Batusangkar, Jurnal Minang.
Padang banamo Panyariangan, di sinan batu tigo sakato. Anak dipangku jo pancarian, kamanakan dibimbiang jo Pusako.
Begitu ketentuan tentang harato/harta menurut hukum adat Minangkabau. Pri bahasa ini mengandung bagai mana tugas seorang laki-laki di Minangkabau. Bahkan bukan sekedar tugas, melainkan sekaligus dengan apa tugas itu dilakukan. Malah bagaimana cara melakukannya sudah diatur oleh hukum adat Minangkabau yang dikiaskan pepatah hukum tersebut.
Demikian antara lain dikatakan pemerha ti hukum adat Minangkabau Sts.Dt.Rajo lndo, S.H, M.H, dalam menjawab pertanyaan Jurnal Minang di Batusangkar, Senin 21 Januari 2025.
Menurut Dosen hukum adat universitas Muhammadiyah tersebut bahwa di Minangkabau ada 2 kelompok besar atas harta. 1) Harta pencaharian, dan 2) harta Pusako. Harta pencarian diuntukan bagi anak. Sementara harta Pusako untuk membimbing Kamanakan.
Dijelaskan Ketua Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau (MT-KAAM) Luhak nan Tuo ini, harta pencarian itu jelas asal muasal dan cara mendapatkannya dan posisinya tergolong kepada Harta Pusako Randah menurut hukum adat Minangkabau.
Yang diterima secara turun temurun itu adalah Harta Pudako Tinggi. Turunnya sebagaimana diatur oleh ketentuan adat dan jelaskan oleh pepatah hukum yang berbunyi;
Biriak-biriak tabang ka-sasak, dari sasak ka halaman, patah sayok tabang baranti, basuo di Tanah Bato. Dari Nyinyiak turun ka Mamak dari Mamak ka-Kamanakan, Sako jo Pusako baitu aturannyo. Kata Putra Ampalu Gurun Sungai Tarab itu.
Ditegaskan mantan anggota DPRD dari Kecamatan Sungai Tarab tersebut, jelaslah harta Pusako Tinggi turunnya kepada Kamanakan. Akan tetapi kamanakan menurut hukum adat Minangkabau bukanlah satu saja melainkan empat kelompoknya.
1.Kamanakan nan batali darah, 2.Kamana kan nan batali adat. 3.Kamanakan nan ba tali ayie, 4.Kamanakan nan batali buwek atau nan batali emas dan atau Kamanakan nan batali budi.
Kata pewaris keturunan “Katitiran Di ujuang tanduak nan mancotok di tapak tangan manyosok di ujuang kuku” (salah satu dari pendiri kerajaan Bungo Setangkai atau kerajaan tertua kedua setelah keraja an Pasumayam Koto Batu di Pariangan Na gari Tuo) ini.
Kamanakan nan batali darah adalah Kamanakan kontan yang ibunya satu Ibu de ngan yang akan mewariskan harta Pusako Tinggi itu, jelasnya yang bertopi Moris itu.
Kamanakan nan batali adat adalah yang Niniaknya dulu-dulunya satu hindu dengan Niniak awak. Akan tetapi semenjak 7 (tuju) kali keturunan yang berlalu sudah punya rumah adat, sudah punya Pondam Pakuburan, sudah punya Datuok serta telah punya Kaum sendiri.
Yang Kamanakan nan batali Ayie adalah anak yang diangkat menjadi Kamanakan.
Sedangkan yang dikatakan Kamanakan nan batali buwek atau batali emas dan atau yang batali budi adalah Kamanakan yang keberadaanya disebabkan oleh sesuatu. Kamanakan yang 3 (tiga) ini hanya dapat mewarisi harta Pusako.
Namun ke-empat Kamanakan ini berhak atas harta Pusako Tinggi menurut hukum adat Minangkabau. Akan tetapi harus me nurut urutannya. Justru hukum adat Minangkabau melarang dulu mendahului. Kita boleh kencang tetapi tidak boleh dahu lu mendahului, kecuali telah di izinkan oleh yang di depan, jelas tokoh Pers Nasional yang urang awak ini (Red/Jm)