Oleh: Irwan Malin Basa. (Dosen UIN Mahmud Yunus Batusangkar)
Masyarakat Minangkabau dikenal memiliki berbagai kearifan lokal dari dahulunya. Sebutlah misalnya kearifan lokal tentang pertanian, tentang cuaca, tentang pengobatan, tentang alam dan lain sebagainya. Semua kearifan lokal tersebut ada yang masih lestari dan adapula yang sudah punah ditelan zaman.
Salah satu kearifan lokal Minangkabau di Nagari Pariangan adalah Parian Api yaitu bagaimana kesiap siagaan masyarakat dalam menghadapi bencana kebakaran. Hal ini sudah diwariskan oleh nenek moyang orang Minangkabau dari dahulu, tapi karena perkembangan zaman, banyak bentuk kearifan lokal tersebut yang sudah ditinggalkan padahal masih berguna.
Parian adalah sebuah peralatan rumah tangga zaman dahulu yang terbuat dari bambu yang panjangnya sekitar 2 Meter s.d 2.5 Meter. Bambu tersebut dipilih yang berukuran besar. Kemudian setiap pembatas ruas di dalamnya dijebol sehingga bisa diisi air.
Parian secara umum dipakai untuk pembawa air dari sungai atau dari pancuran untuk keperluan sehari hari. Tetapi khusus Parian Api ini diletakkan di halaman setelah berisi air dan dikhususkan untuk keperluan jika terjadi kebakaran.
Setiap rumah memiliki stok tiga sampai empat buah parian berisi air yang sengaja diletakkan di halaman rumah atau disandarkan di dinding rumah bagian luar. Jika terjadi kebakaran maka air yang ada pada Parian tersebut bisa digunakan untuk menyiram api.
Uniknya, jika terjadi kebakaran, siapa pun masyarakat yang lewat di setiap rumah yang ada Parian nya boleh mengambil dan membawa air Parian tersebut ke lokasi kebakaran. Mereka boleh membawa Parian siapa saja. Nanti setelah dipakai, dikembalikan lagi.
Jika musim kemarau sudah berkepanjangan, maka Angku Palo (sebutan wali nagari zaman dahulu) mengumumkan kepada masyarakat agar selalu mengisi Parian tersebut. Parian tidak boleh kosong.
Inilah salah satu bentuk Kearifan Lokal masyarakat di nagari Pariangan terhadap antisipasi bencana kebakaran. Kehidupan disesuaikan dengan zamannya.
Kini, semuanya sudah memakai alat modern. Sebutlah misalnya modul pemadam kebakaran, racun api, hidran kota, hidran gedung, sampai ke robot pemadam api sudah ada.
Tetapi jika kebakaran terjadi di sebuah kampung, dimana akses jalan belum semuanya bagus, atau di dalam gang sempit, tentu alat alat modern itu tidak bisa bekerja maksimal. Dan sering mereka (petugas pemadam kebakaran) datang terlambat ke lokasi karena posisi standby peralatan sering di pusat kota.
Tak ada salahnya kita kembali mencoba kearifan lokal tersebut demi melindungi rumah kita dari bencana kebakaran, khususnya yang tinggal di perkampungan yang jauh maupun yang tinggal di gang sempit. (*)