Makam Ulama Bersejarah di Nagari Piobang yang Hampir Ditelantarkan

Oleh: Dwino Scorpio (Mahasiswa jurusan sastra Minangkabau, FIB
Universitas Andalas Padang)

Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak para pejuang yang berjuang demi mempertahankan Indonesia, baik untuk merebut kemerdekaan atau mempertahankan kedaulatan Indonesia dan mengusir penjajah dari tanah air tercinta. Dan banyak pula para pejuang yang gugur dalam mempertahankan Indonesia. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka. Perjalanan yang begitu panjang untuk memperjuangkannya.

Dari waktu yang panjang tersebut, banyak sejarah-sejarah yang ditinggalkan seperti tempat-tempat bersejarah di Indonesia yang kini menjadi sebuah tempat wisata bersejarah. Tetapi seiring berjalannya waktu ada sebagian tempat-tempat bersejarah yang sudah mulai terbengkalai yang sudah tidak terawat. Seperti makam para pahlawan, contohnya, ada sebagian dari makam bersejarah tidak terawat dan terbengkalai begitu saja. Padahal makam pahlawan juga termasuk sebagai tempat yang bersejarah yang ada di Indonesia.

Salah satu contoh makam yang bersejarah yaitu makam haji Piobang, merupakan makam yang memiliki sejarah tetapi jarang orang yang mengetahui tentang makam bersejarah ini. Makam haji Piobang merupakan sebuah makam seorang pahlawan Indonesia yang bernama syekh haji Piobang. Beliau merupakan seorang ulama yang berjuang dalam pergerakan perang Padri pada abad 18. Beliau memiliki nama asli Abdurrahman, beliau lahir di luahak limopuluah, Minangkabau. Beliau juga pernah diceritakan sebagai ulama cukur sebelah, jadi ceritanya adalah pada suatu ketika seorang ulama sedang cukur rambut, rambut nya baru selesai terpotong sebelah dan dia pergi kebelakang dan mengaku Mekah sedang terbakar dan beliau ikut memadamkan apinya, hal tersebut terlihat oleh seseorang yang berasal dari Minang yang sedang naik haji, dan dia melihat haji Piobang tersebut ikut serta dalam memadamkan api di Mekah, padahal Haji Piobang tersebut sedang tidak berada di Mekah.

Dan Haji Piobang juga pernah menuntut ilmu pengetahuan ke universitas Al-Azhar Mesir bersama dua orang temannya yaitu, Haji Sumaniak yang berasal dari Batusangkar dan Haji Miskin yang berasal dari Pandai Sikek (dalam wilayah Tanah Datar sekarang). Pada tahun 1798 Haji Piobang, Haji Sumaniak dan Haji Miskin dibawah pimpinan Jenderal Muhammad Ali Pasha, ikut serta berperang melawan tentara Napoleon Bonaparte di Kairo Mesir, dan mereka pun berhasil melumpuhkan tentara Napoleon Bonaparte tersebut. Dampak dari kemenangan tersebut menghambat Napoleon untuk memasuki daerah-daerah yang berada di Asia, seperti India dan Indonesia.

Sebelum mereka pulang ke Minangkabau mereka juga singgah di Mekah hingga mereka mendapatkan gelar haji. Sepulangnya mereka dari Mesir dan Mekah pada tahun 1803 mereka disambut oleh Tuanku Nan Receh, seorang pimpinan ulama Minangkabau. Mereka menjadi pelopor pergerakan Paderi untuk memurnikan ajaran Islam di Minangkabau dari kegiatan kegiatan yang dilarang dalam ajaran Islam seperti perjudian yang dilakukan oleh masyarakat, meminum minuman keras, sabung ayam, penggunaan madat, dan kegiatan kegiatan yang menentang ajaran agama Islam lainnya. Namun ajakan mereka ditolak oleh kaum adat dan mereka bersikeras untuk mempertahankan adat.

Oleh karena itu, terjadilah peperangan antara kaum adat dengan pasukan Padri. Kaum adat dibantu oleh Hindia Belanda. Setelah wafat, haji Piobang dimakamkan di sebuah nagari yang berada di kabupaten Limapuluh Kota, kecamatan Payakumbuh yang sekarang nagari itu bernama nagari Piobang. Nagari Piobang merupakan sebuah nagari yang terletak di kabupaten Lima Puluh Kota kecamatan Payakumbuh, Sumatra Barat. Nagari Piobang memiliki tiga jorong yaitu jorong Gando, jorong Piobang, dan jorong Ampang. Nah, di bagian jorong Gando lah makam Haji Piobang itu berada. Makam haji Piobang berbentuk komplek yang terdiri dari bangunan inti makam yang di dalamnya terdapat 2 makam, yaitu makam haji Piobang dan makam ajudan beliau. Disamping makam juga terdapat mushalla untuk beribadah bagi para pengunjung.

Untuk menuju ke tempat makam Haji tersebut dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Tidak banyak orang yang tahu tentang makam bersejarah ini. Dan makam bersejarah ini juga jarang orang mengunjungi dan berziarah ke makam tersebut. Sekarang keadaan makam tersebut seperti sudah mulai terbengkalai, meskipun kadang-kadang masih ada masyarakat setempat untuk melakukan kegiatan gotong royong bersama membersihkan makam tersebut, tetapi kegiatan itu juga jarang terlihat. Dapat dilihat mushalla dan tempat berwudhu untuk para pesiarah yang berada di dekat makam tersebut juga sudah hampir terbengkalai, karena sudah jarang digunakan dan juga jarang dibersihkan. Dan sekitar bangunan makam juga sudah ditumbuhi oleh semak-semak yang sudah mulai tinggi, jalan setapak yang menuju ke makam yang terbuat dari beton juga sudah mulai pecah-pecah.

Maka kita sebagai masyarakat, baik itu masyarakat sekitar ataupun seluruh masyarakat yang berada di Indonesia ini, hal ini bisa kita kondisikan untuk saling bahu membahu untuk memikirkan dan mengatasi permasalahan ini, sebab makam haji Piobang merupakan salah satu makam pahlawan nasional, yang merupakan aset dari Sumatra Barat atau Minangkabau.

Baca Juga :  Pascasarjana UIN Batusangkar Gelar Seminar Internasional Selama Dua Hari

Hal yang perlu dilakukan supaya makam tersebut tetap terawat, alangkah baiknya masyarakat setempat selalu mengadakan gotong royong untuk merawat makam bersejarah tersebut, sambil berziarah untuk mendoakan pahlawan yang sudah berjuang demi negara kita yang tercinta ini. Dan juga dibutuhkan kesadaran bagi masyarakat untuk selalu mengingat bahwa makam tersebut adalah makam yang bersejarah yang patut dirawat dan jangan melupakan sejarahnya. Tidak hanya makam haji Piobang saja yang harus dijaga, tetapi seluruh tempat-tempat yang memiliki sejarah di Indonesia juga menjadi tanggung jawab kita untuk menjaga dan merawatnya. (*)