Kekhasan Naskah Kuno Koleksi Surau Parak Pisang, Sumani

Oleh: Dr.Pramono
(Dosen FIB Universitas Andalas)

Surau Parak Pisang terletak di Jalan Lintas Sumatera-Jawa Nagari Sumani Kabupaten Solok. Di surau ini ditemukan 29 (dua puluh sembilan) naskah (6.220 halaman). Surau yang dikembangkan oleh Syekh Abbas atau yang dikenal juga dengan Angku Parak Pisang. Dari beberapa keterangan diketahui bahwa Syekh Jamaluddin belajar kepada seorang ulama yang masyhur dan juga dikenal sebagai ulama modernis yakni Syekh Abbas Abdullah di Padang Jopang 50 kota.

Syekh Abbas Abdullah mengajar di surau yang ia warisi dari ayahnya Syekh Abdullah yang telah mulai mendirikan surau dan mengajar di Padang Jopang sejak tahun 1854. Surau tersebut dinamakan Surau Gadang Padang Jopang. Kemungkinan gelar yang disematkan kepada Syekh Jamaluddin dengan Syekh Abbas adalah nisbah dari nama gurunya tadi.

Perihal perjalanan menuntut ilmu Syekh Jamaluddin terdapat pada manuskrip koleksi Surau Parak Pisang seperti: “Nan punya ini buku anak orang Sumani berselamatan tinggal mengaji di Padang Japang di Surau Gadang adanya, Jamaluddin”.

Manuskrip Kuno

Informasi lainnya dalam manuskrip koleksi Surau Parak Pisang: “Yang punya ini buku anak orang Sumani beralih sekarang berselamat mengaji di Padang Japang di Surau Gadang, Jamaluddin bin Nuh”.

Bertahun-tahun lamanya Syekh Jamaluddin belajar di Padang Japang kepada Syekh Abdullah, dan sempat diangkat menjadi guru tua oleh Syekh Abbas Abdullah karena kecerdasan dan ketekunannya dalam menuntut ilmu. Setelah cukup lama belajar dan mengajar, akhirnya Syekh Jamaluddin mendirikan surau di kampung halamannya di Sumani tepatnya di Parak Pisang. Kemudian banyaklah orang-orang dari berbagai daerah datang untuk menuntu ilmu kepada Syekh Jamaluddin.

Pendidikan di Surau Parak Pisang sempat terhenti akibat tekanan dari Jepang sehingga dalam masa itu Syekh Jamaluddin terbujuk hatinya untuk mempelajari ilmu hakikat dari sebuah kitab yang diwarisinya dari ayahnya yang juga terkenal sebagai ahli tarekat. Ketertarikan Syekh Jamaluddin kepada tarekat membuat dirinya karam dalam lautan hakikat sehingga hal itu masih terwarisi dan bertahan di Surau Parak Pisang hingga saat ini.

Baca Juga :  Eka Putra Menuju Kursi Gubernur Sumbar?

Masyarakat di sekitar Kabupaten Solok terutama nagari Sumani mengenal Syekh Jamaluddin sebagai ahli tarekat, namun bentuk tarekat yang diajarkan oleh Syekh Jamaluddin tidak diketahui oleh pewarisnya hingga saat kini. Pewaris atau pengajar pengajian di Surau Parak Pisang hanya mengetahui bahwa ajaran beliau terkait dengan makrifatullah dan tentang tubuh yang mana kajian ini di Minangkabau identik dengan tarekat Syattariyah.

Alur dari tarekat yang diajarkan oleh Syekh Jamaluddin dapat dilihat dari 29 (dua puluh sembilan) naskah yang terdapat di Surau Parak Pisang yang secara umum membicarakan tentang wujudiyah atau martabat tujuh. Terdapat beberapa karya Syekh Abdurrauf dalam koleksi Surau Parak Pisang, kemudian manuskrip al-Futūhat al-Ilahiyyah yang merupkan sebuah kitab untuk para muntahi (tingkat akhir dalam tasawuf) dalam bingkai tasawuf falsafi, dan manuskrip Bahr al-Lahut yang ditulis oleh Syekh Abdullah Arif atau yang dikenal dengan Tuanku Madinah seorang ulama yang mengislamkan dan mengajarkan agama Islam kepada Syekh Burhanuddin Ulakan sekaligus sahabat dari Syekh Abdurrauf Singkel.

Selain itu juga terdapat manuskrip tambo dan obat-obatan serta sebuah manuskrip tafsir yang pada bagian halaman pertama dibingkai dengan iluminasi yang indah dan khas Minangkabau. (*)