Opini Oleh: Ahmad Rizal Caniago (Akademisi dan Budayawan)
Hiruk pikuk Pemilihan Walinagari (Pilwana) serentak di 54 Nagari di Kab. Tanah Datar sudah mulai mencuat. Pilwana yang akan digelar pada tgl 26 September 2023 nanti sudah dimulai dengan berbagai tahapan, misalnya, sosialisasi dan pendaftaran bakal calon. Saat ini panitia pemilihan wali nagari (PPWN) sedang melakukan verifikasi bahan administrasi bakal calon untuk ditetapkan nanti menjadi calon pada tgl 6 Juli 2023.
Jika calon yang ditetapkan nanti lebih dari lima orang maka panitia seleksi kabupaten yang akan menyeleksi lagi sehingga ditetapkan menjadi lima calon saja. Dalam Perda dan Perbup calon hanya dibatasi maksimal lima orang. Entah apa alasannya, tidak dijelaskan secara rinci. Toh, kalaupun calon lebih dari lima orang yang memenuhi syarat, ya dipilih saja. Mengapa harus diseleksi pula di kabupaten? Apa urgensinya?
Hal yang menarik untuk dicermati di Tanah Datar ada motto “Pilwana Badunsanak”. Tapi, apakah benar Pilwana itu Badunsanak? Wallahu alam. Penulis sudah mencoba menelusuri asal muasal munculnya motto “Pilwana Badunsanak” ini. Tidak ada yang tahu secara pasti dari mulut siapa motto itu keluar pertama kali. Dan juga tidak ada data yang mengatakan ide siapa pertama kali untuk memakai motto “Pilwana Badunsanak” tersebut, meskipun ada klaim klaim sepihak dari orang tertentu.
Motto “Pilwana Badunsanak” dimunculkan untuk menghindari gesekan gesekan antar calon dan antar pendukung calon masing masing. Walau bagaimanapun kita Badunsanak. Tak perlu saling sikut, saling ejek apalagi saling fitnah. Kita sekampung. Tapi itu semua hanya motto penawar yang tidak bisa pelepas dahaga dan syahwat calon Walinagari tertentu.
Kalau memang Pilwana Badunsanak, berbaik baik sajalah. Kalau Pilwana Badunsanak, tak perlu saling gontok-gontokan. Kalau Pilwana Badunsanak, tak perlu seleksi kabupaten sekalipun. Duduklah dengan musyawarah dan mufakat. Kita Badunsanak!
Dalam bahasa Minang, kata Badunsanak adalah bersaudara, memiliki hubungan keluarga, memiliki pertalian adat dan hubungan lainnya. Jadi, motto Pilwana Badunsanak tidak tepat lagi kita gunakan untuk Pilwana kali ini. Mengapa demikian?
Dalam terminologi keilmuan ada istilah “Absence Presence”. Sejak zaman Plato (sebelum Masehi) sudah dikenal istilah Absence Presence ini. Arti Absence Presence adalah Tidak Ada dalam kenyataan, tetapi ada dalam ungkapan dan tulisan. Mungkin dengan memakai istilah Pilwana Badunsanak ini, kita masih terjebak dengan kata kata manis di mulut, padahal kenyataannya pahit.
Buktinya? Menjelang penetapan calon oleh PPWN, sudah ada upaya menjegal bakal calon lain agar tidak lolos. Ada skenario dan intrik yang dijalankan untuk “menghajar” calon yang dianggap kuat oleh calon lain.
Tak luput pula kepentingan politisi tertentu dan kepentingan penguasa ikut memainkan peran agar kader atau anteknya yang ikut mencalon bisa menang pada Pilwana nanti. Inikah yang disebut Badunsanak?
Kita lihat saja pada masa kampanye wali nagari nanti sampai ke tahap pemilihan, apakah kita memang Badunsanak? Atau kita sudah menjadi predator sesama kita! Jika terjadi black campaign dan money politic, itu berarti kita sudah menjadi predator, bukan Badunsanak lagi. Kita ganti saja motto Pilwana Badunsanak di Tanah Datar untuk periode berikutnya. (*)