Opini  

Pacu Kudo: Antara Olahraga, Tradisi dan Wisata Halal

Oleh: Dr. Demina, M.Pd. (Dosen UIN Mahmud Yunus Batusangkar)

Sudut lain dari gelanggang rakyat Dang Tuanku Bukik Gombak adalah arena lapangan pacuan kuda atau lazim disebut pacu Kudo oleh masyarakat Minangkabau.

Pacuan kuda Bukik Gombak telah ada dan berjalan cukup lama sekali sejak zaman bergolak sebagai arena pacu kudo. Bagi masyarakat Tanah Datar dan sekitarnya setiap tahun momen pacu kudo menjadi hiburan rakyat yg fantastis dan ditunggu tunggu oleh semua kelas umur, untuk anak anak apa lagi!

Dulua, ketika aku kecil pacu kudo tak pernah absen ditonton. Dibawah asuhan ibu, kami dengan riang gembira pergi ke gelanggang walaupun untuk sampai ke tujuan kami harus berjalan kaki. Memasuki area Bukik Gombak tak ada yg berubah dari masa kecilku. Masuk area kita harus beli karcis dan di sekelilingnya berdiri tribun dadakkan dari bambu dan daun kelapa yang merupakan kearifan lokal yang bersahaja.

Hari ini dengan santai, aku ke gelanggang melihat sudut lain dari perkembangan pesta rakyat yg dibalut dengan pariwisata halal di Sumatera Barat. Saya berjalan santai melihat aspek pendukung dari wisata halal. Saya temui pengelola lapak, tempat sholat di area galanggang pacu kudo Dang Tuanku Bukik Gombak. Penasaran dan ingin tahu saya bertanya? Bapak pengelola tempat sholat? Tanya saya. Kemudian si bapak menjawab, ‘iya.’ Boleh saya foto foto pak? Silakan dan saya cekrik cekrik mengambil sarana tempat shalat di sekeliling arena galanggang. Apakah bapak menyiapkan mukena atau lebih populer di daerah kami “talakuang” untuk ibukĀ²? Kami menyiapkan nya, jelas si Bapak.

Tak puas sampai di situ, saya melanjutkan perjalanan dan ada tulisan sederhana. Tribun mesjid Bukit Gombak. Dimana tarif standar semua tribun sama. Saya menemui pengurus mesjid. Pak, ini serius tribun mesjid? Panitia menjawab, serius. Dananya untuk apa pak? Tanya ku serius. Kami sedang membangun buk. Sisa dananya kami gunakan untuk mesjid. Tanpa ragu saya lanjut bertanya. Ini serius pak? Iya kami serius. Bapak akan amanah untuk tulisan ini. Iya kami amanah. Tanpa ragu aku masuk duduk santai bersama ribuan pengunjung gelanggang cukudo singkatan dari bahasa lokal kami.

Baca Juga :  Peranan Medsos dalam Partisipasi Generasi Z dalam Menghadapi Pemilu 2024

Perkembangan zaman semakin maju berbasus digital tentu semua orang bisa berselancar untuk menjadikan sarana hiburan. Tapi melihat penonton yang berjubel secara langsung pacu kuda tak tergantikan oleh berbagai hiburan dari youtube. Geliat pariwisata halal dan semboyan dengan filosofi adat basandi syarak syarak basandi kitabullah terus menjadi aspek pembangunan berkelanjutan di Tanah Datar khususnya.

Pacu Kudo tidak hanya sebatas olahraga, tradisi, hobi, tetapi sebuah nilai yang kompleks sehingga bisa dikemas menjadi pariwisata halal. Semoga kehalalan itu bisa terjaga dan mendapatkan atensi dari seluruh pihak untuk dinikmati. (*)