Tanah Datar, JurnalMinang.com. Pilkada tidak sesederhana yang dilihat di permukaan karena banyak sekali variabel yang dapat mendukung keberhasilan dalam perebutan kekuasaan tersebut. Ambil contoh saja, tim sukses atau team work yang baik, dukungan partai politik, kemampuan finansial, strategi dan taktik kampanye serta faktor yang tak terlihat sekalipun.
Untuk memperjelas peranan sebuah tim sukses ini media jurnalminang.com meminta penjelasan dari seorang dosen ilmu politik yang juga Direktur Pusat Kajian Politik “Studia Politika” Novi Budiman, M.Si. Menurutnya, tim sukses yang baik adalah tim yang bisa bekerja sesuai dengan tugas, fungsi serta kompetensi masing-masing. Jika tim tidak jelas porsinya masing-masing maka semua rencana akan berantakan. Akibatnya adalah kegagalan.
Idealnya sebuah team work yang baik terdiri dari minimal tiga kelompok besar yaitu: think tank atau grand design, exsecutor dan monitoring. Tim grand design adalah tim yang membuat seluruh rencana pemenangan sesuai dengan data dan fakta yang sudah terukur. Mereka biasanya disebut konsultan. Setelah strategi dan taktik ditetapkan maka tim kedua atau tim eksekutor menjalankan strategi di lapangan. Untuk mengetahui apakah strategi dijalankan atau tidak maka perlu tim monitoring. Sebaiknya mereka tidak saling kenal antar kelompok masing masing sehingga bisa bekerja tanpa hambatan psikologis.
Kini, sebelum bertanding sudah ada tim sukses yang bubar atau setidaknya terpecah dan sudah mulai keluar barisan. “Biasanya orang akan lompat keluar dari sebuah tim karena ada rasa kekecewaan, tekanan, atau bujuk rayu dari tim calon lain.” Jelas Novi. Kecewa tidak hanya disebabkan masalah finansial tetapi juga masalah komunikasi yang kurang baik, tidak ada konsep yang jelas, tidak ada rasa saling menghargai atau bahkan pelecehan dari anggota sesama tim.
Apabila tim tidak solid lagi maka kegagalan akan datang. Seluruh strategi tidak akan berjalan. Pesan politik tidak akan sampai kepada konstituen di lapangan. Anggota tim yang sudah loncat keluar barisan biasanya merapat atau malah direkrut oleh calon lain. Mengapa? Karena mereka dianggap memiliki informasi berharga tentang sang calon tersebut. Jika ada persoalan penting yang sudah diketahui oleh anggota tim yang loncat pagar tersebut maka rahasia seorang calon akan terbongkar.
Fenomena seperti ini sudah terjadi pada salah satu pasangan calon di Tanah Datar dan akan terus terjadi sampai pilkada usai. Jika tim dikecewakan maka mereka akan menjadi musuh yang berbahaya dan harus selalu diwaspadai. Rasa sakit hati yang dialami oleh anggota tim tersebut akan dilampiaskan kepada sang calon melalui tangan tangan yang lain.
“Jika tidak ingin tim yang sudah dibentuk tersebut bubar atau setidaknya kacau maka sang calon harus jujur kepada tim. Katakan apa adanya. Tim sukses jangan selalu dibuai janji yang tidak bisa dipenuhi. Buatlah komitmen secara transparan. Tidak ada dusta, curiga serta rasa was-was dalam berjuang.” tambah Novi yang alumnus magister ilmu politik dari universitas Gajah Mada ini. (Red.JM).