Oleh: Kasdi Ray, SH
Komplek Istano Basa Pagaruyung yang mempunyai luas sekitar 12 hektar cukup menjanjikan untuk dikembangkan. Kini ada tujuh unsur yang berfungsi sebagai penunjang museum, posisinya terletak di luar bangunan utama. Semuanya berada di sekeliling Museum Istano Basa Pagaruyung, di samping, depan dan di belakang bangunan utama museum.
Tujuh Unsur bangunan yang ada di Istano Basa Pagaruyung diantaranya, surau. Fungsinya sebagai tempat salat, belajar, mengaji atau baca Alquran dan tempat tidur putra raja yang telah akhir baliq atau usia tujuh tahun ke atas. Selain itu surau juga tempat belajar Undang-undang adat, hukum syarak, sejarah, seni budaya dan beladiri. Posisi surau terletak di belakang bangunan Istano Basa Pagaruyung
Kemudian adapula rangkiang patah sambilan. Posisinya berada di halaman istano, berfungsi untuk penyimpanan padi setelah panen.
Rangkiang juga sebagai simbol kemakmuran dan kekuasaan Alam Minangkabau.
Di rumah-rumah adat Minangkabau, rangkiang dibangun di depan rumah sebanyak dua buah, dan ada yang Tiga buah. Masing-masing berbeda fungsi namun secara umum rangkiang digunakan tempat menyimpan padi.
Di Museum Istano Basa Pagaruyung, semua rangkiang disatukan rancang bangunannya, namun memiliki sembilan fungsi dan sembilan nama, di antaranya rangkiang Sitinjau Lauik, gunanya tempat menyimpan harta. Lalu rangkiang mandah pahlawan, gunanya untuk pertahanan. Rangkiang harimau paini koto, gunanya untuk menyimpan kekayaan untuk pembangunan nagari.
Rangking Sitangka Lapa yang berguna untuk sosial. Rangkiang kapuak garuik labiah, gunanya untuk ‘urang sumando’ atau suami dari anak perempuan. Rangkiang kapuak galuak bulan basandiang, untuk menyimpan kekayaan keperluan penghulu. Rangkiang kapuak gadiang bapantang luak yang gunanya untuk penyimpanan kekayaan kebutuhan sehari-hari. Rangkiang kapuak kaciak Simajo Kayo, untuk orang muda sebagai menjaga moral dan keperluan lainnya.
Unsur lain yaitu tanjuang mamutuih, posisinya sebelah kanan museum, dan terdapat sebuah pohon beringin yang dilingkari bebatuan di sekelingnya. Lokasi ini tempat bermain anak raja, seperti main layang-layang dan sepak tekong atau sepak takraw.
Pincuran Tujuah, ini terletak di belakang dapur, tempat pemandian keluarga raja. Tapian tampek mandi atau pemandian ini memiliki tujuh buah pancuran air yang mengalir.
Tabuah larangan, gabuang atau yang dikenal dengan nama bedug merupakan sebuah gendang yang dibuat dari kulit sapi atau kulit kambing, digunakan sebagai penanda masuknya jadwal waktu solat. Juga sebagai sarana penyampaian pengumuman atau pemberitahuan pada masyarakat.
Taman museum Istano Basa Pagaruyung, ini melambangkan semua potensi dan fasilitas daerah Minangkabau agar tampil lebih dikenal, lebih dihormati, lebih dikagumi, lebih cemerlang, lebih potensial dan lebih berdaya guna dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara karena fasilitas itu memperindah Minangkabau dalam arti luas.
Tango, juga disebut umbul-umbul yang fungsinya sebagai tanda mata pelengkap atau cendera mata raja pada tamunya. Jika pada unsur niniak mamak, Raja akan memberi tango berwarna hitam, untuk alim ulama warna putih, untuk unsur laskar berwarna kuning emas, untuk raja kecil berwarna kuning muda, dari unsur pejabat warna ungu. (*)