Opini  

Indo Julito Perlu “Coffee Morning”

Sebuah Kontribusi Pemikiran

Oleh: Muhammad Intania, SH
Sekretaris LBH Pusako

Pemerintahan Era Baru Tanah Datar sudah berjalan sekitar 8 (delapan) bulan sejak efektif 27 Februari 2021. Bila kita flashback ke masa kampanye pilkada dibandingkan dengan kondisi saat ini, ada hal yang kontradiktif bila dilihat dari sisi distribusi informasi dan komunikasi publik. Bak kata pepatah Minang “indak sasuai angguak Jo geleang lai.”

Di masa kampanye, tim sukses Era Baru jor-joran menggunakan segala upaya sumber daya manusia dan “peluru lain” untuk mendistribusikan program kerja mereka agar mudah sampai dan dipahami publik. Tapi di masa saat ini, justru terkesan minim informasi mengenai strategi dan perencanaan untuk merealisasikan program kerja masa kampanye yang sudah menjadi program unggulan untuk direalisasikan.

Sudah banyak beredar di publik dan di media sosial serta di group WhatsApp yang mempertanyakan tentang kapan realisasi program unggulan tersebut. Menurut saya, sekali lagi, menurut saya pribadi, hal itu adalah hal yang wajar dipertanyakan (dan akan tetap dipertanyakan) selama pihak Era Baru masih “berdiam diri” dan tidak memberikan informasi yang jelas dan akuntable kepada publik. Sehingga akhirnya menciptakan friksi-friksi kecil antara kelompok pendukung dengan kelompok yang dianggap berseberangan dan dianggap merongrong Era Baru.

Kondisi ini jika dibiarkan berlarut tentu akan merugikan posisi elektabilitas Era Baru, sementara di pihak yang dianggap berseberangan malah nothing to lose dan malah dapat mengambil keuntungan dari kondisi tersebut. “Tuh la, bapiliah juo urang nan baru saumua jaguang (belum berpengalaman)”, kecek Uwan Labai.

Tidak bermaksud sok pintar ataupun malah dianggap menggurui, saya sebagai warga awam di Tanah Datar ini bermaksud menyampaikan pemikiran dan memberikan solusi kepada panghulu Luak untuk menyatukan segenap komponen publik dan menyerap informasi publik serta dengan biaya murah. Itu setidaknya yang “malam didanga danga, siang dicaliak caliak” di tengah masyarakat kita.

Baca Juga :  Menilai Kepatuhan Hukum Masyarakat Indonesia: Sudah Tercapai atau Masih Berkembang?

Jadi saya jangan dianggap tukang kritik doang tapi kagak berikan solusi. Walaupun solusi dari saya belum tentu dipakai, hehehe. Setidaknya saya udah membuktikan wujud atensi dan inisiatif saya kepada perbaikan kampung halaman.

Sebuah tamsil yang penuh makna, satu helai lidi hanya bisa bikin tusuk sate, tapi gabungan banyak lidi bisa jadi penyapu halaman. Tak ada sampah yang tak bersih karenanya.

Begini, konsepnya sederhana saja, bagaimana caranya mengakomodir kritik, saran, usulan dan ide sekaligus bersilaturahmi dengan elemen masyarakat Tanah Datar dengan biaya murah dan tidak menguras energi panghulu Luak tersebut.

Solusinya dengan cara mengadakan acara open house di Indo Julito dua kali sebulan secara terjadwal berupa pertemuan informal dengan elemen masyarakat. Bisa saja diadakan setiap hari Sabtu pagi pada minggu pertama dan minggu ketiga setiap bulannya. Durasinya cukup selama 1 jam mulai jam 9.00 WIB hingga jam 10.00 WIB. Biayanya hanya berupa minuman kopi dan teh disertai aneka jajanan pasar. Engga’ usah pakai “amplop” segala hehehe.

Misalnya, Sabtu, 6 November 2021, diadakan pertemuan informal dengan insan Pers Tanah Datar sebanyak 20 orang. Dari hasil pertemuan dibuat risalah untuk bahan masukan yang bisa didiskusikan dan didistribusikan kepada OPD terkait. Jangan hanya Ota lapeh saja alias debat kusir yang tidak berujung. Semua harus bicara berbasis data, bukan persepsi dan kabar hoax.

Kemudian pada Sabtu berikutnya, 27 November 2021, diadakan pertemuan informal dengan para wakil Tenaga Medis Puskesmas dan Puskesmas Pembantu dari Kecamatan A + Kecamatan B, C, D. Hasilnya dibuatkan risalah juga dan dibantu diinformasikan oleh bagian Humas Pemkab TD dan para insan pers.

Gitu aja deh dibuat secara bergilir dan terjadwal yang akhirnya akan dapat mengakomodir semua elemen publik seperti Lembaga KAN, organisasi guru, akademisi, praktisi hukum, pengurus kelompok tani, kontraktor, organisasi pedagang, petugas kebersihan, dll.

Baca Juga :  Articulate Storyline sebagai Aplikasi Pembuatan Bahan Ajar Elektronik

Nah, jadi hal ini bagus dari sisi politis dan dari sisi ekonomisnya, serta bagus juga dari sisi efisiensi. Tinggal pembisik, eh…pembantu Bupati yang mengolah masukan data untuk diteruskan kepada pihak terkait. Sssttt, data yang masuk bisa jadi bank data akurat bagi pemetaan potensi daerah dan yang lebih penting untuk keperluan kampanye 2024 lho, hehehe.

Kegiatan terjadwal tersebut disebut INDO JULITO COFFEE MORNING, atau kalau tak mau disebut kebarat-baratan, bisa saja diganti dengan nama MAOTA PAGI SAMO BUPATI, atau apalah yang pas bagi Bupati dan timnya.

Oh iya, kalau bosan dengan kegiatan tersebut, bisa juga diselang-selingi dengan kegiatan kunjungan terjadwal ke kecamatan. Seperti sebutan BUPATI MENYAPA WARGA X KOTO bertempat di salah satu objek wisata / usaha UMKM di X Koto, atau sebutan BUPATI MENYAPA NINIK MAMAK MALALO dengan berkunjung ke kantor KAN di Malalo, dll.

Mungkin dalam fikiran beberapa “abdi dalem” Indo Julito, “kami sudah merencanakan juga.” Tapi kata saya, jangan berencana saja Mak Katik, Mak Pakiah, Mak Pono. Mulailah! (*).