terjadi. Dari seminar itu akan lahir suatu pendapat dan kesimpulan yang bertujuan untuk melakukan terobosan baru.

Sehubungan dengan itu ada yang mengatakan, HPN hari ulang tahun profesi wartawan. Adapula yang menyampaikan papan ucapan selamat hari lahirnya Persatuan Wartawan lndonesia (PWI). Persatuan wartawan lndonesia itu lahir 9 Februari tahun 1946 di kota Solo. Sedangkan HPN lahirnya dari keputusan Presiden Soeharto pada zaman Orde Baru.

Dari itu tampak dan jelas kelahiran perkumpulan wartawan yang bernama persatuan wartawan lndonesia (PWI) dengan pers tidaklah sama. Namun identik karena isi dari pers itu yang utamanya memang wartawan. Disamping itu ada sejumlah pihak yang terkait dalam mempublikasikan karya wartawan, itu juga anggota pers.

Maka berbicara Hari Pers Nasional atau HPN tidaklah bisa dipisahkan antara hari ulang tahun untuk bagi orang yang berprofesi wartawan. Begitupun sebaliknya, membicarakan hari ulang tahun persatuan war tawan lndonesia (PWI) tidak bisa mengenyampingkan HPN. Kendatipun HPN tersebut lahirnya lebih muda 39 th dari PWI.
HPN dimunculkan dengan mengadopsi dari hari lahirnya PWI itu.

Dari adopsi itu Presiden R.I, Soeharto menyatakan tgl 23 Januari 1985 dengan suatu Kepres dibawah No.5 th 1985 adalah hari pers nasio nal. Jadi PWI dan HPN merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Justru itu hari ulang tahun PWI sekaligus hari pers nasional.

Dalam HPN itu ada upaya mengenang para wartawan yang gugur saat menjalankan tugasnya. Kalau scop dunia kita kenal tgl 19 November sebagai hari Jurnalis lnternasional. Seiring dengan itu juga perlu
menghargai kejujuran wartawan itu bersama anggota pers.
Apalagi tantangan bagi pasangan PWI dengan HPN pada era digital bukanlah ringan. Baik dalam menyeludupkan rumus berita 5 W+1H dan 1 S serta warna suatu berita. Sementara penghargaan bermunculan dari berbagai sudut. Penghargaan itu kendatipun dalam bentuk bintang sekali pun.

Baca Juga :  Kepala BPIP Berikan Kuliah Umum di Depan Mahasiswa Pascasarjana UIN Batusangkar

Sebab yang sesungguhnya penghargaan lan itu kalau tidak dari suatu prestasi adalah dari ide yang sangat cemerlang. Ide yang cemerlang itu, adalah jika dilakukan bermamfa’at bagi banyak orang. Misalnya selama ini orang study banding ke-kota, sekarang bagaimana study banding itu ke hutan.
Justru potensi hutan bukan kecil bagi hidup dan kehidupan. Kendatipun study banding itu ke hutan sawit sekalipun, sebagai mana yang diekpos oleh media Realitakini.com, MinakoNews dan JurnalMinang dalam menyambut HPN tahun 2025.

Dari study banding ke hutan sawit itu diketahui antara lain, ratusan kendaraan yang tidak pakai plat momor, tidak bayar pajak, bunyi knalpotnya rata-rata keras.
Disamping itu sawit dewasa ini merupakan tanaman primadona, karena tidak ada peserta sawit yang miskin. Sebab sawit itu panennya 2 kali dalam 15 hari, bahkan ada yang panenya tiap minggu. Karena apabila brondolnya (buah sawit itu sudah jatuh 2 sampai 5 buah) harus dipanen.

Selain itu umur tanaman sawit itu setelah 26 tahun harus dimusnahkan/dibakar. Selanjutnya ditanam kembali yang juga setelah 26 th tanam kedua ini tidak berbuah lagi. Apalagi jika batang sawit itu sudah 15 meter tingginya buahnya tidak memadai lagi.

Akan tetapi tanah bekas tanaman sawit itu humusnya tidak ada lagi hingga tidak ada yang bisa tumbuh dengan baik sebagaimana diharapkan. Kecuali menurut infornasi setelah 15 tahun kemudian baru humus tanahnya kembali lagi.
Seiring dengan itu bukan tidak ada pula anggota masyarakat yang buta huruf, tanah ulayatnya hilang begitu saja.

Bahkan yang lebih parahnya anggota masyarakat yang buta hukum walaupun tidak buta huruf juga kehilangan tanah yang diwariskan leluhurnya. Bagaimana jalan keluarnya di tunggu hasil study banding dari para pihak yang mengatakan punya konstituen dan ada yang mengatakan rakyat saya, jema’ah saya dll saya.

Baca Juga :  Tiga Dosen UIN Batusangkar Lakukan Visiting Lecture di UIN Antasari Banjarmasin

Penghargaan itu adalah dari ide dan pendapat serta prestasi dan bukanlah karena dibeli. Jika penghargaan dalam bentuk bintang yang didapat karena dibeli itu bukan lah penghargasn. Sebab setiap yang didapat dari jual beli itu bukanlah penghargaan, tetapi yang dihargai itu adalah ide yang sangat cemerlang, pendapat yang bermanfaat bagi banyak orang itu lah yang patut diberikan bintang penghargaan. (*)