Potret Perolehan Suara Anggota DPRD Incumbent di Kab. Tanah Datar: Siapa yang Naik Turun?

Opini Oleh: Muhammad Intania, SH
(Advokat & Pengamat Sosial Politik)

Meskipun sistem Pemilu belum diputuskan oleh MK apakah akan tertutup atau terbuka, perlu juga kita analisa data perolehan suara incumbent ketika pemilu th 2014 dan 2019. Setidaknya menjadi pedoman siapa yang berpotensi akan tersingkir. Setidaknya untuk mengetahui siapa yang naik dan turun perolehan suaranya. Idealnya, suara incumbent itu naik atau bertambah karena mereka sudah berbuat walaupun dominan memakai uang negara. Jika suara incumbent menurun, ada apa?

Bahasan kali ini untuk menyimpulkan pendapat penulis berdasarkan data di atas kertas yang sedikit banyaknya bisa sebagai rujukan untuk proyeksi keberhasilan petahana menduduki kembali kursi DPRD untuk periode 2024 – 2029.

Bahasan kali ini juga sebagai wujud kontribusi pemikiran penulis kepada dunia perpolitikan di Tanah Datar berbasis data yang diharapkan bisa menjadi rujukan dan pencerahan bagi publik Tanah Datar di Salingka Luak Nan Tuo dan di perantauan. Setidaknya jadi bahan diskusi bermutu di lapau maupun di dunia maya berbasis data daripada hanya berdebat kusir tanpa pegangan data dan hanya mengedepankan ego masing masing.

“Yach, setidaknya untuk mengajak para netizen semakin bijak dan semakin dewasa ber argumentasi berbasis data” ujar Wan Labai sok arif dan sok bijaksana.

Walaupun nanti diputuskan sistim pemilu berupa Proporsinal Tertutup atau Proporsional Terbuka, namun diperkirakan metode penghitungan kursi DPRD Kabupaten tetap mengunakan metode Sainte Lague, walaupun saat ini KPU sedang menggodok metode perhitungan suara secara dua panel.

Baiklah, sekarang kita masuk ke topik bahasan. Dari rekap perhitungan perolehan suara petahana Anggota DPRD pada pileg 2014 dan pileg 2019 lalu (lihat photo profil), maka kita dapat membaca hal hal sebagai berikut:

  1. Sebenarnya jumlah petahana Anggota DPRD Tanah Datar adalah 19 orang, namun karena satu petahana di PAW, maka total petahana yang tinggal sebanyak 18 orang.
  2. Statistik menggambarkan bahwa rekap total perolehan suara secara umum menunjukkan kenaikan dari 22.341 suara pada Pileg 2014 menjadi 30.970 suara pada Pileg 2019. Hal itu menunjukkan trend naiknya kepercayaan publik kepada Anggota DPRD petahana.
  3. Secara personal dapat kita baca bahwa tambahan perolehan suara terbanyak dibukukan oleh Istiqlal dari Partai PKS sebanyak 1.290 suara sehingga total suara yang diperolehnya pada 2019 adalah 2.200 suara. Sedangkan tambahan suara terkecil dibukukan oleh Herman Sugiarto, SH dari Partai Golkar sebanyak 12 suara saja sehingga total suara yang diperoleh pada 2019 adalah 1.875 suara.
  4. Ada 3 petahana yang mengalami penurunan perolehan suara di Pileg 2019. Penurunan perolehan suara terbanyak dibukukan oleh Syafaruddin Dt. Marajo (Partai Golkar) yang kehilangan sebanyak 468 suara sehingga total suara diperoleh pada 2019 menjadi 1.519 suara. Penurunan perolehan suara kedua dibukukan oleh Nurhamdi Zahari (Partai Demokrat) yang kehilangan suara sebanyak 104 suara sehingga total perolehan suara 2019 menjadi 1.287 suara. Penurunan perolehan suara terkecil dibukukan oleh Benny Remon, A.Md (Partai PAN) yang kehilangan 100 suara sehingga total perolehan suara pada 2019 menjadi 1.727 suara.
  5. Perolehan suara personal tertinggi tahun 2019 dibukukan oleh Anton Yondra, SE (Partai Golkar) sebanyak 2.543 suara, dan perolehan suara personal terendah dibukukan oleh Wadrawati (Partai Hanura) sebanyak 988 suara.
  6. Kenaikan perolehan suara yang dapat menaikkan reputasi partai dibukukan oleh kader Partai PKS dengan kenaikan suara sebanyak 2.978 suara pada 2019. Agaknya tingkat kepercayaan publik kepada Partai PKS semakin tinggi atau strategi partai untuk para kadernya mendulang suara patut menjadi bahan evaluasi bersama.
Baca Juga :  Partai Gerindra Tanah Datar Lakukan Verifikasi Dan Konsolidasi Perhelatan Politik 2024

Dari gambaran umum di atas kita juga dapat melihat kondisi anti tesis dimana secara kepartaian, Partai Golkar justru kehilangan 4 kursi pada tahun 2019, namun secara personal kader Golkar atas nama Anton Yondra, SE justru naik perolehan suaranya sebanyak 898 suara. Padahal kita tahu Anton Yondra, SE pada saat itu menjabat sebagai Ketua DPRD dan juga Ketua Partai Golkar Kabupaten Tanah Datar, justru faktanya tidak mampu mempertahankan kedigdayaan nama besar Golkar. Kondisi itu diyakini akibat kebijakan politik nasional Partai Golkar yang berimbas negatif kepada tingkat kepercayaan publik Tanah Datar.

Secara umum penulis bisa amati bahwa konsistensi kebijakan partai yang ditentukan oleh elit partai tingkat nasional secara signifikan mempengaruhi sikap pemilih di daerah, sehingga kader di daerah pun konsisten untuk melaksanakan kebijakan partai, demikian sebaliknya. Oleh karena itu, maka Partai PKS mendapatkan simpati publik di daerah dan trend perolehan suaranya cenderung meningkat signifikan.

Selain itu perlu dicermati juga trend penurunan suara. Selain karena faktor kepartaian, penurunan perolehan suara juga bisa dipengaruhi oleh faktor kesehatan, faktor moral, sikap dan perilaku serta rapor kinerja personal para kader terkait. Faktor penurunan lain juga bisa dipengaruhi oleh isu isu negatif yang ditiupkan pihak kompetitor seperti dugaan skandal pidana (korupsi, judi, narkoba, dll),

Nah dari paparan di atas, setidaknya sudah bisa memberikan informasi alternatif kepada publik untuk menentukan pilihan suara di 2024 nanti. Apakah akan tetap memilih petahana untuk melanjutkan dinasti jadi anggota DPRD? Ataukah publik punya keinginan mayoritas untuk menempatkan figur baru yang diharapkan akan menjadi darah segar untuk membentuk lembaga DPRD yang lebih berkualitas ke depannya.

Baca Juga :  Menghidupkan Iluminasi dan Ilustrasi Naskah Kuno Melayu untuk Batik Khas Sumatera

Petahana atau incumbent mungkin sangat berharap sistem pemilu menjadi proporsional tertutup. Sebab, incumbent menempati nomor urut yang bagus. Bagi pemula? Perbanyaklah berdoa!