Pemajuan Warisan Budaya Minangkabau Melalui Batik: Inisiatif Inklusif bagi Teman Tuli

Oleh: Pramono
(Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
dan Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA)
Komisariat Sumatera Barat)

Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 mengatur empat ruang lingkup utama dalam pemajuan kebudayaan, yaitu perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan. Dari keempat lingkup ini, pengembangan dan pemanfaatan sering kali kurang mendapatkan perhatian, padahal keduanya sangat penting untuk memajukan karya budaya.

Lembaga Surau Intellectual for Conservation (SURI) sejak 2020 telah fokus pada pengembangan dan pemanfaatan karya budaya, sebuah langkah yang disambut baik oleh masyarakat. Warisan budaya memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan dimanfaatkan, sebagaimana pengalaman SURI yang menjadi mitra Universitas Andalas pada 2022 dalam proyek “Produksi dan Komersialisasi Batik Minangkabau Berbasis Naskah Kuno”.

Melalui proyek tersebut, SURI menemukan dua masalah utama dalam pengembangan dan pemanfaatan batik Minangkabau yang berbasis iluminasi naskah kuno. Pertama, minimnya referensi budaya yang digunakan sebagai desain motif batik. Perajin batik di Sumatera Barat umumnya hanya mengandalkan ragam hias ukiran rumah gadang. Padahal, nilai jual batik juga bergantung pada kekayaan desain dan narasi budaya yang menyertainya.

Kegiatan Pelatihan Membatik

Kedua, kurangnya pembatik yang tekun dalam memproduksi batik tulis. Jika pesanan batik besar diterima, produksi sering dialihkan ke perajin di Jawa Tengah. Hal ini tentu saja menghambat perkembangan industri batik lokal.

Untuk mengatasi masalah pertama, SURI mengembangkan desain motif batik dari iluminasi manuskrip Minangkabau, yang memiliki potensi besar karena jumlahnya yang signifikan. Namun, masalah kedua, yaitu kekurangan pembatik, masih menjadi tantangan.

Meskipun pemerintah daerah telah mengadakan pelatihan membatik, hanya sedikit yang bertahan dalam profesi ini. Menariknya, Canting Buana Kreatif di Padang Panjang, yang dipimpin oleh Widdiyanti, berhasil memberdayakan tiga karyawan tuli (difabel rungu) sejak 2012. Mereka lebih terampil, tekun, dan konsisten dibandingkan orang-orang normal, menghasilkan batik tulis berkualitas tinggi yang digunakan oleh pejabat lokal dan nasional.

Baca Juga :  Lantik 8 Orang Kepsek, Deri Berharap Dapat Memajukan Pendidikan di Sawahlunto

Berangkat dari pengalaman ini, SURI mengusulkan program baru kepada Program Dana Indonesiana. Program ini direncanakan bermitra dengan Canting Buana Kreatif dan Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN) Padang untuk memberdayakan 40 penyandang tuli dalam membatik. Peserta pelatihan akan mengaplikasikan desain motif batik yang dikembangkan dari iluminasi manuskrip Minangkabau.

Produk yang dihasilkan akan dipamerkan dan dikomersialisasikan, dengan harapan dapat mengatasi masalah pengrajin batik di Sumatera Barat dan menginspirasi terbentuknya ekosistem industri kreatif berbasis warisan budaya yang inklusif.

Pelatihan gelombang pertama akan dilaksanakan pada tanggal 23-26 Mei 2024 di Canting Buana Kreatif, Kota Padang Panjang. Pelatihan gelombang kedua direncanakan akan dilaksanakan pada Juni 2024. Selama tiga tahun (2023-2026), SURI menargetkan untuk membangun ekosistem pengembangan dan pemanfaatan iluminasi manuskrip Minangkabau untuk produk batik, dengan pemasaran berbasis digital.

Bimbingan dari instruktur

Empat puluh teman tuli akan dilibatkan sepenuhnya dalam produksi ini. Pada 2030, SURI berharap dapat memperluas program ini untuk mencakup pemanfaatan warisan budaya lainnya, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

Program ini memiliki berbagai kontribusi signifikan. Pertama, memberdayakan teman tuli melalui pelatihan dan peningkatan kemandirian ekonomi. Kedua, melestarikan warisan budaya tertulis dalam bentuk manuskrip dengan menggunakan iluminasi manuskrip Minangkabau sebagai sumber inspirasi. Ketiga, mengembangkan ekonomi lokal dengan menciptakan produk batik yang unik dan bernilai tinggi. Keempat, mewujudkan inklusi sosial dengan memberikan peluang kepada teman tuli untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan budaya dan ekonomi.

Program ini tidak hanya tentang memproduksi batik, tetapi juga menciptakan karya seni yang mencerminkan warisan budaya Minangkabau dengan cara yang kreatif dan berkelanjutan. Selain itu, melalui seminar, lokakarya, dan pameran seni, program ini akan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang warisan budaya Minangkabau dan pentingnya inklusi sosial. Program ini juga bertujuan untuk melestarikan budaya, menciptakan peluang ekonomi baru bagi teman tuli, dan mengedukasi masyarakat tentang keberagaman dan inklusi sosial.

Baca Juga :  1000 guru di Tanah Datar Ikuti Seminar Pendidikan demi Tingkatkan Wawasan dan Kemampuan

Kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti Canting Buana Kreatif dan GERKATIN Padang, diharapkan dapat memastikan keberhasilan program ini. Iluminasi manuskrip Minangkabau adalah warisan budaya yang perlu dilestarikan, dan teman tuli memerlukan akses lebih luas ke pelatihan dan pekerjaan. Program ini akan mengatasi kedua isu tersebut, menciptakan dampak positif jangka panjang dalam pelestarian budaya, pemberdayaan ekonomi, inklusi sosial, dan peningkatan kualitas hidup teman tuli.

Dengan demikian, inisiatif ini tidak hanya menjaga dan memajukan warisan budaya Minangkabau, tetapi juga memberikan peluang inklusi sosial dan pertumbuhan ekonomi yang penting bagi masyarakat luas. (*)