Merantau dapat Mengubah Ekonomi?

Oleh: Novfita Risma Yenni. (Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas)

Rantau ialah wilayah atau negeri Minangkabau yang berada di luar kampung halaman, bisa juga disebut keluar dari luhak nan tigo. Pada mulanya merupakan wilayah mencari kekayaan secara individual oleh penduduk baik dalam perdagangan maupun dalam jasa atau kegiatan lainya yang bersifat sementara. Pergi ke rantau atau disebut merantau merupakan produk kebudayaan sebagai ciri khas anak muda di ranah Minang.

Setiap orang terutama anak muda (laki-laki) akan senantiasa didorong dan ditarik agar pergi merantau oleh kaum kerabatnya dengan berbagai cara. Falsafah yang menggariskan matrealisme Minangkabau mendorong anak muda agar kuat mencari harta kekayaan guna memperkokoh atau meningkatkan martabat kaum kerabat agar setara dengan orang lain. Hel tersebut tergambar dalam bait pantun dibawah ini:

Apo gunonyo kabau Batali
Usah dipauik di pamatang
Pauuik sajo di tangah padang
Apo guno badan mancari
Iyo pamadang sawah jo ladang
Nak mambela sanak kandung
(Apa gunanya kerbau bertali
Usah dipautkan di pematang
Pautkan saja di di tengah padang
Apa gunanya kita mencari
Untuk mempertahankan sawah dan ladang
Hendak membela saudara kandung).

Tempat mencari harta kekayaan ialah di rantau. Tujuan mencari harta kekayaan untuk menaikan harga diri atau meningkatkan martabat kaum kerabat dalam masyarakat yang bersemangat kompetitif bukanlah merupakan satu satunya motivasi. Struktur sosial yang dialami kaum laki laki ikut mendorong setiap orang untuk pergi merantau. Petuah Minang menyebut seperti berikut:

Karatau madang di hulu
Babuah babungo balun
Marantau bujang dahulu
Dirumah baguno balum. (kerantau madang dahulu
Berbuah berbunga belum
Merantau bujang dahulu
Di rumag berguna belum )

Baca Juga :  Wabup Richi Aprian Ikuti Rakor Pengendalian Inflasi Bersama Mendagri

Dalam masyarakat Minangkabau seorang laki laki muda dinamakan bujang. Sebagai bujang status sosial dipandang rendah atau belum sempurna sebagai warga masyarakat di kampung. Mereka di dalam keluarga juga berguna untuk membantu pekerjaan yang dikerjakan saat pekerjaan keluarga.
Dalam rapat rapat mereka belum bisa dibawa sertakan, mereka diasramakan mencari ilmu dan belajar tentang adat, agama serta belajar silat. Mereka dianjurkan tidur di surau dikarenakan bujang di ranah Minang tidak dibolehkan tidur di rumah gadang sebab dari itu juga mereka tidur dan menghabiskan waktu di surau dan jika mereka sudah merasa pantas untuk merantau maka mereka akan pergi ke perantauan mencari pekerjaan dan ilmu untuk dibawa pulang setelah mereka berhasil di perantauan.

Orang yang sudah lama di perantauan dan sudah sukses mereka akan pulang dan menolong tanah kelahiran dan membantu perekonomian keluarga nya, jika ada yang mempunyai pekerjaan sendiri dia juga akan mengambil anak bawahannya dari keluarga dan orang kampung nya sendiri. Setelah semua tercukupi dan mereka mencari pasangan yang diinginkan membawa ke rumah di kampung untuk dinikahi setelah itu mereka akan membawa lagi ke perantauan untuk menyambung hidup.

Sekarang merantau tidak hanya bagi anak bujang tetapi anak gadih (gadis) Minang juga banyak merantau karena disebabkan alasan ekonomi dan susahnya mencari pekerjaan di ranah Minang. Banyak gadis Minang yang tidak melanjutkan pendidikan dan akhirnya ikut merantau membangun perekonomian keluarga (mambangkik batang tarandam).

Untuk membebaskan diri dari posisi tersebut selain pergi merantau ialah dengan cara menikah atau berkeluarga, tapi menikah itupun tidak mudah. Lebih lebih dengan gadis cantik yang dinikahi. Karena setiap orang tua tidak akan membiarkan anak gadisnya menikah dengan seseorang yang tidak mempunyai sumber hidup atau kekayaan. Pada nagari atau jorong kecil yang sudah jenuh ataupun sempit maka salah satunya cara yang paling baik ialah merantau.

Baca Juga :  Pemkab Pacitan Studi Tiru ke Kab. Tanah Datar Terkait Pengendalian Inflasi

Daerah rantau adalah sebuah harapan meskipun tidak semua perantau itu sukses. Namun dengan merantau setidaknya kita sudah mau merubah pola hidup, merubah kebiasaan, merubah kondisi dan lingkungan kita. (*)