Agam, Jurnalminang.com. News&Web TV. Sungai Landia, merupakan salah satu nagari di Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Nagari ini memiliki potensi ekonomi, sosial, dan budaya yang selama ini belum terungkap ke publik. Salah satu potensi ekonomi yang pernah dimiliki adalah hadirnya Passar Loods Sungai Landia yang didirikan di era kolonial Belanda, tahun 1936.
Pasar ini menjadi pusat strategis di dalam percaturan ekonomi di kabupaten Agam, khususnya di daerah Sungai Landia sendiri. Alasan utama pasar ini didirikan adalah kepentingan Kolonial Belanda di dalam menjalankan regulasi gula tebu (saka), untuk didistribusikan ke berbagai nagari di Sumatera Barat.
Kehadiran Passar Loods Sungai Landia, secara tidak langsung membentuk kesadaran masyarakat di dalam menciptkan ide-ide kreatif yang bernilai ekonomis yang dijual di Passar Loods Sungai Landia seperti kerajinan Kampia Kalayia dan Kampia Nasi, keranjang anyaman dan potensi kuliner.
Setelah Indonesia Merdeka, Passar Loods Sungai Landia tetap difungsikan sebagaimana mestinya. Tetapi, seiring perubahan waktu ditambah dengan berjamurnya pertumbuhan pasar di beberapa nagari di Kabupaten Agam, sehingga pada tahun 1980-an Passar Loods Sungai Landia tidak lagi difungsikan. Terdapat beberapa penyebabnya; yaitu (1) Undang Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan Desa, sehingga sistem Nagari di Minangkabau dihilangkan dan Jorong digantikan statusnya menjadi Desa; (2) perubahan pekerjaan masyarakat dari petani tebu ke petani sayur, sehingga produksi dan harga gula tebu menjadi menurun di pasar; dan (3) terjadinya pola merantau sebagian besar warga Sungai Landia yang menyebar di wilayah Sumatera dan Jawa.
Rencana Aksi Passar Loods Festival
Setelah 40 tahun Passar Loods Sungai Landia ini tidak berfungsi, muncul satu gagasan oleh masyarakat untuk menghidupkan kembali Passar Loods tersebut, tentunya dengan bentuk dan pola yang berbeda menyesuaikan dengan situasi perkembangan zaman saat ini. Rencana aksi yang akan dilakukan adalah dibentuknya satu program berbasis masyarakat dengan nama Passar Loods Festival.
Terdapat beberapa kegiatan yang dihadirkan di dalam program tersebut; yaitu (1) mengangkat potensi kerajinan Kampia Kalayia dan Kampia Nasi, keranjang anyaman; (2) mengangkat potensi kuliner yang dibuat oleh masyarakat Sungai Landia; (3) pameran foto dengan tujuan terciptanya memori kolektif masyarakat tentang sejarah dari foto tersebut; dan (4) pameran Baju Kuruang Basiba dan Sumbang Duobaleh sebagai salah satu potensi baju adat istiadat di Minangkabau; (5) dialog budaya; dan (6) perlombaan pasambahan dan pidato adat untuk kalangan remaja dan anak Sekolah Dasar.
Untuk bazar kuluiner, kerajinan dan pameran foto akan tetap berlangsung selama tiga hari diselingi oleh beberapa kegiatan lainnya yang tertera di rangkaian kegiatan. Tujuannya untuk memikat masyarakat terhadap kuliner dan kerajianan yang ada di kenagarian Sungai Landia serta membawa masyarakat pada kenangan di masa lalu dengan pameran-pameran foto yang penuh dengan sejarah.
“Mengingat situasi dan kondisi hari ini sangat mengkhawatirkan karena pandemic Covid-19 serta diwajibkannya protokol kesehatan, maka sesi acara dibagi menjadi 3 hari supaya mengurangi kapasitas kerumunan masyarakat serta acara dapat berjalan dengan lancar” jelas Syukra Pendamping Daya Budaya Desa.Mungkin tidak hanya itu bahkan acarapun kami bagi di beberapa tempat. Yujuannya selain mengurangi kapasitas kerumunan masyarakat tapi juga bertujuan untuk semakin memperkuat silaturahmi antar masyarakat yang ada di daerah-daerah yang ada di kenagarian sungai landia.
“Mungkin tidak hanya itu bahkan acarapun kami bagi di beberapa tempat. Tujuannya selain mengurangi kapasitas kerumunan masyarakat tapi juga bertujuan untuk semakin memperkuat silaturahmi antar masyarakat yang ada di daerah-daerah yang ada di kenagarian Sungai Landia” tutup Syukra yang alumni ISI Padang Panjang ini. (Red.Jm).
