Oleh: Nandito Putra (Mahasiswa KKN Unand Nagari Sipinang, Palembayan, Agam)
Perubahan iklim dan cuaca yang drastis di Indonesia memberikan dampak yang signifikan terhadap daya tahan tanaman sehingga hal ini semakin memperparah kejadian tidak mengenakan seperti hasil panen yang sedikit bahkan sampai keadaan gagal panen, selain itu ada hal yang paling ditakuti oleh petani belakangan ini yaitu kehadiran hama dan penyakit pada tanaman yang telah menjadi ancaman serius pagi petani yang ada di Indonesia.
Kejadian seperti itu juga tidak terlepas bagi para petani yang ada di Jorong Paraman, Nagari Sipinang, Kec Palembayan, Kab Agam, Sumatera Barat. Hal ini juga dibenarkan oleh seorang petani yang ada di jorong ini, sebut saja Pak Barat (35 Th) yang mengatakan “pertumbuhan tanaman yang ada di kebun kami tepatnya nagari Sipinang ini sering terancam oleh hama penyakit dan biasanya kami para petani di nagari Sipinang ini hanya menggunakan pupuk kimia yang dampaknya tidak bagus bagi tanaman dan lahan pertanian di masa yang akan datang.
Kondisi seperti ini menarik perhatian mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Andalas 2024 yang ada di Nagari Sipinang tepatnya di Jorong Paraman. Mereka meluncurkan metode Biosaka sebagai solusi perawatan pertanian ramah lingkungan. Biosaka sendiri merupakan gabungan dari 2 suku kata yaitu BIO dan SAKA. BIO yang artinya Tanaman dan SAKA yang merupakan singkatan dari Selamatkan Alam Kembali ke Alam, sehingga dapat disimpulkan bahwa Biosaka merupakan penggunaan tanaman untuk menyelamatkan alam dengan cara mengembalikannya ke alam. Biosaka sendiri awalnnya ditemukan oleh seorang petani asal Blitar bernama Muhammad Ansar pada tahun 2006.
Biosaka ini sebenarnya bukanlah pupuk, melainkan elisator yang berasal dari bahan hayati atau biasa disebut juga elisator biologis dapat memicu respon fisiologi dan morfologi pada tanaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman, meningkatkan kesuburan tanah, menjaga kelestarian lingkungan dan melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit.
Pembuatan biosaka ini sangatlah mudah yaitu dengan menyiapkan 5 jenis tanaman yang berbeda dengan kriteria tidak boleh cacat atau kena ulat. Selanjutnya masukkan air kedalam ember dan rumput yang telah disiapkan lalu diremas dalam air selama 30-60 menit. Peremasan dilakukan pelan-pelan dengan diselingi pengadukan hingga warna airnya berubah menjadi warna hijau secara merata.
Setelah warna airnya rata berwarna hijau, air tersebut disaring dan dimasukkan kedalam botol menggunakan corong. Biosaka bisa langsung diaplikasikan dan sisanya dapat disimpan.
Cara pemakaian dan dosis biosaka ini juga mudah untuk diaplikasikan. Pengaplikasian biosaka dilakukan dengan menggunakan sprayer, penyemprotan dilakukan dengan cara nozzel diatur menghasilkan drif seperti kabut dengan posisi nozzel menghadap keatas minimal 1 meter di atas tanaman.
Saat aplikasi juga perhatikan arah angin sehingga penyebaran dari larutan mengarah pada daun tanaman sasaran secara merata. Waktu penyemprotan bisa dilakukan pada pagi ataupun sore hari. Dosis aplikasi untuk tanaman padi dan jagung yaitu 40 Ml per 15 L air alat semprot, sedangkan untuk tanaman cabai, tomat, kacang tanah, terong, dan tanaman hortikultura lainnya yaitu dengan dosis 20-30 Ml per tangki sprayer tergantung umur tanaman, untuk periode aplikasi sekitar 10-14 hari sekali.
Penyemprotan dapat dilakukan dari mulai awal tanam sampai panen atau sekitar 7 kali aplikasi. Lebih lanjut dalam sosialisasi yang diadakan pada Selasa, 13 Agustus 2024 tersebut secara langsung dipimpin oleh Grace, beliau merupakan seorang Mahasiswi KKN Unand Sipinang 2024. Grace sendiri mengungkapkan bahwa terdapat 5 kelebihan utama dari penggunaan Biosaka yaitu : 1. Reaksi dari pengaplikasian Biosaka ini dapat dilihat setelah 24 jam, 2. Dapat dibuat dalam waktu yang singkat tanpa melalui proses fermentasi, 3. Menggunakan bahan-bahan alami dan sederhana, 4. Dosis yang digunakan sedikit dan dapat tahan selama lima tahun, dan 5. Dapat menghemat biaya perawatan tanaman oleh petani.
Kegiatan ini mendapat respon yang sangat positif dari para petani yang terlihat dari antusiasme mereka dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Mahasiswa KKN Unand Sipinang 2024 di Jorong Paraman ini. Terakhir masyarakat berharap bahwa biosaka ini kedepannya dapat menjadi jawaban untuk mengatasi hama dan penyakit serta daya tahan tanaman yang ada di jorong Paraman, Nagari sipinang ini dan dari Mahasiswa KKN Unand sendiri mengatakan bahwa kegiatan ini sebagai bentuk kampanye mensukseskan metode pertanian ramah lingkungan di Indonesia. (*)