Opini  

Menyimak Pandangan Fraksi dan Nota Jawaban Bupati Tanah Datar: Sebuah “Ota Lapau” atau “Lapau Ota?”

Opini Oleh: Muhammad Intania, SH
Sekretaris LBH Pusako

Lapau Pusako adalah sebuah kedai virtual kekinian warga Minang milik Etek Ciek Piah. Di lapau ini tempat berkumpulnya netizen dengan beragam latar belakang dan beragam kepentingan. Namun yang pasti kedatangan mereka ke lapau ini ingin menikmati sajian makanan dan minuman khas Minang olahan pemiliknya sambil mendapatkan informasi terkini seputar Luak Nan Tuo sambil mendengarkan celoteh Etek Ciek Piah yang bagaikan komentator sepak bola handal.

“Baru sabanta ko Sutan Kupeh minum disiko. Inyo ka batanyo ka Uwan tentang hasil sidang paripurna tentang Nota Jawaban tanggal 19 Mei 2022 kapatangko,” ujar Etek Ciek Piah sambil meletakkan kopi steng di hadapan Wan Labai.

“Lamo carito kok la basuo jo inyo tu mah, bia la sabanta lai ambo caritokan. Nyampang inyo tibo, la bisa Etek sampaikan nanti” timpal Wan Labai.

Rapat Paripurna hari Kamis tanggal 19 Mei 2022 tersebut bertajuk Jawaban Bupati Terhadap Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi DPRD Atas Nota Penjelasan Bupati Tentang Ranperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kab. Tanah Datar Tahun Anggaran 2021.

Artinya, ini adalah rangkaian proses pertanggungjawaban murni perdana kinerja Pemerintahan Era Baru atas penggunaan dana APBD Tahun Anggaran 2021. Ibarat ujian untuk meraih gelar sarjana, maka Pemerintah Era Baru harus mempertanggungjawabkan kinerjanya di hadapan wakil rakyat agar pemakaian APBD 2021 dapat diterima (dianggap lulus) oleh para wakil rakyat.

Di sisi lain, kinerja wakil rakyat pun dimonitor oleh rakyat selaku pemberi mandat. Benarkah para wakil rakyat bekerja secara professional dan kompeten, atau hanya sekedar menjalankan rutinitas kerja untuk mengamankan posisi menuju 2024? Rakyat lah yang bisa menilai dan menentukan sendiri.

Maka disinilah perlunya tindak lanjut Keterbukaan Informasi Publik dan peran LSM serta jurnalis untuk mempublikasikan hal hal berkenaan legislatif dan eksekutif Tanah Datar agar rakyat dapat mengetahui kinerja individu wakil rakyat, kinerja partai, kinerja DPRD secara kolektif, maupun kinerja eksekutif.

Baca Juga :  Seberapa Sulit Rintangan Upaya Penegakan Hukum di Indonesia?

“Jadi kito rakyaik badarai ko harus sato lo untuak tahu tentang politik tu yo, Wan?” potong Etek Ciek Piah.

“Etek dapek indak dapek BLT, kampuang kito ado indak ado JUT, datang indak datang wakil rakyaik, indak lapeh dari politik. Kito rakyaik jangan jadi objek se dek pejabat dan calon wakil rakyaik, paralu kito pas ado mau sajo. Kini kito yang harus manantukan posisi kito sendiri. Suaro kito indak bisa lai dibali jo baju kaos murah dan pitih serangan fajar ” ujar Wan Labai sambil menghirup kopi stengnya.

Sebelum Rapat Paripurna atas Nota Jawaban Bupati tersebut pada tanggal 19 Mei 2022, didahului dengan Rapat Paripurna Terhadap Pemandangan Umum Fraksi Atas Nota Penjelasan Bupati TD Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2021 yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 Mei 2022.

Ada 8 (delapan) Fraksi yang menyampaikan pandangannya. Maka publik pun sebenarnya bisa menilai bobot kualitas fraksi dari pandangan yang disampaikan. Apakah sekedar “palapeh tanyo” atau memang membawa kepentingan rakyat yang diwakilinya lewat sebuah fraksi.

Berikut rangkuman umum dari pandangan Fraksi:

  1. Fraksi Demokrat menyampaikan 3 (tiga) pandangan,
  2. Fraksi Gerindra menyampaikan 10 (sepuluh) pandangan,
  3. Fraksi Perjuangan Golkar menyampaikan 5 (lima) pandangan,
  4. Fraksi PKS menyampaikan 4 (empat) pandangan,
  5. Fraksi Hanura menyampaikan 9 (sembilan) pandangan,
  6. Fraksi Nasdem menyampaikan 10 (sepuluh) pandangan,
  7. Fraksi PAN menyampaikan 8 (delapan) pandangan, dan
  8. Fraksi PPP menyampaikan 9 (sembilan) pandangan.

“Ooo jadi Fraksi Demokrat hanyo manyampaikan tigo pandangan se nyo yo? Apo karano dek partai Demokrat ko adolah partai pandukuang?” cerocos Etek Ciek Piah.

“Iko baru masalah KUANTITAS pandangan Fraksi . Alun masalah KUALITAS bobot pandangannyo lai. Etek nilai se lah surang bobot kompetensi partai tu ciek ciek,” ujar Wan Labai diplomatis.

Baca Juga :  Pencitraan: Bukankah Sudah Basi?

Adapun Fraksi Demokrat menyampaikan pandangan dengan memberikan apresiasi kepada Pemerintah Era Baru atas usaha mempertahankan opini WTP dari BPK dan melanjutkan temuan temuan dalam LHP BPK, dan apresiasi terhadap pencapaian target PAD, serta saran untuk memaksimalkan sosialisasi dengan program unggulan kepala daerah.

“Onde mandee… sudahlah minim tanggapan, isinyo pun tentang 2 (dua) pujian dan 1 (satu) saran. Indak manaka nampak e ko” cerocos Etek Ciek Piah sambia mangadangkan incek matonyo.

“Sssttt ja an kareh kareh bana Tek, beko tahu lo orang rami jo karajo Fraksi Fraksi di DPRD tu” timbal Wan Labai sok bijak.

“Indak bisa dipadiah kan ko do. Iyo patuik rakyaik banyak harus tahu jo karajo wakil wakil nyo di DPRD tu. Ambo mandukuang Keterbukaan Informasi Publik tu mah. Ambo sangko kok lai terwakili keinginan rakyaik, kironyo nan taka itu saroman asa palameh tanyo se mah. Yo kecewa wak dek e ” balas Etek Ciek Piah yang semakin terbuka wawasannya.

Menutup diskusi di kedai virtual Palanta Pusako kali ini, maka dapat disampaikan kesimpulan umum sebagai berikut:

  1. Mayoritas pandangan partai memuat tentang WTP dan pencapaian PAD serta Silpa 111 milyar lebih. Selebihnya bervariasi tergantung informasi / masukan yang diterima masing masing fraksi. Fraksi yang banyak menyampaikan pandangan pandangan mengisyaratkan fraksinya responsif atas fenomena yang ada di kehidupan masyarakat atas kondisi dilapangan dan terbuka dengan masukan yang diiberikan publik.
  2. Dari sisi substansi, pandangan fraksi tidak begitu serius mendalami HASIL REKOMENDASI DPRD TD atas LKPJ 2021 itu sendiri. Padahal jika didalami, akan butuh waktu panjang bagi Pemerintah untuk menjawabnya berbasis data.
  3. Jawaban Bupati hanya disampaikan secara umum, tidak detail. Boleh dikatakan sebatas formalitas belaka.
Baca Juga :  Uni Puan Tak Perlu Pulang Kampung

Saran-saran:

Pertama, Anggota DPRD baik secara individu maupun melalui fraksi dan AKD yang ada harus bertindak lebih fokus dan lebih detail. Sebab kualitas DPRD ditentukan oleh individu individu dan AKD nya itu sendiri dalam mengeluarkan produk produk hukum dan kebijakan DPRD. Jika DPRD mengeluarkan produk hukum yang terkesan kompromistis dan tidak berpihak kepada rakyat, maka individu anggota dewan dan partainya akan kehilangan popularitas dan kehilangan elektabilitas di mata konstituen dan dimata publik.

Kedua, Pemerintah Era Baru harus bekerja lebih professional berbasis data dan berbasis tenggat waktu. Prinsip prinsip penerapan sistim pemerintahan yang bersih (clean government) dan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) harus benar benar diterapkan. Bukan sekedar jargon dan lips service belaka.

Ketiga, Publik khususnya LSM dan Jurnalis serta mahasiswa harus semakin kritis dan semakin peduli untuk mengawasi kedua lembaga tersebut agar para stake holder terkait senantiasa ingat dan waspada bahwa setiap kinerja mereka senantiasa diperhatikan publik. Tujuannya bukan untuk memata-matai, melainkan harus dipandang sebagai mitra yang peduli agar aparaturnya senantiasa berjalan pada aturan yang sudah ditetapkan.

“Indak masonyo lai pejabat pemerintah dan anggota dewan berlaku sa suko hati. UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik sudah memberi jaminan kepada masyarakat untuk tahu, untuk peduli dengan informasi publik yang boleh diakses sesuai peraturan” ujar Wan Labai sambil berkemas kemas.

Dan Wan Labai pun bangkit dari kursi seraya membayar kopi stengnya dan meninggalkan lapau virtual Palanta Pusako. (*)