Sebuah Resonansi Politik
Oleh: Irwan Malin Basa
Meskipun sudah ditetapkan sebagai Bupati dan Wakil Bupati terpilih oleh KPUD Tanah Datar beberapa waktu yang lalu, pasangan Eka Putra dan Richi Aprian belum bisa secara resmi menjalankan roda pemerintahan di kabupaten Tanah Datar. Semuanya diatur oleh UU dan Peraturan lainnya sehingga seorang bupati dan wakil bupati harus terlebih dahulu dilantik dan mengangkat sumpah. Setelah itu, barulah sah menjadi bupati dan wakil bupati. Kalau tidak ada perubahan rencananya tgl 17 Februari 2021 nanti akan dilaksanakan pelantikan dan pengambilan sumpah Jabatan.
Kini, sebelum hari H itu datang berbagai “informasi liar” politik mulai bergulir. Rentetan kejadian sudah mulai muncul. Ada yang positif dan adapula yang negatif. Ada yang mengaku ngaku timses dan adapula yang mengaku sebagai orang suruhan bupati dan wakil bupati. Kejadian kejadian ini tidak hanya melibatkan parpol saja tetapi malah melibatkan pejabat struktural. Aneh tapi nyata.
Dari berbagai peristiwa itu, saya mencoba menganalisis dengan ilmu antropolinguistik serta ilmu sosiopolitikolinguistik. Kedua cabang ilmu ini mungkin kurang familiar di masyarakat awam yang tidak menggeluti ilmu bahasa dan budaya tetapi bagi saya yang ikut mempelajari ilmu ini di jenjang Magister dan Doktoral tentu menarik untuk mengulasnya.
Dalam sebuah kejadian politik tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Pasti ada perencanaan atau grand design. Kemudian ada operator atau eksekutor. Yang terakhir ada yang diuntungkan maupun yang dirugikan. Semua akan terjawab setelah peristiwa itu selesai. Yang umum terjadi di Tanah Datar sampai saat ini barulah kejadian politik yang langsung dieksekusi oleh politisi terkait. Politisi masih bangga kalau masyarakat mengetahui kalau memang dia otak dan pelakunya. Kalau memang begitu, berarti bukan politisi tetapi pekerja politik namanya.
Secara antropolinguistik kita bisa melihat bagaimana perilaku politisi di Tanah Datar melalui bahasa dan statement politik yang mereka keluarkan. Antropolinguistik mempelajari bagaimana makna dibalik bahasa yang disampaikan dan sosiopolitikolinguistik mempelajari bagaimana bahasa itu digunakan oleh kelompok sosial tertentu dalam berpolitik.
Dari berbagai fakta yang dikumpulkan, dapat disimpulkan bahwa kejadian serta peristiwa politik yang terjadi menjelang hari pelantikan itu adalah sebagai move politik dari pihak tertentu yang belum tentu diketahui apalagi direstui oleh Bupati dan wakil bupati terpilih. Namun pengakuan atau boleh disebut pembohongan tersebut menyeret nama bupati.
Kini, sebagai Bupati dan wakil bupati terpilih, Eka Putra dan Richi Aprian bersabarlah menjelang hari pelantikan. Semua persoalan bisa dicarikan solusinya: dengan cara soft, medium ataupun hard dan extrem sekalipun. Politik itu ujung ujungnya kompromi tetapi jangan sampai kita berkompromi untuk merugikan daerah. Politik itu seninya adalah negosiasi tetapi jangan sampai kita bernegosiasi untuk hal yang memang tidak patut.
Apapun yang akan dilakukan oleh Eka & Richi: kompromi, negosiasi, bahkan sampai ke rekayasa politik sekalipun, bersabarlah. Tgl 17 Februari 2021 adalah starting poin bagi sebuah jabatan bupati dan wakil bupati untuk periode ini. Meskipun sudah ada yang memulai, tetapi itu masih “Subhat” kalau tidak boleh dikatakan “haram.” Tidak ada visi dan misi yang lebih mulia selain memajukan dan mensejahterakan masyarakat Tanah Datar. Semoga.