Oleh: Pramono
(Dosen FIB Universitas Andalas
dan MANASSA Komisariat Sumatera Barat)
Barangkali, naskah Kitab Tibb Or. 1714 koleksi Perpustakaan Universitas Leiden yang akan dibicarakan ini adalah naskah pengobatan Melayu tertebal, yakni mencapai 550 halaman. Naskah yang selesai disalin oleh Haji Zainal Abidin pada 1824 ini dapat diunduh pada talian https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/. Menariknya lagi, separuhnya sudah dapat dibaca alih aksaranya pada talian https://press.perpusnas.go.id/. Semoga tahun ini, separuhnya lagi juga sudah diterbitkan kembali oleh Perpusnas Press dan dapat dibaca pada situs yang sama.
Naskah ini ditulis dengan menggunakan aksara Jawi yang rapi dan bahasa Melayu yang mudah dipahami. Kandungannya berisi perbendaharaan nama penyakit, obat, dan cara pengobatannya yang jumlahnya mencapai ribuan. Cara penyajiannya dibagi atas pasal yang menguraikan jenis penyakit dan obatnya, diikuti dengan varian penyakit dan juga obatnya yang dikelompokkan dalam bab-bab.
Jumlah keseluruhan pasal sebanyak 171 pasal dan dibagi menjadi bab-bab yang jumlahnya mencapai 2.504 bab. Dengan demikian, terdapat 171 jenis penyakit dan obatnya serta 2.504 varian penyakit dan obatnya pula.
Bagian yang menarik dan penting untuk dikemukakan di sini bahwa, terdapat pernyataan penyalin Kitab Tibb Or. 1714 bahwa pengetahuan ramuan pengobatan ini diperloleh dari Haji Jakfar orang Minangkabau. Penyataan ini disebutkan dua kali, salah satunya dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
Bab ini obat tawar racun, ambil nyiur hijau putatnya sebelah matahari naik, maka kerat-kerat belah tiga yang sebelah ambil patinya maka ambil (ta?) dan pisang kelat yang baru terbit maka kerat-kerat ambil sutranya bubuh pada santan itu pagi-pagi maka tiga pagi nyiur itulah in sya Allah sekalian racun itu tiada sampai pada kita jadi tawar dengan berkat guru hamba Haji Jakfar orang Minangkabau (Haji Zainal Abidin, 1824: 214).
Keterangan ini menambah catatan kepiawaian orang Minangkabau pada masa lampau, khususnya berkaitan dengan pengetahuan pengobatan tradisional. Dalam beberapa naskah Melayu lain, misalnya, disebutkan juga bahwa orang Minangkabau pada masa lampau memiliki pengetahuan yang baik tentang bedil.
Selain itu, dalam naskah Melayu lainnya, diketahui juga, ternyata orang Minangkabau masa lampau juga memiliki pengetahuan tentang ciri-ciri ayam aduan yang tangguh. Di dalam naskah itu, ramuan yang paling sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit adalah ‘limau’. Jumlahnya mencapai 348 penggunaan untuk ramuan obat dan disusul halia atau jahe untuk 155 jenis ramuan. Salah satu pengobatan yang menggunakan limau dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.
Bab ini obat badam, maka ambil limau nipis tujuh buah korek buang isinya, ambil garam siam masukkan ke dalam limau itu maka tutup beri baik-baik, maka ambil daun sirih dan daun tulang-tulang segentang dan daun serunai segenggam maka rebus dengan limau itu kira-kira belah pinang airnya tinggal, maka tangaskan urat yang sakit, sudah bertangas ambil biji sawi secawan, rendang maka giling dengan pu[tih] telur. Akan airnya cuka dan pinang tujuh pinang tua dan (mesari?) dan bawang merah maka bedakkan pada yang sakit itu tiga hari, afiat (Haji Zainal Abidin, 1824: 315-16).Adapun pengobatan dengan menggunakan jahe, salah satunya dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.
Bab ini obat lemah zakar, ambil halia dan lengkuas dan akar remunggai dan kunyit, maka semuanya itu sama baik dengan air madu dan cuka, maka bubuh pada suatu bekas, maka tanam dalam padi empat puluh hari maka minum pagi secawan, petang secawan afiat (Haji Zainal Abidin, 1824: 342).
Ribuan ramuan pengobatan yang terdapat di dalam Kitab Tibb Or. 1714 merupakan kekayaan yang berpotensi besar untuk direlevansikan bagi kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Keberagaman dan keunikan ramuan ini membuka peluang bagi berbagai disiplin ilmu, seperti biologi dan farmasi, untuk melakukan kajian lebih lanjut.
Melalui penelitian ilmiah yang mendalam, kandungan ramuan tradisional ini dapat diidentifikasi, diekstraksi, dan dikembangkan menjadi solusi pengobatan yang praktis dan efektif. Dengan demikian, khazanah pengetahuan dalam Kitab Tibb Or. 1714 tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan kesehatan global. (*)