Oleh: Hendri Pratama
(Mahasiswa jurusan sastra Minangkabau
Universitas Andalas Padang)
Bulan suci Ramadan adalah bulan kesembilan dalam kalender Islam, di mana umat Muslim di seluruh dunia memperingatinya sebagai bulan yang penuh berkah dan ampunan. Bulan Ramadan dianggap sebagai bulan suci karena di dalamnya terdapat malam Lailatul Qadar yang dianggap sebagai malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Selama bulan Ramadan, umat Muslim diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa, yaitu menahan diri dari makan, minum, dan berbagai hal yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Puasa di bulan Ramadan diwajibkan bagi setiap Muslim dewasa yang sehat dan memiliki kemampuan untuk melaksanakannya.
Selain puasa, umat Muslim juga dianjurkan untuk memperbanyak amalan ibadah, seperti membaca Al-Quran, memperbanyak shalat tarawih, bersedekah, dan berbuat kebaikan. Bulan Ramadan juga dianggap sebagai bulan yang cocok untuk memperbaiki diri, memperdalam ilmu agama, dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Pada akhir bulan Ramadan, umat Muslim merayakan hari raya Idul Fitri, yang biasanya dijadikan sebagai momen untuk berkumpul bersama keluarga dan kerabat, saling memaafkan, dan berbagi kebahagiaan.
Namun sebelum masuknya bulan Ramadhan masyarakat Minangkabau memiliki berbagai tradisi yang dilakukan menjelang datangnya bulan suci Ramadan tersebut. Beberapa tradisi tersebut antara lain:
1. Ziarah Kubur
Ziarah kubur menjelang Ramadan adalah tradisi yang lazim dilakukan oleh masyarakat Muslim di seluruh dunia, termasuk masyarakat Minangkabau di Indonesia. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk persiapan menyambut bulan Ramadan yang dianggap sebagai bulan penuh berkah dan ampunan. Masyarakat Minangkabau meyakini bahwa ziarah kubur menjelang Ramadan dapat membawa berkah dan keberkahan bagi mereka yang melakukannya. Dalam tradisi ini, mereka biasanya mengunjungi pemakaman keluarga atau kerabat yang telah meninggal, membersihkan makam, dan mendoakan arwah orang yang telah meninggal.
Selain itu, ziarah kubur menjelang Ramadan juga dijadikan sebagai momen untuk merenungkan arti kehidupan dan kematian, serta memperkuat ikatan kekeluargaan dan persaudaraan antar sesama umat Muslim. Mereka berharap bahwa dengan mengunjungi pemakaman dan mendoakan arwah orang yang telah meninggal, dapat membawa keberkahan bagi kehidupan mereka di dunia dan di akhirat.Ziarah kubur menjelang Ramadan juga menjadi momen untuk menyadari betapa singkatnya kehidupan di dunia ini dan memperkuat tekad untuk memperbaiki diri di bulan Ramadan yang akan datang. Dalam tradisi ini, masyarakat Minangkabau juga biasanya memberikan sedekah atau berzakat kepada orang yang membutuhkan sebagai bentuk amal ibadah dan kebaikan.
2. Malamang
Malamang menjelang Ramadan adalah sebuah tradisi dalam budaya masyarakat Minangkabau yang mempercayai adanya tanda-tanda atau pertanda-pertanda yang muncul menjelang datangnya bulan suci Ramadan.
Tujuan dari tradisi malamang menjelang Ramadan dalam masyarakat Minangkabau adalah untuk mempersiapkan diri menyambut bulan suci dengan penuh kebersihan hati dan kesadaran spiritual. Beberapa tujuan lain dari tradisi ini antara lain:
- Mengingatkan masyarakat tentang pentingnya bulan Ramadan sebagai bulan yang penuh berkah dan rahmat.
- Memberikan motivasi dan semangat pada masyarakat untuk mempersiapkan diri secara lebih baik dalam menyambut bulan suci Ramadan.
- Menumbuhkan rasa kebersamaan dan solidaritas di antara masyarakat dalam merayakan bulan suci Ramadan.
- Membangun kepercayaan dan keyakinan masyarakat terhadap adanya tanda-tanda atau pertanda-pertanda yang muncul menjelang datangnya bulan suci Ramadan.
- Mempertahankan tradisi dan budaya lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Dalam konteks agama Islam, tradisi malamang menjelang Ramadan tidak memiliki landasan ajaran Islam, namun tetap dijalankan oleh masyarakat Minangkabau sebagai bagian dari warisan budaya dan kepercayaan mereka. Meskipun demikian, tujuan utama dari tradisi ini tetaplah untuk memperkuat iman dan ketakwaan masyarakat serta mempersiapkan diri dengan baik untuk menyambut bulan suci Ramadan. 3
3. Balimau. Mandi balimau adalah sebuah tradisi mandi atau mandi tradisional yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau sebagai bagian dari persiapan menyambut peristiwa tertentu, seperti pernikahan, kelahiran anak, atau pada saat menjelang bulan Ramadan. Tradisi ini diyakini dapat membersihkan diri dari segala jenis keburukan dan membawa keberuntungan serta keselamatan. Mandi balimau dilakukan dengan cara mandi menggunakan air yang telah dicampur dengan berbagai macam daun atau rempah-rempah tertentu yang dipercayai memiliki khasiat penyembuhan dan membersihkan aura negatif pada tubuh. Salah satu bahan yang biasa digunakan adalah daun balimau atau jeruk nipis.Biasanya, sebelum melakukan mandi balimau, masyarakat Minangkabau akan membersihkan diri terlebih dahulu dengan mandi biasa. Setelah itu, air dengan bahan-bahan rempah dan daun yang telah disiapkan kemudian digunakan untuk mandi. Mandi balimau dapat dilakukan di rumah sendiri atau di tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti di sumber air atau sungai.Selain sebagai bagian dari tradisi membersihkan diri, mandi balimau juga dipercayai dapat membawa keberuntungan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti kesehatan, keberuntungan dalam karier, hubungan sosial, dan lain sebagainya. Namun, perlu diingat bahwa tradisi mandi balimau hanyalah suatu kepercayaan dan bukan bagian dari ajaran agama Islam. Oleh karena itu, meskipun masih dilakukan oleh sebagian masyarakat Minangkabau, sebaiknya dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek kesehatan dan kebersihan serta tidak bertentangan dengan ajaran agama dan norma-norma sosial yang berlaku.