Opini  

Quo Vadis Program Bajak Gratis: Melihat Data dan Fakta

Opini Oleh: Muhammad Intania, SH
(Advokat & Sekretaris Kelompok Tani Sawah Bandar)

Dari laman Instagram resmi Prokopim Setda Tanah Datar diinformasikan bahwa Pemerintah Kabupaten Tanah Datar menjadikan Program Unggulan (Progul) Biaya Operasional Membajak Sawah secara Gratis (Bombastis) menjadi Program Inovasi Pemerintah Kabupaten Tanah Datar yang diikutkan dalam program Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) Tahun 2023 dan mampu menjadi peringkat 5 (lima) terbaik tingkat nasional.

Dari laman web Bappeda Sumbar disebutkan bahwa penilaian PPD dilakukan terhadap 4 (empat) aspek yaitu 1) Pencapaian pembangunan, 2) Kualitas dokumen RKPD, 3) Proses penyusunaan dokumen RKPD, dan 4) Inovasi.

Inovasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) adaalah penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada dan sudah dikenal. Gambaran dari pengertian inovasi bisa berupa karya baru, entah itu gagasan, metode atau alat. Inovasi secara jelas dipaparkan dalam Undang Undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.

Bagaimana dengan Progul Bombastis ala Pemerintahan Era Baru pimpinan Eka Putra, SE, MM? Apakah murni program yang inovatif sebagaimana disebutkan dalam laman IG resmi Prokopim Setda Tanah Datar?

Dari laman Website gorontalo.antaranews.com diketahui bahwa program bajak lahan pertanian secara gratis tersebut sudah diterapkan oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo sejak tahun 2019 lalu. Bahkan nilai sistim dan nilai biaya bajak Rp. 800 ribu dijiplak habis oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Datar dengan sedikit modifikasi hanya diperuntukkan untuk petani sawah saja (tidak termasuk petani ladang). Jadi menurut hemat penulis bahwa Progul Bombastis ini BUKAN program inovatif Pemkab Tanah Datar, tapi hanya program copy paste dari Pemprov Gorontalo.

“Jadi usahlah tinggi ruok daripado boto. Alih alih jadi bahan meningkatkan popularitas, malah jadi bahan senyuman bagi netizen yang waras” ujar Wan Labai sambil menghembuskan rokok kretek merahnya.

Nah, sekarang mari kita lihat capaian Progul Bombastis ini untuk tahun 2022. Penulis sudah mendapatkan data dari PPID Utama Pemkab Tanah Datar dan mencoba memaparkan analisa pemikiran penulis kepada netizen Tanah Datar baik yang berada di Salingka Luak Nan Tuo maupun di perantauan sebagai berikut:

  1. Selama tahun 2022, Pemkab Tanah Datar menghabiskan dana Rp. 5,2 Milyar untuk menjalankan Progul Bombastis ini meliputi Rp 686 juta (13,09 %) untuk pembelian peralatan, Rp. 741 juta (14,13 %) untuk pembelian kendaraan operasional roda 4, Rp. 3,7 Milyar (71,94 %) untuk gaji / honor pegawai dan upah operator, dan Rp. 44,2 juta (0,84 %) untuk biaya seremonial.
  2. Porsi belanja terbesar disedot untuk biaya gaji / honor pegawai dan upah operator sebanyak Rp. 3.772.535.300.- (3,7 Milyar) atau setara 71,94% dari total belanja untuk Progul Bombastis ini.
  3. Jika upah untuk biaya bajak gratis ditetapkan Rp. 800 ribu / hektar dengan total luas lahan dikerjakan 4.204,49 HA, maka total upah dibayarkan kepada operator mesin bajak adalah Rp. 3.363.592.000.- (Rp. 3,3 Milyar). Sisanya Rp. 408.943.300,- kemungkinan dipakai untuk belanja gaji / honor untuk 14 (empat belas) orang Manajer Alsintan selama tahun 2022.
Baca Juga :  Demokrasi Mulai "Sekarat" di Dharmasraya, Calon Tunggal Lawan Kotak Kosong?

Angka tersebut merupakan perkiraan angka kasar saja karena sejatinya ada 3 pola bantuan pengolahan lahan, yaitu 1) Alsintan dengan layanan bajak gratis penuh, dan 2) Alsintan dari kelompok tani dan minyak serta upah ditanggung pemerintah, serta 3) Alsintan dipinjamkan pemerintah, minyak dan upah ditanggung oleh kelompok tani.

  1. Total petani penerima program Bombastis ini tahun 2022 adalah 7.848 orang. Jika biaya upah dibayarkan Rp. 3,3 milyar, maka diasumsikan 1 orang petani menerima subsidi biaya produksi rata rata Rp. 428 ribuan / orang, walaupun faktanya cukup banyak yang menanggung biaya sewa mesin bajak, BBM dan upah sendiri (pola 2 dan pola 3).
  2. Dari 7.848 orang petani penerima manfaat Progul Bombastis melalui 3 pola tersebut, maka rata rata 1 orang petani mengerjakan lahan sawahnya sebanyak 0,55 HA untuk 1 tahun tanam padi (sekitar 3 musim tanam).

Jadi, apa benar Progul Bombastis ini di tahun 2022 dianggap sukses dan layak dapat penghargaan peringkat 5 terbaik tingkat nasional?

Ini paparan penulis berdasarkan data. Menurut update data dari Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan Pertanian (Simluhtan), bahwa jumlah Kelompok Tani di Tanah Datar adalah 1.872 Kelompok Tani dengan jumlah petani tercatat sebanyak 71.156 orang. Sementara jumlah penerima manfaat Progul Bombastis ini di tahun 2022 tercatat hanya 7.848 orang saja, atau setara hanya 11,03 % saja.

“Yo la kanai ota kito. Kesannya sukses, padahal yang narimo progul tu hanyo 11,03% saja dari total populasi petani se Tanah Datar. Kalau begitu jika rata rata 1 tahun hanya bisa memberi manfaat kepada 11 % petani, maka perlu 9 tahun untuk bisa menyatakan diri Progul Bombastis dinikmati oleh 100 % petani Tanah Datar. Tambah 2 periode lai nampaknyo pemerintahan Era Baru ko, hehehe” ujar Wan Labai ketawa cengengesan.

Baca Juga :  Para Bacaleg, Seriuslah Berjuang! Ini Fasilitas Menggoda untuk Wakil Rakyat Terpilih

Sementara itu, dari total 4.204,49 HA lahan yang sanggup dibajak pada taun 2022 adalah setara dengan 18,96% dari total luas lahan di Tanah Datar yaitu 22.170 HA. Maka butuh 5 tahun lagi untuk memastikan seluruh lahan sawah di Tanah Datar kena sentuhan Progul Bombastis ini.

“Mako indak bisa dijadikan alasan tambah 1 periode lagi untuk menuntaskan janji kampanye Era Baru ko do. Rancak lah ambo mendukung calon kepala daerah baru nan labiah terukur janji kampanye nyo lai” ujar Wan Labai disambut gelak tawa pengunjung Kadai Etek Ciek Piah.

Kali ini penulis tidak memberikan saran dan solusi. Sejatinya perencana program inilah yang harus mencarikan solusinya. Penulis baru bisa menyampaikan masukan bila ada kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) yang melibatkan pelaku pertanian seperti para Pengurus Kelompok Tani. Tapi entah kapan kegiatan Monev ini akan dilaksanakan, karena sudah masuk akhir semester 1 tahun 2023 belum ada program Monev tuh, hehehe.
Apa Pemerintah Kabupaten Tanah Datar agak sungkan untuk menyampaikan progres kemajuan Progul Bombastis ini kepada para pelaku pertanian? Karena sampai tanggal 04 Juni 2023 capaian bajak gratis tercatat baru 671,48 HA atau setara 15,99 %?

Padahal tujuan melaksanakan Progul Bombastis ini adalah untuk 1) mengurangi biaya produksi, 2) percepatan tanam, 3) meningkatkan IP (Indeks Pertanaman), 4) meningkatkan produksi, dan 5) peningkatan pendapatan.

Penulis melihat dan belum membaca informasi dari Pemkab Tanah Datar perihal perbandingan kondisi sebelum Progul Bombastis dilaksanakan (kondisi tahun 2021) berbanding kondisi setelah Progul Bombastis dilaksanakan (kondisi tahun 2022). Berapa sih biaya produksi pertanian yang sudah diturunkan? Indikatornya apa? Berapa percepatan tanam yang sudah dicapai? Masih di angka 2 sampai 3 kali musim tanam dalam setahun kan? Apakah indikator peningkatan IP nya tahun 2021 VS 2022? Dan apa data statistik peningkatkan produksi padi sebelum dan setelah Progul Bombastis ini? serta berapa peningkatan pendapatan yang tercapai? Cerdaslah berfikir!

Baca Juga :  Ribuan Ramuan Pengobatan Tradisional dalam Naskah Kitab Tibo Or.1714

“Mentang mentang kami ko petani, kami lai indak bodoh bodoh amat doh. Ja an di alua juo kami Pak dengan pencitraan pencitraan semu tu. Bak cando pandai baminyak aia se mah. Kami indak tarimo alasan keterbatasan anggaran. Lai mah tahu anggaran terbatas, ba a kok dipaksokan juo mambuek program bombastis ko” ujar Wan Labai mengomel sambil meninggalkan Lapau Etek Ciek Piah.

Sebenarnya Progul Bombastis ini memang murni untuk kesejahteraan petani atau hanya untuk pencitraan semata?

Mungkin hanya 1 yang tepat, Progul Bombastis ini memang bombastis pencitraannya. Bombastis eksposenya. Bombastis seremonialnya. Tapi, apakah produksi padi meningkat? Perlu diukur karena memang belum diukur secara bombastis.