Opini  

Resensi Buku: Dari Surau untuk Indonesia

Oleh: Irwan Malin Basa (Dosen UIN Batusangkar)

Judul Buku: Dari Surau untuk Indonesia Penulis: Dr.Sirajul Munir, M.Pd Editor: Firdaus dan Yanti Mulya Roza Penerbit: Haura Utama Halaman: XII + 304 hal. Tahun Terbit: 2024

Sebuah buku yang ditulis oleh Dr.Sirajul Munir, M.Pd yang pernah merasakan gigitan kemiskinan dari kecil sampai selesai kuliah S1. Buku ini berisikan kisah kisah sedih dan bahagia yang dialami oleh semua kontributor yang kini sudah menjadi orang sukses.

Buku ini tentu perlu dibaca oleh seluruh anak muda yang sedang berjihad di jalan Allah terutama yang tinggal di surau, masjid dan musholla. Liputan kemiskinan dan serba kekurangan bukanlah menjadi penghambat untuk mencapai cita cita yang cemerlang. Begitu para penulis menekankan!

Berbagai judul diberi sebagai penghias indahnya tulisan penderitaan para “surauisme” ini dan tentu kisahnya beragam pula. Di berbagai halaman kita temukan istilah seperti marbot, hotel muslim, wasjud waqtarib, dan. Sangat menarik untuk dibaca.

Tak tanggung tanggung, Gubernur Sumatera memberikan kata pengantar untuk buku ini. Termasuk pula seorang profesor muda yang juga rektor UIN Batusangkar memberikan sambutan di dalamnya. Dan, di bagian akhir back cover, tiga orang guru besar memberikan testimoni tentang buku ini.

Yang lebih luar biasa, buku ini dilaunching di kampus yang juga langsung dihadiri oleh gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah dan dihadiri oleh berbagai kalangan. Tak ketinggalan pula seorang profesor pemikiran Islam yang juga “urang surau” berkenan membahas buku ini dimana saya diminta memoderatori kegiatan ini.

Walaupun begitu, saya sebagai seorang peneliti kebudayaan, dan pernah merasakan pendidikan di surau di era 80 an, tentu sedikit memiliki persepsi dan konsepsi yang berbeda tentang eksistensi “surau today” dengan “surau yesterday”.

Baca Juga :  Kapal Pesiar Era Baru: Sekedar "Palamak Ota" Ketika Kampanye kah?

Idealnya, terminologi “surau” perlu disampaikan oleh penulis karena konsep surau yang dimaksud oleh penulis buku ini lebih dominan kepada masjid dan musholla. Ya, tinggal di mushola atau di masjid sambil kuliah. Sibuk dengan dengan berbagai kegiatan duniawi dan ukhrawi termasuk sebagai “sumber rezeki”. Hehehe.

Profesor Duski Samad yang membahas buku ini menegaskan, surau masih ada hari ini! Saya setuju tapi bentuknya mulai berbeda. Surau memiliki banyak fungsi. Surau menghasilkan ustad, dosen, guru, politisi, pengusaha, gubernur, bupati dan puluhan profesi lainnya.

Walau bagaimanapun, buku ini sangat direkomendasikan untuk dibaca untuk pedoman bagi pejuang pejuang kehidupan. Patut saya apresiasi dengan jutaan terimakasih kepada pihak yang sudah terlibat menulis buku ini.

Bagi saya pribadi, buku ini menjadi inspirasi untuk menulis buku sejenis. Bisa saja judulnya saya tulis: Dari Lapau untuk Dunia, dan Dari Dangau untuk Surga.

Tak ada gading yang tak retak. Ranting ranting kesalahan kecil dalam penulisan buku ini tentu bisa dilengkapi pada edisi revisi nantinya. Saya kutip pendapat almarhum prof.Azyumardi Azra tentang surau, “surau adalah salah satu pendidikan non formal terbaik di Sumatera Barat yang pernah ada.”. Beliau tuliskan dalam buku yang berjudul Jaringan Ulama Nusantara dan Timur Tengah.

Selamat membaca buku Dari Surau untuk Indonesia ini.