Sosialisasi Eco Enzyme: Edukasi Ramah Lingkungan di SMPN 01 IV Koto Aur Malintang

Penulis: Divisi Publikasi Mahasiswa KKN Unand 2025 di III Koto Aur Malintang Selatan

Pada tanggal 17 Juli 2025, SMP Negeri 01 IV Koto Aur Malintang menjadi tuan rumah kegiatan sosialisasi pembuatan Eco Enzyme, yang merupakan salah satu langkah kecil namun berdampak besar dalam pelestarian lingkungan. Kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 11.00 WIB dan dihadiri oleh seluruh siswa kelas tujuh serta para guru sekolah. Acara ini disambut antusias sebagai bagian dari edukasi lingkungan yang bertujuan menanamkan kesadaran ekologis sejak dini.

Acara dibuka secara resmi oleh MC, Revi Novrianti, yang dengan penuh semangat memandu jalannya kegiatan dari awal hingga akhir. Revi membuka acara dengan menyapa seluruh peserta dan memperkenalkan tujuan utama sosialisasi ini, yaitu memberikan pengetahuan tentang manfaat dan cara pembuatan Eco Enzyme.

Dalam sambutannya, Revi juga menekankan bahwa kegiatan ini tidak hanya sekadar praktik ilmiah, tetapi juga bentuk kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
Setelah pembukaan, giliran narasumber utama, Thahirinissa Isnaini Ramadhan, menyampaikan materi secara rinci mengenai Eco Enzyme.

Thahirinissa menjelaskan bahwa Eco Enzyme merupakan cairan serbaguna yang dihasilkan dari fermentasi limbah organik seperti kulit buah dan sayur, gula, dan air. Eco Enzyme memiliki banyak manfaat, antara lain sebagai cairan pembersih alami, pupuk organik cair, hingga pengusir serangga. Dengan memanfaatkan limbah organik rumah tangga, kita bisa mengurangi sampah sekaligus menghasilkan produk yang berguna.

Dalam presentasinya, Thahirinissa menekankan pentingnya memahami proses fermentasi. Ia menjelaskan bahwa Eco Enzyme bekerja melalui proses biokimia yang menguraikan bahan-bahan organik menjadi enzim yang ramah lingkungan. Enzim ini bisa menggantikan berbagai produk kimia sintetis yang umumnya memiliki dampak buruk terhadap lingkungan.

Baca Juga :  Konten Kreator Bertemu Politik, Apa Tanggapan Milenial?

“Dengan membuat Eco Enzyme, kita ikut berperan dalam menjaga bumi dari pencemaran lingkungan yang semakin mengkhawatirkan,” ungkapnya.
Setelah sesi pemaparan, kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan Eco Enzyme yang melibatkan partisipasi aktif dari siswa dan guru. Sebelum praktik dimulai, Thahirinissa menunjukkan bahan-bahan yang akan digunakan yaitu: 10 liter air bersih, 1 kilogram gula merah, dan 3 kilogram kulit buah dan sayur.

Langkah pertama dalam proses pembuatan Eco Enzyme adalah memasukkan 3 kilogram kulit buah dan sayur ke dalam ember besar. Thahirinissa menjelaskan bahwa kulit buah dan sayur yang digunakan sebaiknya berasal dari bahan organik segar seperti kulit jeruk, apel, pepaya, bayam, wortel, dan sejenisnya. Kulit buah dan sayur ini harus bebas dari bahan kimia berbahaya seperti pestisida atau pengawet.

Langkah kedua, 1 kilogram gula merah dicacah halus agar mudah larut, kemudian dimasukkan ke dalam ember yang sudah berisi kulit buah dan sayur. Gula merah berfungsi sebagai makanan bagi mikroorganisme yang akan melakukan proses fermentasi. Tanpa gula, proses fermentasi tidak akan berjalan dengan optimal.

Langkah ketiga adalah menuangkan 10 liter air bersih ke dalam ember. Air digunakan sebagai media tempat berlangsungnya fermentasi. Setelah semua bahan masuk ke dalam ember, tahap berikutnya adalah mengaduk seluruh campuran hingga merata. Proses pengadukan ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua bahan tercampur sempurna, sehingga proses fermentasi bisa berjalan secara optimal.

Setelah bahan-bahan tercampur rata, ember kemudian ditutup rapat. Thahirinissa menekankan pentingnya menempatkan ember di tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung dan tidak terkena angin. Cahaya matahari bisa mengganggu proses fermentasi, sementara udara luar bisa membawa mikroorganisme liar yang dapat merusak fermentasi. Proses fermentasi ini akan berlangsung selama kurang lebih tiga bulan.

Baca Juga :  Diskominfo sebagai PPID Utama Kunjungi SMAN 1 Sungayang untuk Persiapan Penilaian

Selama masa fermentasi, wadah sebaiknya tidak dibuka terlalu sering. Namun, dalam beberapa minggu pertama, gas hasil fermentasi bisa menyebabkan tekanan di dalam ember meningkat, sehingga perlu sesekali dibuka sedikit untuk melepaskan gas. Ini disebut proses “burping”, yaitu membuka tutup ember selama beberapa detik agar gas keluar, lalu ditutup kembali.

Para siswa tampak antusias mengikuti kegiatan ini. Banyak di antara mereka yang baru pertama kali mengetahui bahwa sampah organik bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Guru-guru pun memberikan apresiasi atas inisiatif ini karena sangat relevan dengan pembelajaran tematik lingkungan hidup di sekolah.

Setelah sesi praktik selesai, acara diakhiri dengan sesi tanya jawab. Beberapa siswa bertanya tentang penggunaan Eco Enzyme dalam kehidupan sehari-hari, seperti apakah cairan ini bisa digunakan untuk mencuci pakaian, menyiram tanaman, atau bahkan membersihkan lantai. Thahirinissa dengan senang hati menjawab semua pertanyaan tersebut dan menegaskan bahwa Eco Enzyme sangat aman digunakan dalam rumah tangga.

Sosialisasi yang berlangsung selama lebih dari satu jam ini disambut dengan antusiasme tinggi oleh para siswa dan guru. Dalam praktek ini narasumber meminta lima orang siswa untuk turut membantu dalam pembuatan eco enzyme. Kelima siswa tersebut antusias dalam membantu pembutan eco ezyme. Banyak siswa yang mengajukan pertanyaan mengenai apa itu eco enzyme, manfaat Eco Enzyme, serta cara penyimpanan yang tepat. Interaksi yang aktif membuktikan bahwa kegiatan ini mampu menarik minat dan perhatian para peserta.

Selain penjelasan teoritis, pemateri juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba langsung proses pencampuran bahan. Beberapa siswa bahkan mengusulkan agar kegiatan serupa dijadikan agenda rutin di sekolah guna membiasakan siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menghadapi isu lingkungan.

Baca Juga :  Pascasarjana UIN Batusangkar Gelar Seminar Internasional Selama Dua Hari

Sebagai penutup, MC Revi Novrianti menyampaikan harapannya agar para siswa dapat mempraktikkan ilmu yang didapatkan hari itu di rumah masing-masing. Ia mengajak siswa untuk menjadi agen perubahan lingkungan dengan mulai dari hal kecil seperti mengolah sampah organik. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselenggaranya kegiatan ini, terutama kepada pihak sekolah, narasumber, serta peserta didik yang telah aktif berpartisipasi.

Kegiatan sosialisasi ini diharapkan menjadi awal dari gerakan hijau yang berkelanjutan di lingkungan sekolah. Dengan edukasi seperti ini, generasi muda diajak untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak. Pembuatan Eco Enzyme hanyalah satu dari sekian banyak cara untuk menjaga kelestarian bumi, namun dengan konsistensi dan kesadaran kolektif, langkah kecil ini dapat memberikan perubahan besar di masa depan. (*)