Opini Oleh: Sts.Dt.Rajo lndo, S.H, M.H. (Wartawan Senior)
Dengan tertatih-tatih hadir dalam acara Konferensi Persatuan Wartawan lndonesia (PWI) Kab.Tanah Datar Luhak Nan Tuo. Kehadiran penulis bukan sekedar peserta tetapi juga sebagai pendiri. Kecintaan terhadap PWI dan dalam mengamati acara tersebut serta sebagsi tokoh pers dan tulisan ini sebagai kelanjutan dari berita di bawah judul "Yang Tercecer".
PWI ini bediri dari tahun 2001, yang semenjak berdiri dari periode ke periode konferensinya selalu berjalan dengan baik. Dalam arti berjalan dengan lurus dan benar. Tidak ada diketahui yang merusak citra insan pers apalagi merusak dan yang mengotori PWI.
Begitu para wartawan yang berada dalam pers menjaga marwah, harkat dan martabanya. Bahkan tidak ada diantara wartawan yang menyudutkan dan menjelek-jelekan diantara sesama. Malah jika ada orang lain memburuk-burukan salah se orang wartawan kesemua jurnalis itu merasa tersinggung dan bereaksi.
Antara lain sebagai contoh, anggota PNS (kini ASN) Drs.Dadan menyinggung profesi wartawan, semua maju bergerak. Akhirnya sampai bupati Masriadi turun gunung menyelesaikannya. Kekompakan awak pers tersebut benar-benar dikuatirkan kekuatannya.
Di kala pintu koferensi telah terbuka setiap wartawan memberikan masukan kepada kandidat. Masukan itu hanya yang akan membuat PWI lebih baik dan lebih disegani pada masa mendatang. Masukan itu walaupun dalam bentuk informasi namun bukan tidak ada yang membuat PWI lebih jaya.
Dari berbagai informasi tersebut balon setelah menjadi calon dalam visi dan misi nya menggambarkan yang akan dilakukan nya. Begitu wartawam Kab.Tanah Datar Luhak nan Tuo sebelum ini. Hal itu tidak lebih bahwa wartawan daerah ini telah me lakukan secara bersama-sama perbuatan yang akan membuat nama PWI lebih agung.
Kini terlihat bukan kebaikan seperti itu yang dilakukan sejumlah oknum PWI melainkan sebaliknya. Malah pelakunya mayoritas wartawan yang tergolong senior, yang mungkin saja demi kepentingan sesa ‘at. Lupa bahwa tindakan itu merusak nama baiknya, nama baik dirusak sendiri.
Setelah 24 tahun organisasi jurnalis ini eksis dan dihargai semua pihak, kini dirusak sendiri oleh penghuniya. Bukan orang luar yang merusak PWI. Akan tetapi yang menodai kemurnian, kesucian dan nilai baik PWI wartawan sendiri.
Perusakan itu mulai dari kampanye hitam (black campaign) (memberikan informasi palsu, fitnah atau negatif kepada sesama untuk menjatuhkan reputasi sesama). Lupa akan kejelekan dan keburukan yang dimilikinya. Tidak terkecuali ada pula diantaranya wartawan yang tergolong senior itu secara tidak langsung menyatakan dirinya tidak jujur. Hal itu dengan mengajak seorang kandidat ke suatu cafe, disana ia seolah-olah serius akan memilih calon itu.
Akan tetapi kenyataanya bertolak belakang dengan kenyataannya. Itulah tipikal orang-orang tersebut yang tidak perlu ditiru. Namun yang membuat gatal-gatal kandidat tersebut bukanlah orang Tanah Datar asli, tetapi adalah sumando orang . Dalam adat itu yang disebut sumando kacang miang.
Disamping itu ada yang mencari hidup dalam organisasi PWI . Hal itu selama ini tidak pernah terjadi dalam organisasi PWI Tansh Datat, bahkan hal itu ditabukan. Setelah ini tentu saja orang Kab.Tanah Datar harus berhati-hati dalam bergaul dengan sumando kacang miang itu. Kehati-hatian sangat penting untuk meningkatkan kewaspadaan agar tidak dua kali orang tua kehilangan tongkat…(bersambung)
