Mengenal Tarain: Tradisi Minta Hujan di Nagari Pariangan

Oleh: Irwan Malin Basa. (TACB di Kab. Tanah Datar & Dosen IAIN Batusangkar)

Salah satu tradisi minta hujan yang masih ada sampai saat ini di jorong Padang Panjang nagari Pariangan, Kec. Pariangan adalah Tarain. Masyarakat setempat menyebutnya tarain tetapi tidak diketahui dari bahasa apa kosa kata tarain tersebut berasal. Yang jelas, tradisi ini masih ada sampai saat ini.

Tarain adalah percampuran ritual adat dan agama untuk minta hujan turun. Berbeda dengan sholat istisqa’ atau sholat minta hujan, tarain dilaksanakan pada malam hari sedangkan sholat istisqa’ dilakukan pada siang hari dengan cara yang berbeda pula.

Sholat istisqa’ dilakukan di lapangan pada siang hari. Masyarakat berkumpul di lapangan sambil dan dianjurkan membawa binatang ternak yang kelaparan karena musim panas berkepanjangan. Kemudian sholat dua rakaat dan dilanjutkan dengan khutbah. Kemudian berdoa agar hujan turun.

Kalau tarain dilaksanakan pada malam hari di sepanjang kampung sambil membawa obor. Sambil berjalan bersama sama membaca bacaan shalawat dengan dendang yang khas. Diiringi pula dengan musik rebana. Kemudian diakhiri di mesjid sambil menikmati Snack alakadarnya.

Menurut penuturan tetua adat dan tokoh masyarakat di jorong Padang Panjang Pariangan, tradisi ini sudah sangat lama mereka warisi. Tradisi ini dibawa oleh salah seorang guru agama yang pernah menuntut ilmu agama pada zaman dahulu di daerah Pasaman sekarang.

Uniknya adalah tradisi adat bercampur dengan agama ini hanya ada di jorong Padang Panjang, sedangkan nagari Pariangan memiliki empat jorong yaitu Pariangan, Padang Panjang, Guguak dan Sikaladi. Tetapi di tiga jorong lain tidak ada tradisi tersebut.

Jika kita berbicara di daerah lain di seluruh Indonesia, setidaknya tercatat di situs Kementrian PMK, ada delapan tradisi dan ritual minta hujan yang ada di berbagai daerah. Sebutlah misalnya di suku Dayak di Kalimantan, di NTB, Bali, dan di Jawa seperti di Banyumas. Di Sulawesi pun ada.

Baca Juga :  Program Daya Budaya Desa di Nagari Batu Taba Mendapat Dukungan Positif dari Masyarakat

Yang perlu kita simpulkan adalah bahwa masyarakat kita di berbagai daerah di Indonesia memiliki ragam tradisi dan ritual khusus untuk minta hujan yang sudah diwarisi secara turun temurun. Tradisi tersebut memiliki cara dan bacaan khusus yang berbeda pula.

Tugas kita hari ini adalah bagaimana melestarikan, mengkaji dan memelihara tradisi ini agar tidak punah ditelan zaman. Itulah tanda bahwa kita orang yang berbudaya dan menghargai leluhur kita yang sudah membuat tradisi tersebut pada zaman dahulu.

Perlu pula kita catatkan tradisi tersebut sebagai sebuah karya budaya anak bangsa yang memang asli milik kita. Jangan nanti pada suatu saat, ketika orang lain mengklaim sebuah tradisi milik mereka, padahal milik kita, lalu kita ribut di medsos yang tidak ada ujungnya. Bak kata pepatah, “Anjing menggonggong kafilah berlalu.” Tinggallah kita dengan segala umpatan dan makian.

Tentu hal ini harus menjadi catatan bagi kita semua dan termasuk bagaimana pemerintah memiliki kepedulian terhadap pelestarian budaya ini jika kita memang tidak ingin kehilangan suatu saat nanti. Jika sebuah tradisi hilang, dan pelakunya sudah meninggal dunia semuanya, takkan ada yang bisa menghidupkan kembali tradisi tersebut. (*)

Print Friendly, PDF & Email