Tanah Datar, JurnalMinang.Com. Kabar duka tentang meninggalnya Walinagari Pariangan April Khatib Sidi cepat menyeruak. Bagaikan petir di siang bolong, ribuan masyarakat yang mengenal April Khatib Sidi terkejut dan seolah tak percaya. Mengapa demikian? Wali Nagari yang dikenal sangat ramah itu berpulang ke Rahmatullah pada Minggu, 11 Oktober 2020 di RSU Batusangkar setelah beberapa kali dirawat di rumah sakit karena penyakit yang dideritanya.
April Khatib Sidi dimakamkan di Sikaladi di pandam pekuburan keluarga pada Senin, 12 Oktober 2020. Ribuan pelayat, karib kerabat, politisi serta beberapa calon bupati dan wakil bupati Tanah Datar turut hadir. Hampir seluruh wali nagari se Tanah Datar hadir dalam waktu bersamaan melepas sahabat setia mereka tersebut.
Derai air mata serta ucapan belasungkawa berdatangan. Semasa menjabat wali nagari Pariangan ini dikenal memiliki berbagai prestasi. Berani berbicara apa adanya untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. Bagi masyarakat Pariangan sendiri April Khatib Sidi adalah seorang pribadi yang bersahaja. Mau peduli dengan rakyatnya yang membutuhkan pertolongan.
Ribuan tamu yang datang ke Pariangan semenjak Pariangan dinobatkan sebagai salah satu desa terindah di dunia dilayani dengan baik. Ratusan cenderamata dari berbagai instansi terpajang rapi di lemari kantornya. Tidak ada kata lelah dalam menjalankan tugas.
“bagi saya, kalau ada waktu 36 jam sehari semalam, akan saya urus juga masyarakat ini karena waktu yang hanya 24 jam rasanya tidak cukup untuk berbuat” begitu ucapan wali nagari Pariangan ini ketika beberapa waktu lalu pernah berbincang dengan media JurnalMinang.com.
Tiada hari libur dalam konsep pak wali yang sudah menjabat untuk periode kedua kali ini. Beliau dikenal baik oleh Ninik mamak, pemuda, ulama, Bundo Kanduang dan begitu akrab dengan seluruh perantau nagari dan kecamatan Pariangan. Sifat humorisnya selalu muncul di tengah tengah acara rapat atau diskusi dalam menyelesaikan suatu persoalan.
Kini, April Khatib Sidi sudah berpulang. Teriring doa dari seluruh handai taulan. Pariangan khususnya dan Tanah Datar umumnya merasa kehilangan salah seorang putra terbaiknya. Itu takdir yang tidak bisa ditolak oleh siapapun. Selamat jalan pak wali. (Red.Jm).