Tanah Datar, JurnalMinang.Com. News&Web TV. Sebuah komunitas seni budaya yang selalu aktif melaksanakan pelatihan, pelestarian serta pengkajian kebudayaan di jorong Padang Panjang nagari Pariangan adalah Komunitas Seni Budaya “Sandi Laweh”. Komunitas ini dibawah pimpinan Dt.Basa dan berlokasi di sebuah surau Batu Gadang di jorong Padang Panjang nagari Pariangan.
Setiap Selasa malam sehabis sholat Isya puluhan anak anak, remaja, serta para tetua adat dan tokoh agama berkumpul disini. Para guru adat dan agama dengan sukarela mengajarkan kepada generasi muda berbagai keterampilan budaya, pengetahuan budaya serta pengetahuan agama.
Begerapa keterampilan seni budaya seperti Pencak Silat Langkah Ampek, pasambahan adat serta talempong diajarkan kepada generasi muda. Dari sisi agama, membaca kitab dan shalawat Sarafal Anam juga diajarkan. Yang paling menarik adalah mempelajari sebuah ritual minta hujan yang merupakan percampuran ritual adat dan agama yang disebut Tarain.
Melihat begitu tingginya semangat masyarakat di sana tentu pemerintah dan berbagai stakeholder terkait tidak hanya berpangku tangan di tengah kekurangan yang dihadapi oleh komunitas ini. Sentuhan pembinaan yang profesional, dukungan sarana dan prasarana, support finansial dan publikasi tentu harus digiatkan pula.
“selama ini kami sudah berbuat sepenuh hati untuk mendidik anak anak, tetapi kami belum terperhatikan oleh pemerintah” ujar Sati yang merupakan salah seorang guru adat disana ketika berbincang dengan Media Jurnalminang, Selasa 23/2/2021 di surau tersebut.
Dari pemerintah nagari Pariangan guru adat dan budaya ini baru diberi insentif 300 ribu setahun. Sungguh sebuah penghargaan yang sangat jauh dari harapan. Ketika ada keperluan kajian kebudayaan, shooting, dokumentasi budaya dan acara lainnya mereka dipakai tenaganya. Tetapi ketika tidak ada keperluan pihak tertentu pelaku budaya hidup dengan segala penderitaan batinnya.
Jika memang kita masyarakat yang peduli dengan budaya, cinta dengan generasi muda yang berbudaya serta malu jika budaya kita hilang suatu waktu, tentu kita, pemerintah dan stakeholder terkait lainnya harus memikirkan nasib mereka. Apalagi pemerintah yang baru di Tanah Datar ini ketika kampanye dulu sering berteriak dan berjanji akan melestarikan kebudayaan Minangkabau di Luak Nan Tuo ini. (Red/Jm).