Oleh: Irwan Malin Basa
Pasca Mubes IKA Alumni MAN Kobar beberapa waktu yang lalu terbentuklah pengurus DPP alumni dengan berbagai strukturnya. Syamsalis seorang alumni yang merupakan seorang pengusaha terpilih menjadi Ketua Umum. Dialah yang akan menakhodai pengurus DPP tersebut. Kemana arahnya kapal alumni akan dibawa.
Dari bisik bisik serta curhatan alumni di berbagai medsos beredar selentingan bahwa proses pemilihan ketua alumni diduga ada yang cacat hukum. Bantahan terhadap proses tersebut bersileweran di medsos. Tapi bak kata pepatah, “anjing menggonggong kafilah berlalu.”. Kapal alumni itu tetap bergerak untuk melakukan berbagai kegiatan.
Salah satu kegiatan yang dibuat beberapa waktu belakangan adalah webinar masalah peran perempuan. Hadir sebagai pembicara Buya Gusrizal Gazahar (Ketua MUI Sumbar) dan ada pula Zubaidah yang merupakan aktivis perempuan. Keduanya alumni MAN Kobar. Dalam webibar tersebut Buya Gusrizal Gazahar meninggalkan forum sebelum acara selesai. Tentu ada sesuatu yang tidak berkenan sehingga Buya meninggalkan ruangan.
Selang beberapa waktu sesudah acara webinar muncul berbagai tudingan kepada panitia, pengurus alumni serta pembicara lain. Dugaan saya, mungkin karena ada kesalahpahaman penafsiran, atau perbedaan cara pandang atau entah apa namanya sehingga “Kalibuik” tidak bisa dihindari.
Berbagai group dan dinding FB dipenuhi hujatan dan makian kepada pengurus. Hanya sedikit saja yang bernada positif. Berbagai pihak berusaha menetralisir keadaan tetapi badai itu belum reda juga. Group alumni bagaikan kapal pecah yang sedang dihantam gelombang. Entah akan karam atau masih tertatih berusaha berlayar dengan segala kemampuan, Wallahu alam.
Di tengah prahara itu muncul lagi group penyelamat IKA Alumni. Ada pula yang menulis “sampai darah penghabisan.” Entah kepada siapa kalimat tersebut ditujukan sayapun tidak tahu. Setiap hari beragam kalimat kalimat yang mungkin kurang beretika atau malahan bernada provokatif muncul di medsos.
Kini, apa yang harus dilakukan? Bak kata pepatah, “bak maelo rambuik dalam tapuang,” artinya rambut tidak putus dan tepung tidak terserak. Kalau kita sayang dan saling menghargai dengan sesama alumni, cooling down adalah sebuah solusi. Bagi pengurus DPP IKA Alumni ini adalah sebuah pelajaran bahwa apapun yang diperbuat harus dipertimbangkan dengan matang. Kalau tidak sanggup, mundur adalah jalan terhormat. Siapa yang salah dan benar tidak perlu dibuktikan di pengadilan karena alumni hanyalah sebuah organisasi sosial. Ladang beramal. Bukan ladang show off.