Opini Oleh: Ahmad Rizal Chaniago (Peneliti dan Akademisi)
Pileg th 2024 sudah usai meskipun pemenang yang ditetapkan KPU belum dilantik karena masih ada gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK). Seraya menunggu MK bersidang, isu Pilkada mulai bergulir, tak hanya di Tanah Datar. Pilkada yang menurut rencana akan dilaksanakan pada bulan November 2024 nanti sudah mulai mengeluarkan sedikit hawa panas. Isunya sudah bertebaran kemana mana.
Khusus di Tanah Datar, ada beberapa fenomena yang menarik dicermati, baik partai koalisi nanti, siapa bakal calon kepala daerah, oyak oyak media dan pemain politik serta berbagai intrik lainnya. Semuanya mulai muncul ke permukaan baik melalui media, WhatsApp group serta obrolan di warung kopi dan lapau lapau di banyak penjuru sampai ke sudut kampung.
Salah satu partai yang menarik dicermati adalah partai Nasdem. Mengapa demikian? Karena beberapa waktu belakangan ini, sudah muncul dua orang bakal calon bupati Tanah Datar dari Partai Nasdem yaitu Richi Aprian melalui kalendernya dan Suherman melalui baliho dan flyer nya di berbagai media.
Dengan kemunculan dua figur ini tentu publik bertanya tanya, siapa yang akan didukung Nasdem? Dengan partai apa berkoalisi? Dan apakah Nasdem akan mendukung calon bupati atau hanya untuk mendukung calon wakil bupati? Belum ada jawaban yang pasti.
Quovadis? Ya! Artinya, kemana arah partai Nasdem Tanah Datar? Tidak satupun yang bisa menjawab dengan pasti kecuali hanya mengira ngira dengan ilmu “kiro kirologi” atau ilmu “cocok cocoklogi.” Mengapa demikian? Karena kepastian dalam politik itu adalah ketidakpastian itu sendiri. Unik memang.
Richi Aprian atau Suherman kah? Keduanya punya peluang, atau bisa saja tidak kedua duanya sama sekali. Klaim klaim dukungan atau rekomendasi bisa saja dibuat isunya, tapi belum ada yang benar benar memperolehnya. Hanya sekedar perang urat syaraf saja agaknya. Kadangkala politik itu penuh misteri juga. Siapa sangka Gibran akan berpasangan dengan Prabowo, misalnya.
Antara Richi Aprian dan Suherman siapa yang unggul? Keduanya tentu memiliki plus minus masing-masing. Tak elok rasanya kita ungkap minusnya di tulisan ini. Biarlah eloknya atau positifnya saja kita ungkap ke publik. Bak kata pepatah Minang, pabanyak puji, kurang kurangi upek. Tak ada ruginya kita memuji seseorang. Toh, keduanya orang kampung kita juga.
Bagaimana dengan Richi Aprian? Ya, Ketua DPD Nasdem Tanah Datar dan juga Wakil Bupati Tanah Datar saat ini. Gagalkah dia di pileg? Tidak juga. Data dan fakta menunjukkan bahwa kursi partai Nasdem bertambah dan perolehan suara total Nasdem bertambah juga di tangannya di Tanah Datar. Mengapa Richi banyak diam saat ini? Mungkin karena suasana Ramadhan. Mungkin sedang beri’tikaf.
Bagaimana dengan Suherman? Ya, mantan caleg DPR RI dari partai Nasdem Dapil Sumbar I. Cukup berpengalaman dalam politik. Seorang pengusaha dan kabarnya memiliki cukup jaringan di berbagai kalangan. Gagalkah dia di pileg? Tidak juga, cuma Lisda Hendra Joni dan Sadiq Pasadigoe memperoleh lebih banyak suara. Standar kegagalan dan kesuksesan itu berbeda beda.
Jadi, mereka berdua, kini, laksana riak dan gelombang saja. Tapi, ketika angin kencang, riak itu bisa menjadi gelombang. Namun jika angin sepoy sepoy, gelombang itu menjadi riak saja! Fahamlah tuan tuan tentang maknanya.
Walau bagaimanapun, surat dukungan untuk mendaftar ke KPU nantinya akan dikeluarkan oleh DPP tentu berdasarkan berbagai pertimbangan. Tak cukup hanya karena kedekatan dengan seseorang di DPP saja misalnya. Tentu ada rekomendasi dan pertimbangan dari DPW, rekomendasi lembaga survey, pertimbangan lain lain. Nasdem konsepnya restorasi dan perubahan. Tentu perubahan ke arah yang lebih baik.
Jika Nasdem nanti asal mendukung calon saja untuk pilkada, tanpa perhitungan yang matang, khususnya di Tanah Datar, tentu dapat merugikan eksistensi partai Nasdem sendiri.
Kita tunggu saja siapa yang akan dihempas gelombang dan dipermainkan riak nantinya. (*)