Sikerei Mentawai: Penjaga Kearifan Spiritual dan Kebudayaan

Oleh: Fadhila Salsabila (Mahasiswi Jurusan Sastra Minangkabau Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)

Sumatera Barat, atau dikenal juga sebagai West Sumatera, merupakan sebuah provinsi yang terletak di Pesisir Barat pulau Sumatera, Indonesia. Salah satu daya tarik utama Sumatera Barat adalah keberagaman budaya dan tradisinya.
Sumatera Barat memiliki banyak kekayaan budaya. Dari sejak tahun 2013, sudah banyak warisan budaya tak benda Indonesia dari Sumatera Barat yang tercatat. Salah satu warisan tak benda yang akan penulis bahas pada artikel ini adalah Sikerei Mentawai.

Mentawai merupakan wilayah kepulauan yang terletak di Sumatera Barat. Meskipun terletak di Sumatera Barat, masyarakat Mentawai berbeda secara signifikan dengan masyarakat Sumatera Barat yang umumnya beretnis Minang dan beragama Islam. Dalam Kebudayaan Suku Mentawai (1986: 2-3) J.R Logan menyatakan bahwa orang Mentawai merupakan orang yang berperawakan menarik, berkulit sawo matang, sangat jarang cacat fisik, karena mereka hidup sesuai dengan kondisi alam yang sebenarnya (hasil dari proses seleksi alam). Secara umum, orang Mentawai merupakan orang yang baik, ramah, suka menghargai atau menghormati orang lain, tidak menyukai perang dan menyukai hiasan, sehingga tidak mengherankan jika tubuh mereka bertato.

Di pedalaman Mentawai, kepulauan terpencil di lepas pantai Barat Sumatera, terdapat sekelompok orang yang memiliki peran khusus sebagai penjaga kearifan spiritual dan budaya mereka. Mereka disebut Sikerei, pembimbing spiritual dan penyembuh yang dipuja oleh masyarakat Mentawai. Sikerei atau dukun (tabib) merupakan salah satu struktur sosial tradisional Mentawai yang memegang peranan penting.
Sikerei Mentawai berasal dari kata “sikerei” yang berarti “orang suci” atau “diutus oleh para dewa”. Tradisi ini telah berlangsung selama ratusan tahun dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Baca Juga :  Sempurna, Tanah Datar Raih Penghargaan Kabupaten Peduli HAM dengan Nilai 100.

Menurut legenda, para dewa mengutus orang-orang sukses ke dunia untuk membantu manusia mengatasi berbagai masalah dan tantangan. Sikerei merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Mentawai. Dalam bahasa setempat, “si” artinya orang dan “kerei” artinya kuat. Sikerei dianggap sebagai orang dengan kekuatan spiritual yang luar biasa. Mereka berperan penting dalam upacara adat, menjaga keseimbangan dengan alam dan mengobati penyakit secara tradisional. Proses pembentukan sikerei dimulai sejak usia muda. Calon sikerei menjalani serangkaian latihan dan inisiasi yang melibatkan beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun pengasingan dari masyarakat.

Selama ini kearifan budaya, mitologi, pengobatan tradisional dan hubungan spiritual dengan alam dipelajari. Bagian penting dari kehidupan Sikerei adalah hubungan mereka dengan roh dan dewa-dewa Mentawai. Mereka percaya bahwa alam dan roh-roh ini memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan dan kesejahteraan masyarakat. Sikerei menengahi antara manusia dan alam gaib melalui upacara adat dan ritual penyembuhan. Sikerei Mentawai berperan sebagai mediator antara manusia dan dewa. Mereka membantu orang menghadapi berbagai masalah dan tantangan serta memberi mereka nasihat dan bimbingan spiritual.

Selain itu, Sikerei Mentawai juga menjadi pemimpin upacara adat Mentawai. Mereka tampil di upacara seperti festival panen, pernikahan dan pemakaman. Mereka juga berperan sebagai penjaga adat dan budaya Mentawai serta membantu masyarakat mempertahankan tradisi dan budaya mereka. Sikerei menggunakan berbagai alat dan metode dalam latihan spiritualnya. Salah satu alat terpentingnya adalah “tadibik”, gong kecil yang digunakan untuk memanggil makhluk halus dan mengirim pesan ke alam gaib. Selain itu, mereka juga menggunakan ramuan tradisional, mantra, dan teknik penyembuhan lainnya untuk mengobati berbagai penyakit fisik dan mental.

Upacara Sikerei Mentawai merupakan bagian yang sangat penting dari tradisi ini. Upacara ini dilakukan untuk menghormati para dewa dan meminta bantuan para sikerei untuk menyelesaikan berbagai masalah dan tantangan. Upacara tersebut biasanya dilakukan di rumah adat yang disebut “uma”. Upacara ini dipimpin oleh seorang sikerei yang bertindak sebagai pembawa acara. Selama upacara, sikerei berkomunikasi dengan dunia roh dan meminta bantuan para dewa. Upacara ini juga meliputi tarian dan musik tradisional Mentawai. Tarian ini dibawakan oleh para peserta upacara dan diiringi oleh alat musik tradisional seperti gendang dan seruling.

Baca Juga :  M.Sadiq Pasadigoe Ditunjuk Sebagai Ketua Pemenangan Richi Aprian- Donny Karsont, Optimis Menang

Peran sikerei dalam masyarakat Mentawai tidak hanya terbatas pada dimensi spiritual, tetapi juga sebagai penjaga budaya. Mereka adalah penjaga cerita rakyat, mitologi, dan tradisi lisan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Melalui lagu dan tarian daerah, Sikerei mempresentasikan warisan budayanya kepada masyarakat luas.
Namun keberadaan kearifan Sikerei dan Mentawai menghadapi tantangan modernisasi dan perubahan sosial. Selama beberapa dekade terakhir, pengaruh budaya luar dan urbanisasi telah mengubah cara berpikir dan gaya hidup masyarakat Mentawai. Hal ini menyebabkan penurunan minat dan pemahaman tentang peran para pembuat dan nilai-nilai tradisional mereka.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk melestarikan warisan budaya Sikerei Mentawai. Beberapa organisasi dan kelompok masyarakat lokal bekerja sama dengan pemerintah dan organisasi non-pemerintah untuk melestarikan praktik tradisional Sikerei dan mempromosikan kelestarian budaya Mentawai.
Dukungan yang lebih besar diperlukan untuk menjaga kelestarian kearifan Sikerei dan Mentawai. Pengajaran budaya Mentawai dan pentingnya melestarikan Siker dapat dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah setempat. Selain itu, dukungan ekonomi berkelanjutan dan promosi pariwisata dapat membantu masyarakat Mentawai untuk melestarikan budayanya.

Sikerei Mentawai merupakan penjaga kearifan spiritual dan budaya yang tak tergantikan. Peran mereka dalam menjaga keseimbangan dengan alam, menyembuhkan penyakit dan melestarikan warisan budaya Mentawai sangat berharga. Dengan upaya yang tepat, kita dapat membantu memastikan bahwa kearifan Sikerei dan budaya Mentawai tetap hidup dan berdampingan dengan perubahan zaman. Dengan memahami dan menghormati nilai-nilai mereka, kita belajar banyak tentang hubungan antara manusia dan alam serta pentingnya melestarikan keragaman budaya di dunia ini. (*)