Tanah Datar, Jurnalminang.com. News&Web TV. Tradisi Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan di jorong Pariangan, Nagari Pariangan sangat meriah. Tradisi ini memiliki aneka ragam “ritual” yang memiliki unsur agama dan budaya yang sudah diwarisi secara turun temurun semenjak zaman dahulu.
Hal tersebut terlihat pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada Rabu, 20 Oktober 2021 yang dipusatkan di mesjid Ishlah Pariangan yang dikenal sebagai Desa Terindah di Dunia.
Ribuan warga dan pengunjung menyatu di dalam mesjid dan di sekitar lokasi mesjid. Anak anak, remaja, dewasa dan orang tua, baik laki laki maupun perempuan hadir disana. Acaranya sangat menarik sehingga menjadi sebuah hiburan tertentu yang kental nuansa budaya.
Acara diawali sejak pagi hari yaitu pemotongan sapi dan kambing. “pada hari ini kami memotong delapan ekor kambing dan dua ekor sapi. Kemudian kami memasak nya bersama sama di halaman mesjid ini” ujar Pakiah salah seorang anggota masyarakat yang terlibat sebagai panitia.
Sekitar pukul 9.00 wib beberapa orang Siak masuk ke mesjid dan mulai membacakan Shalawat dengan dendang yang khas dan putus bersambung antar sesama mereka. Ritual ini disebut kayaik atau bakayaik. Istilah kayaik ini diduga berasal dari kata ‘hikayat’. Artinya, membaca sejarah Nabi Muhammad SAW.
Kemudian sekitar pukul 10.00 wib kaum ibu datang mengantarkan makanan ringan yang beraneka ragam. Mereka membawanya dengan talam dan ditutup dengan tuduang saji serta dihiasi dengan kain yang indah yang disebut dalamak.
Setelah terkumpul semua talak tersebut, maka dijejerkan di dalam mesjid. Ratusan orang anak anak dan remaja sudah duduk secara teratur menunggu saat yang ditunggu tunggu yaitu basirabuik atau merebutkan makanan yang ada di dalam talam tersebut. Setelah tiba waktunya, maka talam itu dibuka dan berebut semuanya untuk mengambil kue yang ada didalam talam tersebut.
Kemudian kaum ibu membereskan kembali bawaannya masing masing dan pulang kembali ke rumah masing-masing. Setelah sholat Zuhur acara bakayaik dilanjutkan kembali.
Pada pukul 13.30 WIB kaum ibu kembali membawa nasi bungkus dengan talam ke mesjid. Sesampai di mesjid, nasi bungkus itu diisi kembali dengan gulai yang sudah dimasak semenjak pagi hari. Kemudian disusun kembali kedalam mesjid.
Setelah berdoa dan kayaik selesai, Maja nasi itu dibagikan kepada seluruh anggota masyarakat yang hadir. Mereka membawa sebungkus atau dua bungkus nasi tersebut untuk dinikmati. “Dahulunya nasi ini juga diperebutkan. Tapi karena banyak yang berserakan, makanya dibagikan secara teratur” ujar tetua adat disana yang bergelar Sutan Sinaro.
Acara ini sangat meriah. Seluruh masyarakat terlibat aktif dan bersemangat untuk mensukseskan maulid ini. “Sebagai pengunjung dan fotografer, saya kagum dengan tradisi ini, kami banyak mendapatkan objek foto budaya yang menarik dan langka ini” sampai Arif salah seorang fotografer profesional yang ikut meliput.