Opini oleh: Muhammad Intania (Advocat)
“Pemimpin Papan Reklame”. Itulah kiasan untuk pemimpin yang fasih melakukan pencitraan dirinya di media sosial, memposting kunjungan keluar daerah berkedok silaturahmi dan konsultasi serta seremonial belaka, bukannya melakukan safari ke lapangan mengunjungi masyarakat dan infrastruktur daerahnya sendiri seraya memeriksa eksistensi progul progul yang sudah dicanangkan.
Janji ditabur bak padi menguning di sawah, tapi masih sedikit yang dipanen rakyat, malah banyak dinikmati kroni kroninya. Kata kata indah berjejer rapi di baliho, tapi jalan masih bopeng, rumah sakit masih mengantri karena keterbatasan peralatan dan keterbatasan dokter serta keterbatasan unit pendukung lainnya.
Dua alinea diatas hanya sekedar alinea pembuka semata. Ada tidaknya pemimpin seperti itu di Luhak Nan Tuo, silahkan nilai sendiri oleh netizen yang cerdas merujuk kepada tulisan kali ini. Entah ada entah tidak, terpulang kepada kita menilai.
Bajak Gratis merupakan program unggulan (Progul) Pemerintah Tanah Datar dengan tujuan untuk mengurangi biaya produksi, percepatan tanam, meningkatkan IP (Indeks Pertanaman), meningkatkan produksi dan peningkatan pendapatan. Tidak dijelaskan untuk peningkatan pendapatan siapa, tapi logika umumnya tentu untuk peningkatan pendapatan petani di Tanah Datar, bukan untuk kroni kroni penguasa.
Sampai kwartal pertama tahun 2025 ini, belum ketemu informasi resmi dari Pemerintah Kabupaten Tanah Datar mengenai berapa nilai riil biaya produksi yang sudah terbukti bisa dikurangi oleh progul ini di tahun 2022, 2023 dan 2024. Belum ada data statistik resmi dari Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar tentang berapa dan di kecamatan mana saja terjadi percepatan tanam dan berapa IP yang bisa ditingkatkan. Juga tidak ada informasi resmi berapa peningkatan produksi dan berapa nilai peningkatan pendapatan petani dari progul Bajak Gratis ini dari tahun ke tahun apalagi mengenai berapa total dana APBD yang habis dari progul ini.
Jadi kesannya progul Bajak Gratis ini sebagai alat untuk pencitraan politis semata. Kenapa demikian? Karena telah dijadikan bahan kampanye dan memang tidak ada informasi resmi yang transparan dan akuntabel tentang manfaat nyata yang sudah diterima petani dan berapa persen petani yang telah menerima manfaat dari progul Bajak Gratis ini serta dimana saja sebaran petani yang menerima manfaat tersebut, selain hanya sekedar informasi tentang capaian secara kuantitatif belaka.
Nah, karena minimnya informasi terhadap program yang katanya unggulan ini, sehingga terkesan kurang transparan atau memang data nya tidak lengkap, maka tentu bisa menimbulkan aneka persepsi negatif di kalangan petani dan netizen Luak Nan Tuo. Betul tidak progul ini memberi manfaat kepada petani di Tanah Datar? Atau hanya bermanfaat untuk sebagian kecil petani saja?
Oleh karena itu, penulis berinisiatif memberikan pandangan dari perspektif penulis berdasarkan data yang penulis dapatkan. Silahkan simak tulisan ini sampai selesai agar tidak gagal paham. Pahami juga bahwa tulisan ini adalah sebuah bentuk kritik konstruktif agar Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar bisa lebih informatif, lebih transparan dan lebih akuntabel. Disamping itu juga untuk membantu para wakil rakyat di DPRD Tanah Datar agar bisa “berpikir dan bersuara” memakai data.
Sekarang mari baca tabel yang sudah penulis sediakan. Siklus pertanian Tanah Datar sudah memasuki kwartal ke 2 (kedua) pada Mei 2025 ini. Dari catatan pada situs resmi Bajak Gratis terbaca bahwa pada kwartal pertama 2025 (Januari s/d April) baru tercatat 2 pemohon aplikasi Bajak Gratis dengan luas lahan 2 hektar sehingga prosentase capaian membukukan hanya 0.05% saja di kuartal 1 ini.
Artinya musim tanam padi pada kwartal 1 hanya diminati oleh 2 orang petani saja yang melakukan permohonan menggunakan Bajak Gratis. Itu pun dengan menggunakan pola 3 (tiga) yaitu alsintan (alat mesin pertanian) disediakan oleh pemerintah daerah dan seluruh pembiayaan dari layanan bajak gratis ditanggung oleh kelompok tani.
Maknanya alsintan dipinjamkan oleh pemerintah kepada kelompok petani, semua biaya seperti upah operator dan BBM ditanggung oleh kelompok. Lantas dimana tujuan progul Bajak Gratis ini yang katanya mengurangi biaya produksi dan meningkatkan pendapatan petani? Paling biaya sedikit ringan karena tidak ada biaya sewa alsintan, hehehe. Kalau seperti ini sama saja pemerintah daerah tidak benar benar peduli kepada kehidupan petani. Lebh baik pemerintah daerah bersama para anggota DPRD dengan dana pokirnya membelikan alsintan dan menyerahkan kepada masing-masing kelompok tani aktif di Tanah Datar!
“Ja an di olah juo kaum petani, alah banyak petani yang cadiak cadiak kini pak! Makin hilang simpati petani dengan progul pencitraan semu ini!” gumam Wan Labai seraya berbincang sore dengan para petani di Kedai Etek Ciek Piah.
Data yang disajikan di website Bajak Gratis juga menyebutkan prosentase capaian 0.05 % untuk 2 hektar sawah untuk 2 pemohon. Artinya target capaian yang ditetapkan pemerintah daerah untuk tahun 2025 ini adalah 4.000 HA. Targetnya turun 300 hektar dari target tahun sebelumnya (2024) yang ditetapkan 4.300 HA. Lantas dimana letak bertambahnya manfaat / kemaslahatan untuk kaum petani?
Sementara musim tanam padi pertama sudah lewat. Menyisakan 2 musim tanam lagi sampai akhir tahun 2025. Menyisakan target capaian 3.998 HA lagi untuk direalisasikan di 2 musim tanam lagi. Logikanya apa bisa dicapai? Bisa, kalau angkanya direkayasa dan beralasan belum di input petugas administrasi kecamatan serta kalau targetnya direvisi dengan alasan efisiensi anggaran dari pusat!
Sekarang mari baca tabel data yang diberikan oleh Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Tanah Datar. Total lahan sawah tahun 2023 berkurang 2.657,2 HA namun angka produksi padi bertambah. Sedangkan total lahan sawah di tahun 2024 juga berkurang sebanyak 1.293 HA sementara data total produksi padi tahun 2024 belum masuk dari Dinas Pertanian Tanah Datar ke BPS Tanah Datar. Padahal sudah 4 bulan lebih sejak tutup tahun 2024 datanya masih belum masuk antar instansi. Ada apa dengan Dinas Pertanian Tanah Datar ?
Nah dari paparan diatas, seharusnya kepala daerah yang jika betul betul peduli ke bidang pertanian dan bukan sekedar pencitraan semu belaka, harus memberikan atensi lebih karena katanya 4 dari 10 progul kepala daerah adalah di bidang pertanian? Namun realisasinya?
Kepala daerah yang jebolan master ekonomi harusnya bisa menyampaikan kepada publik kenapa dari tahun ke tahun sawah produktif berkurang jumlahnya di Tanah Datar? Kenapa dibalik berkurangnya ketersediaan sawah malah produksi padi justru bertambah? Apa benar karena keberadaan progul Bajak Gratis? Atau karena kombinasi tidak ada serangan hama di tahun 2023 dan bisa memaksimalkan sawah irigasi dan sawah non irigasi? Bisa menaikkan musim pertanaman, dll. Bicaralah pakai data! Jadi jangan omon omon capaian ini karena kerja keras semua pihak, bla bla bla tanpa berbasis data!
“Nanti dikritik publik merasa gerah dan kerahkan para buzzer untuk menyerang orang lain. Jangan lah jadi tokoh publik kalau tidak siap di kritik!” ujar Wan Labai serasa meninggalkan kedai Etek Ciek Piah diiringi senyum kecut mantan pendukung yang hadir di kedai karena mengakui data yang disajikan.
Ya sudahlah, beri saja jawaban yang sedang populer saat ini; “ssssttt. Kita sedang efisiensi”. Tapi, urang lah tauuu.