Opini Oleh: Ahmad Rizal Caniago (Akademisi dan Peneliti)
Demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Sjech M.Djamil Djambek Bukittinggi (UIN Bukittinggi) pada Selasa, 22 Agustus 2023 yang lalu terhadap Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansyarullah di kampus tersebut berbuntut panjang. Demonstrasi tersebut dilakukan oleh beberapa orang mahasiswa pada saat acara pengenalan budaya akademik bagi mahasiswa baru.
Sejatinya, gubernur akan mengisi materi pada acara tersebut namun tiba tiba terjadi demonstrasi dimana beberapa mahasiswa mengambil alih situasi dan mengambil mikrofon. Keributan tidak bisa dielakkan. Acara sedikit kacau. Ini menandakan panitia pelaksana tidak siap dengan segala situasi dan kondisi yang mungkin terjadi. Kejadian tersebut viral di berbagai media online dan medsos seperti Tiktok, Facebook tweeter, dll.
Akibat demonstrasi tersebut berbagai spekulasi bermunculan. Ada yang berupa kecaman terhadap perilaku mahasiswa UIN Bukittinggi. Ada pula yang mengaitkan dengan isu-isu politik. Ada pula yang mengaitkan dengan berbagai isu sebelumnya yaitu masalah demonstrasi masyarakat Air Bangis beberapa waktu yang lalu yang sepertinya kurang mendapatkan tanggapan dari gubernur Mahyeldi.
Karena banyaknya hujatan dan tekanan dari berbagai pihak terhadap UIN Bukittinggi di berbagai media, akhirnya Rektor UIN Bukittinggi Prof.Dr. Ridha Ahida melalui surat resmi No: 3394.I/Un.26/HN.00/07/2023 meminta permohonan maaf kepada gubernur Sumbar. Tetapi perlukah Rektor minta maaf secara tertulis?
Menurut pendapat saya, pertama, jika demontrasi tersebut murni dilakukan oleh mahasiswa di kampus mereka, rektor tidak perlu minta maaf secara tertulis. Demonstrasi di kampus adalah hal biasa. Gubernur adalah pejabat publik. Penuh kekurangan dalam berbagai kebijakan. Bagi yang kecewa, mereka boleh berdemonstrasi karena diatur oleh Undang undang.
Kedua, demo yang terjadi menandakan ketidaksiapan panitia dalam mengantisipasi segala kejadian yang dapat terjadi dalam sebuah acara. Harusnya panitia memperhitungkan segala sisi karena yang diundang adalah seorang gubernur. Jika demo terjadi, toh gubernur bisa mendengarkan dengan baik apa aspirasi mahasiswa tersebut. Tidak perlu krasak krusuk, menwa pun tidak perlu show off.
Ketiga, menurut informasi dari berbagai media online bahwa mahasiswa yang ikut berdemo akan diproses oleh pihak kampus. Jangan ditakut takuti juga mahasiswa dengan ancaman atau sanksi seperti skorsing, DO (drop out) dan sanksi lainnya. Kampus adalah mimbar akademik. Rektor dan jajarannya tak perlu malu jika ada mahasiswa yang berdemo. Itu pertanda mereka belajar dan berani mengeluarkan pendapat di depan umum.
Keempat, jika rektor UIN Bukittinggi minta maaf karena yang didemo adalah tamu yang sengaja diundang sehingga tamu merasa tidak nyaman, cukup minta maaf secara lisan dan langsung kepada gubernur Mahyeldi. Tak perlu bersurat walaupun ada beberapa pihak yang mendesaknya. Mengapa? Karena Rektor bukanlah bawahan langsung gubernur. Rektor bertanggung jawab kepada menteri, bukan kepada gubernur.
Tentu kejadian ini menjadi pelajaran hendaknya bagi rektor rektor lain agar bisa tetap menegakkan kepala kepada pejabat pejabat yang lain. Rektor harus tahu posisi mereka. Jika ada desakan yang tidak patut, carikan solusi yang bijak. Tak perlu takut dengan kecaman berbagai pihak. Rektor harus mandiri baik dalam bersikap maupun berfikir. Rektor tidak diajari untuk manut saja atau yes boss kecuali kepada kebenaran dan undang undang.
Mungkin karena rektor UIN Bukittinggi seorang perempuan yang memiliki sensitivitas lebih daripada laki laki, dia layangkan juga surat permintaan maaf tersebut. Padahal presiden, gubernur, bupati, dan seluruh pejabat publik boleh didemo asal tidak anarkis. Jika umpannya berdemo saja di kampus tidak boleh lagi, mau jadi apa perguruan tinggi di Indonesia?
Jika masih banyak rektor di Indonesia yang hanya “angguk angguk” saja dan tidak berani lagi memperjuangkan kebenaran, mundur sajalah baik baik. Jabatan rektor hanya sebagai tugas tambahan bagi seorang dosen, bukan sebagai tugas utama. (*)
Ket foto: Rektor UIN Bukittinggi. Diakses dari google yang free access