Calendar of Event Tanah Datar 2024: Salah Kelola, Minim Dukungan, Atau Bupati “Dikerjai” Para Kadis?

Opini Oleh: Muhammad Intania, SH
(Advokat & Pengamat Sosial Politik)

Pepatah Minang “Tarandam randam indak basah, tarapuang rapuang indak hanyuik” yang maknanya suatu persoalan yang tidak didudukkan dengan baik dan pelaksanaanya dilalaikan, agaknya cukup relevan dengan manajemen pengelolaan Calendar of Event Tanah Datar Tahun 2024 (CoE TD 2024) ini.

Oleh karena itu, isu CoE TD 2024 tak henti hentinya jadi sorotan dan atensi penulis sendiri dan juga pelaku pariwisata lainnya. Kenapa? Karena ada sisi lain yang perlu dikritisi untuk perbaikan yang konstruktif guna menambah kualitas dan nilai (value) dari program unggulan yang dibanggakan pemerintahan Era Baru dibawah kepemimpinan Eka Putra ini.

Kenapa perlu dikritisi? Karena itu adalah bentuk atensi dan kepedulian dan rasa cinta masyarakat untuk kebaikan program yang telah disetujui para wakil rakyat di DPRD Tanah Datar tersebut. Setidaknya juga agar tidak menyalahkan penulis melulu di mata para pendukung rezim, hehehe.

“Hanya orang yang “bersumbu pendek” yang menyimpulkan bahwa mengkritisi itu adalah upaya mancukia cukia dan upaya menyerang pemerintah. Sejatinya, mereka tak paham bahwa mengkritisi itu adalah upaya MENASEHATI secara gratis tanpa harus menjadi bagian dari rezim itu sendiri” ujar Wan Labai sok bijak yang terbuka mood menulisnya selepas sahur.

Berikut pandangan penulis tentang manajemen pengelolaan CoE 2024 sebagai berikut:

  1. Pengelolaan CoE TD 2024 terkesan serampangan dan tidak mengikuti kaedah perencanaan yang matang bila dibandingkan dengan pengelolaan CoE TD 2023. Perencanaan dimaksud baik mengenai perencanaan penganggaran, pengaturan jadwal (time management), koordinasi lintas sektor, peningkatan kualitas layanan dan kerjasama dengan pihak ketiga, dll.
  2. Tidak terlihat peningkatan kualitas, selain hanya peningkatan kuantitas event dari semula partisipasi 26 Nagari pada 2023 menjadi 36 Nagari pada 2024. Hal ini beresiko karena hanya fokus pada kuantitas dan terkesan mengabaikan kualitas.
  3. Secara kualitas, penanganan CoE TD 2024 ini terkesan stagnan (kalau keberatan dikatakan mundur) dibanding penanganan CoE TD 2023. Perhatikan flyer CoE TD 2024 dibandingkan dengan flyer tahun lalu. Flyer CoE TD 2024 terkesan kosong dan kurang informatif. Slot informasi event hanya mengisi ½ halaman flyer, sedangkan slot tahun lalu sekitar ¾ flyer. Tidak disebutkan informasi website pariwisata, info Tourism Information Centre, dll, hanya ditampilkan logo logo semata. Bagusnya, di flyer TD 2024 sudah tidak lagi dipasang photo pasangan Eka-Richi. Artikan aja sendiri, hehehe.
  4. Pemkab Tanah Datar dibawah pemerintahan Eka Putra hanya terkesan mengejar sisi pencitraan dan haus seremonial belaka, tidak memikirkan SISI KUALITAS event itu sendiri, seperti: 1) Tidak dibuatkan Petunjuk Teknis (Juknis) standar minimum fasilitas yang harus tersedia di event tersebut. 2). Tidak dibuatkan SOP tentang mitigasi bilamana terjadi keadaan force majeur atau kecelakaan di lokasi event. 3). Tidak terlihat ada upaya meningkatan pemasaran CoE TD 2024 dan kerjasama dengan pihak ketiga, baik berupa Nota Kesepakatan Kerjasama dengan pihak yang berbisnis pariwisata maupun dengan pihak digital marketing, dll.
  5. Seharusnya dari tahun ke tahun, ada evaluasi dan dilakukan perbaikan baik jenis event, kualitas event, sisi pemasaran, sisi kerjasama yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten. Bukankah bisa bekerjasama dengan Damri, Agen Bus Pariwisata, Kerjasama antar Kabupaten, dll?
  6. Karena tidak adanya minimum standar yang ditetapkan Pemkab Tanah Datar maka penilaian atas keberhasilan sebuah event dan diberikan reward tidak ada indikator terukurnya sehingga terkesan memberikan penilaian sepihak, dan oleh karenanya kental dengan unsur subjektivitas. Seharusnya Pemkab Tanah Datar sudah memberikan Check List indikator indikator apa saja yang menjadi patokan penilaian, bukan karena kedekatan dengan penguasa, hehehe. Jadi dengan adanya Check List yang disepakati, maka akan terhindar dari penilaian yang tidak fair, sehingga diakui oleh pihak lain secara objektif.
  7. Belum cukup transparansi publik yang disampaikan oleh Pemkab Tanah Datar dibawah kepemimpinan Eka Putra ini. Contoh, seharusnya selepas awal tahun baru sudah bisa disampaikan rekap jumlah pengunjung terhadap event yang dilaksanakan, rekap jumlah transaksi selama event, rekap pembiayaan dan manfaat yang diperoleh penduduk setempat dan bagi pemerintah dari event event yang diadakan, dll.
Baca Juga :  Dibalik Maraknya Konten "Jual Beli" Agama: Apakah Termasuk Penistaan?

Maka tidak salah penulis berpendapat bahwa program 1N1E yang dirangkum dalam Calendar of Event ini hanya sekedar program setengah hati / program setengah jadi yang penuh basa basi untuk sekedar melaksanakan visi misi pemerintahan Era Baru dibawah kepemimpinan Eka Putra. Tidak jelas sasaran dan capaiannya dari waktu ke waktu. Namun jika pendapat penulis salah, silahkan dikounter dan disajikan data bantahan oleh pihak TAPD / TP2KP2 misalnya.

“Kalau ditanyo orang banyak, lai ado progul 1N1E tu? Jawabnyo lai, tapi kalau ditanya kualitas dan manfaat 1N1E tu, tunggu dulu. Progul itu kan kesannya sekedar progul rancak di labuah sajo” gumam Wan Labai sambil tersenyum simpul

Selain itu penulis perlu mengkritisi pernyataan Bupati Eka Putra saat launching CoE TD 2024 di Pangeran Beach Hotel Padang pada 9 Maret 2024 lalu yang mengatakan bahwa launching menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Tanah Datar.

“CoE memberikan informasi kepastian jadwal pelaksanaan kegiatan dan event wisata, sehingga organisasi kepariwisataan, agen travel dan pihak lainnya mempromosikan kepariwisataan Tanah Datar” ujar Eka Putra dari kutipan yang penulis ambil dari media Jurnal Minang.

Sekilas tidak ada yang salah, namun di mata insan stakeholder kepariwisataan, momentum menyampaikan CoE tersebut sudah lewat karena disampaikan pada Maret 2024. Kenapa? Karena penggiat pariwisata baik itu pengelola home stay, manajemen hotel, tour agent, pokdarwis, dll normalnya sudah merancang agenda bisnis (business plan) pada triwulan akhir tahun sebelumnya untuk dipasarkan (marketing) kepada calon wisatawan. Karena calon wisatawan tentu perlu waktu untuk mengatur agenda perjalanan jauh jauh hari sebelumnya. Biasanya disesuaikan dengan jadwal cuti kerja atau libur sekolah dan hari besar lainnya.

Baca Juga :  Menganalisa Postur Perubahan APBD Tahun 2022 Kab. Tanah Datar: Kompromi Siapa?

Maknanya, Pemkab Tanah Datar dibawah kepemimpinan Eka Putra dan Kadis Pariwisata dipandang tidak cukup paham dengan siklus dunia kepariwisataan. Tidak mungkin lah pihak stake holder pariwisata merubah jadwal sales dan marketing mereka mengikuti maunya Pemkab Tanah Datar, sementara pelaku pariwisata sudah punya pakem kepariwisataannya sendiri untuk disingkronkan dengan business plan mereka.

Jadi dimana letaknya memudahkan penggiat wisata unuk merencanakan kunjungan wisata jika agenda wisatanya saja TERLAMBAT DISEBARKAN? Kapan pula para stake holder kepariwisataan akan membantu mem-blast kedalam media sosial / portal website mereka masing masing ?

Selain itu, fakta mengejutkan ditemui bahwa penulis tidak menemukan upaya jajaran Pemkab Tanah Dalam untuk membantu memasarkan progul 1N1E ini di instansi instansi Pemkab Tanah Datar itu sendiri. Secara random penulis dalam 1 minggu ini telah mengunjungi Kantor Parpora dan Kantor Kominfo serta beberapa kantor Wali Nagari dan Kantor Camat.

Pada Senin, 18 Maret 2024 di kantor Kominfo, papan pengumumannya masih memasang flyer CoE TD 2023, demikian juga di Kantor Camat 5 Kaum. Setelah diingatkan ke Kadis Kominfo TD, flyer CoE TD 2023 sudah dicopot, namun belum diganti dengan flyer CoE TD 2024. Luar biasa, padahal launching CoE TD 2024 sudah dilaksanakan pada 9 Maret 2024, sudah 2 minggu lebih berjalan, kok belum diupdate oleh Kadis Kominfo sebagai corong publikasi utama Pemkab TD, para Kadis dan para Camat serta para Wali Nagari?

Persoalannya, kemana perginya flyer CoE 2024 tersebut? Kenapa tidak dibagikan kepada para Kadis, para Camat dan para Wali Nagari pada saat diundang launching di Padang pada 9 Maret 2024 lalu? Penulis pun sudah ke Kantor Parpora TD pada 18 April 2024 untuk menanyakan flyer CoE 2024, ternyata hanya tinggal 1 saja, hehehe. Kenapa tidak disiapkan jauh jauh hari ? Ada apa ini dengan manajemen pengelolaan 1N1E di tubuh internal Pemkab Tanah Datar?

Baca Juga :  PT Angkasa Pura II BIM Ikut Promosikan FPM di Tanah Datar yang akan Digelar tgl 17 sd 20 November

Bagaimana para Wali Nagari dan perangkatnya serta para Camat dan para Kadis serta para tim Forkopimda membantu mempromosikan gelaran CoE 2024 itu sendiri bilamana mereka saja tidak mendapatkan flyer CoE 2024 ? Mungkin pihak lain bisa ngeles, kan bisa dishare secara online. dll. Coba deh cek di medsos resmi DPRD TD, Pengadilan Negeri, Kejaksaan, Polres dan Kodim, dll, adakah mereka memuat flyer CoE TD 2024?

Jadi sebenarnya tim dan perangkat Bupati Eka Putra itu bener bener membantu mensukseskan progul Era Baru atau hanya pandai baminyak aia sajo kepada atasan? Bupati Eka Putra sendiri sudah diberitahu oleh penulis agar memberi perhatian atas kejadian tersebut pada 18 Maret 2024 lalu. Akan tetapi sampai artikel ini dirilis, belum juga terpasang flyer CoE TD 2024 tersebut.

“Haiyooo. Lai sabana serius Bupati dan jajarannya untuk mensukseskan progul 1N1E ko? Atau hanya sekedar lips service pencitraan belaka kepada publik? Masak, perencanaan untuk flyer TD 2024 terbatas? Anggarannya kemana tuh? Atau jangan jangan CoE TD 2024 benar dikerjakan setengah hati dan setengah matang pengelolaannya? Wallahualam“ gumam Wan Labai cengengesan melihat hal kecil ini saja luput penanganannya sehingga perlu diberitahukan kepada Bupati Eka Putra.

Dan jangan pula para pendukung “sumbu pendek” mengatakan penulis ini mengadu domba Bupati dengan para Kadisnya. Coba, kurang baik apalagi penulis ini, sudah dijapri tapi diabaikan, ya tidak salah kalau penulis publikasikan menjadi artikel yang bisa membuka wawasan publik Luhak Nan Tuo atas manajemen pengelolaan dan keseriusan perangkat Pemkab TD dibawah kepemimpinan Eka Putra ini dalam mensukseskan progul yang mereka buat sendiri.

“Kalau raja sudah tidak didukung para menteri dan para abdi dalemnya, sementara mereka hanya bisa bermain drama asal raja senang, sebaliknya introspeksi dan evaluasi diri, apa tetap yakin masih ngotot lanjut 2 periode?” gumam Wan Labai mencermati kurenah para orang orang yang berada dalam lingkar kekuasaan.

Manakala Bupati Eka Putra tidak menerapkan idiom “hit the nail on the head” dan tidak menerapkan konsep “put the right man, in the right job” dan hanya berdasarkan kemauan dan kepentingan sesaat, maka siap siap lah untuk jatuh!

Salam Perubahan