Sastra  

Arah Waktu

Cerpen Oleh: Fadhilah Rizkiani
Mahasiswi aktif jurusan Sastra Indonesia, Universitas Andalas

Hidup berjalan beriringan dengan arah waktu. Arah waktu yang membawa diri ke arah yang tak pernah terduga sebelumnya. Arah yang tak pernah terpikirkan.
“Bagaimana jika waktu membawamu ke arah yang tak pernah engkau duga?”
“Bagaimana jika waktu tak selalu berpihak atas arah yang kau perjuangkan?”
“Bagaimana jika hal-hal yang diluar batas kemampuanmu terjadi?”
“Bagaimana kau akan melanjutkan perjalanan hidupmu yang beriringan dengan waktu?”
Kalimat-kalimat itulah yang selalu berkecamuk di dalam kepala seorang lelaki tak berdaya. Seorang anak laki-laki yang bernama Dirandra. Hidup di keluarga yang sangat amat sederhana. Bahkan terlalu mewah untuknya jika disebut sederhana.
Cinta seorang laki-laki biasa yang menyukai perempuan kaya. Perempuan kaya yang berpenampilan sederhana, lemah lembut, perempuan sholeha itu ialah Bunga. Indah dan amat menawan dirinya persis seperti namanya.
Dirandra yang menyukai Bunga dalam diam. Dirandra dan Bunga bersekolah di SMA yang sama. Dirandra yang diam-diam selalu memperhatikan Bunga. Bunga yang tak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai umat muslim yaitu sholat 5 waktu. Dirandra yang terbilang jarang sekali menunaikan sholat 5 waktu, agar ia dapat melihat dan bertemu dengan Bunga, ia selalu sholat di Mesjid yang ada di Sekolah walaupun hanya bertemu dengan Bunga saat mengenakan sepatu.
Dirandra tetap menyimpan rasa sukanya terhadap Bunga sampai mereka lulus SMA. Dirandra ingin bertemu dengan Bunga dengan cara yang serius, ia tidak ingin rasa sukanya kepada Bunga hanya sesaat. Dirandra bertekad untuk memantaskan diri dahulu, lalu menemui Bunga dengan keadaan yang sebaik mungkin dan di waktu yang akan membawa mereka ke arah yang sebaik mungkin.
Karena Dirandra tidak pernah berkomunikasi dengan Bunga, Dirandra tidak tau bagaimana caranya agar ia tau kabar Bunga setelah kelulusan SMA. Dirandra mencari-cari tau kabar dan keberadaan Bunga dari teman-teman SMA nya. Dirandra mendapatkan alamat rumah Bunga dari teman kelasnya Bunga yaitu Reni yang terbilang cukup dekat dengan Bunga saat SMA.
“Ren ini aku Dirandra, aku ingin bertanya kepadamu tentang kabar Bunga teman dekatmu saat SMA. Bagaimana kabarnya sekarang?” tanya Dirandra melalui telepon dengan Reni.
“Aku jarang sekali berkabar dengan Bunga semenjak lulus SMA, jadi aku tidak tau jelas bagaimana kabar Bunga sekarang. Mengapa kau bertanya tentang Bunga?” tanya balik Reni kepada Dirandra.
“Aku hanya ingin tau saja, eum.. apa aku boleh tau dimana rumahnya?” tanya Dirandra kepada Reni dengan terbata-bata.
Panjang percakapan Reni dan Dirandra melalui telepon. Reni yang akhirnya memberi tau alamat rumah Bunga, karena bujuk rayu kalimat manis yang keluar dari mulut Dirandra yang membuat Reni iba dan memberi tau alamat rumah Bunga.
Setelah Dirandra mendapatkan alamat rumah Bunga, Dirandra langsung bergegas menuju alamat rumah Bunga yang ia dapat dari Reni. Dirandra berniat pergi ke rumah Bunga hanya sekedar untuk mencari tau keberadaan dan melihat keadaan Bunga saja.
Disaat Dirandra sampai didepan rumah Bunga, betapa terkejutnya Dirandra karena Bunga tinggal di rumah yang sangat megah. Hal tersebut membuat Dirandra yang lebih bertekad untuk berubah menjadi lebih baik dan lebih memantaskan diri saat bertemu dengan Bunga di waktu yang sebaik mungkin. Walaupun ada rasa yang membuat Dirandra semakin tidak pantas untuk mendapatkan Bunga.
“Bagaimana pun keadaanku sekarang, aku harus fokus terhadap tujuanku. Berubah menjadi lebih baik dan memantaskan diri, tidak akan ku biarkan rasa ini begitu saja dimakan waktu. Harus kuperjuangkan untuk mewujudkan niatku yang sedari awal.” Ucap lirih Dirandra.
Tidak lama Dirandra berdiri di samping pohon yang berada di depan rumah Bunga, keluar seorang gadis dari rumah megah tersebut. Spontan Dirandra langsung pergi, dikarenakan ia tidak mau jika ternyata perempuan itu adalah Bunga, dan mereka bertemu dengan keadaan Dirandra yang merasa belum pantas untuk mendapatkan Bunga.
Semangat Dirandra untuk mendapatkan Bunga tidak pupus. Ia semakin bertekad dan menggebu-gebu bekerja lebih keras agar dirinya merasa pantas untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Bunga.
Delapan tahun berlalu. Dirandra telah mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang terbilang cukup, bahkan sukses. Namun untuk mencapai itu semua penuh perjalanan lika-liku. Dirandra menjadi seorang pengusaha ternak ayam, sapi, bahkan beberapa usaha kuliner.
Dirandra hendak datang ke rumah Bunga untuk menemui Bunga. Namun siapa sangka, ternayata Bunga sudah dijodohkan oleh orang tuanya yang dimana anak yang dijodohkan dengan Bunga ialah rekan kerja Dirandra. Pupus sudah harapan Dirandra untuk mengutarakan isi hatinya dan berniat untuk mengajak Bunga kejenjang pernikahan.
Ugraha adalah lelaki yang akan menikah dengan Bunga, sekaligus rekan bisnis Dirandra. Saat Ugraha dan Dirandra menikah, Dirandra datang demi menghargai Ugraha yang telah mengundangnya. Sontak saat tidak sengaja mata Dirandra dan Bunga bertemu, jatuhla air mata Dirandra dan ia langsung bergegas menghapus air matanya tersebut.
“MasyaAllah, betapa cantik dan indahnya ciptaanmu. Harapanku pupus saat melihat matanya yang berbinar dan senyumannya. Akan ku coba hilangkan rasa ini kepadanya” gumam Dirandra didalam hati dan mencoba menahan tangis.
Dirandra yang tidak sengaja bertemu Reni saat pernikah Bunga. Reni yang langsung menarik tangan Dirandra.
“Kau kemana saja Dirandra? Untuk apa dahulu kau bertanya kepadaku alamat rumah Bunga jika pada akhirnya Bunga menikah dengan laki-laki lain?” tanya Reni kepada Dirandra dengan alis dan dahi mengkerut.
“Apa maksudmu Reni? Memangnya kenapa dengan pernikah ini?” tanya Dirandra kepada Reni dengan kebingungan.
“Kau masih bertanya kenapa? Benar-benar lelaki gila kau ini. Kau tau, Bunga selama ini ternyata juga menyukaimu. Ia selalu menunggumu. Sudah delapan tahun ia menunggumu Dirandra. Sudah 8 tahun.” Ucap Reni kepada Dirandra dengan keadaan kesal.
“Menungguku? Ma.. maksudmu?” tanya Dirandra yang terbatasemakin bingung karena ucapan Reni.
“Hei..! Bunga setiap harinya selalu keluar rumah dan berdiri didepan pagar rumahnya. Kau tau karena apa? Karena ia menunggumu. Aku langsung memberi taunya saat kau bertanya alamat rumahnya kepadaku. Setiap harinya, Bunga selalu keluar rumah untuk mengecek apakah kau datang untuk menemuinya atau tidak. Kau tau apa yang lebih mengagetkan? Bunga juga tertarik padamu karena kau salah satu lelaki saat di Sekolah yang selalu membantu para siswa dan guru saat membutuhkan partisipasi dan bantuan siswa saat ada kegiatan di Sekolah. Kau cukup rajin di kalangan anak laki-laki di Sekolah. 4 tahun setelah kau bertanya alamat rumahnya, Bunga dijodohkan oleh orang tuanya. Kau tau, Bunga berusaha menolak perjodohan itu dengan alasan ia ingin kuliah. Ia melanjutkan S2-nya. Tetapi sampai ia sudah lulus pun, kau tak kunjung datang. Tidak ada lagi alasan Bunga untuk menolak perjodohan tersebut.” Ucap jelas Reni kepada Dirandra.

Baca Juga :  Ketua DPD PAPPRI Sumbar Silaturahmi dengan Pengurus PAPPRI Tanah Datar

Mendengar hal itu, Dirandra hanya bisa terdiam. Tidak bisa berkata-kata lagi. Pikirannya kosong, hatinya hancur. Namun dibalik itu semua, kerinduan hati Bunga terlepas saat hari pernikahannya, karena ia bertemu dengan Dirandra. Walaupun mereka bertemu di waktu yang tidak pernah mereka duga sebelumnya.

(Lokasi: di tempat usaha ternak)
Ugraha membawa Bunga saat menemui rekan kerjanya yaitu Dirandra untuk membahas tentang bisnis yang akan mereka kelola bersama. Ugraha dan rekan kerja lainnya sambil melihat-lihat sekitar sembari berjalan, saat keadaan Bunga dan Dirandra bersebelahan dan di berjalan di belakang Ugraha, Bunga berbicara pelan sambil berjalan nunduk.
“Maaf, mungkin aku yang tidak ahli dalam menunggu” ucap Bunga kepada Dirandra.
Mendengar hal itu, Dirandra terkejut. Dirandra langsung melihat Bunga.
“Tidak Bunga, jangan berkata seperti itu. Maafkan aku telah membuatmu menunggu tanpa memberi penjelasan apapun, maafkan aku.” Ucap Dirandra kepada Bunga. Tanpa sengaja air mata Dirandra keluar saat ia berbicara kepada Bunga sambil menunduk dan bergetar.
Spontan, Bunga langsung berbalik badan dan pergi. Bunga tidak ingin suaminya mengetahui hal itu, suatu hal yang akan menyakiti perasaan suaminya. Pergilah Bunga ke toilet agar Ugraha tidak menyadari bahwa istrinya menangis dikarenakan obrolan Bunga dan Dirandra.
Dirandra dan Bunga sama-sama menyimpan perasaan yang sama, yaitu perasaan suka satu sama lain. Namun, arah waktu yang membawa mereka ke arah yang tak pernah mereka duga. Dimana Dirandra bertemu dengan Bunga dengan keadaan bahwa Bunga merupakan istri dari rekan kerjanya yaitu Ugraha.
Cinta tidak harus saling memiliki, tapi kita memiliki cinta yang harus kita jaga. Yaitu disaat Dirandra yang masih menyimpan perasaan suka atau cintanya terhadap Bunga, dan Bunga yang tidak bisa dan tidak akan sanggup untuk mengkhianati cinta yang ia miliki yang harus ia jaga, yaitu cinta Ugraha terhadapnya.
Dirandra yang tetap hidup sendiri dan selalu menunggu Bunga. Entah apa yang ia tunggu, yang jelas ia tidak memiliki niat sedikit pun untuk merebut Bunga dari Ugraha. Dirandra tetap setia terhadap perasaan cintanya kepada Bunga, walau Bunga sudah menikah. Dirandra sudah cukup bahagia hanya melihat Bunga yang hidup bahagia bersama keluarga kecilnya bersama Ugraha.
Hidup memang selalu dipenuhi oleh hal-hal dan arah yang tidak terduga. Suatu hal yang diperjuangkan seringkali tidak sesuai apa yang diharapkan. Hidup dan waktu beriringan, waktu membawa diri ke arah yang bahkan tidak pernah terpikirkan oleh kita.
Semua hal yang terjadi pasti ada alasannya. Tidak bisa kau menyalahkan takdir. Kau juga tidak bisa menyalahkan waktu yang membawamu ke arah yang tidak pernah kau duga.
Kita harus siap dalam segala hal yang akan terjadi di hidup kita. Terlepas dari itu semua, yang penting kita miliki niat untuk berusaha sebaik dan semaksimal mungkin untuk menjemput hal-hal baik. Walaupun terkadang hasilnya tidak sesuai apa yang kita harapkan.
Bagaimana pun endingnya, kita harus terima. Sepahit atau semanis apapun itu, ikuti saja alurnya. Setidaknya, kita sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik.
Semua orang memiliki porsinya masing-masing. Hidup memang dipenuhi oleh hal-hal yang tidak terduga, maka dari itu teruslah berusaha menjadi lebih baik.

  • TAMAT –