Masyarakat Pariangan Gelar Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw dengan Tradisi yang Unik

Pariangan, Jurnal Minang. Masyarakat Pariangan menggelar peringatan maulid nabi Muhammad Saw pada Rabu, 18/9/2024 di mesjid Ishlah Pariangan. Maulid ini dalam kearifan lokal di Pariangan disebut muluik. Peringatan muluik ini dihadiri oleh ribuan orang mulai dari anak anak, remaja, tua muda, laki laki dan perempuan. Mereka tumpah ruah di masjid semuanya.

Ada hal yang sangat menarik dari tradisi maulid ini. Pagi harinya beberapa orang datang ke mesjid membaca kitab muluik sambil bergantian dan dengan nada yang indah didengar. Kemudian kaum ibu datang membawa aneka makanan/Snack ke mesjid. Barusan ibu ibu menjujung makanan tersebut dengan memakai sebuah talam dan tuduang saji serta ditutup dengan kain Dalamak.

Satu keluarga membawa satu talam sehingga terkumpul lah ratusan talam yang berisi kue kue tersebut dalam mesjid. Setelah selesai pembacaan kitab maulid atau yang dikenal dengan bakayaik (membaca hikayat) maka seluruh uang hadir di mesjid tersebut berebutan mengambil makanan yang ada dalam talam tersebut. Semuanya bersemangat mengambil kue kue yang ada untuk dimakan.

Setelah itu kaum ibu membersihkan dan mengumpulkan kembali talam serta piring piring yang berserakan tersebut untuk dibawa pulang kembali.

Setelah sholat Zuhur acara dilanjutkan dengan bakayaik kembali. Kemudian kaum ibu datang kembali ke masjid membawa nasi bungkus dengan talam tersebut. Biasanya sebuah talam berisi 5 sampai 10 bungkus nasi. Ada yang sudah berisi lauk pauk dan ada yang belum.

Sesampainya di masjid, nasi itu dikumpulkan lalu diisi dengan gulai kambing ataupun gulai daging sapi yang sudah dimasak oleh panitia sejak pagi harinya. Kemudian nasi yang sudah diisi gulai itu dimasukkan lagi kedalam talam untuk disajikan kedalam masjid.

Baca Juga :  Ketua TP-PKK Padang Panjang dr. Dian Puspita Fadly Nilai Dasawisma Terbaik

Setelah pembacaan kitab maulid selesai maka nasi bungkus itu dibagikan kepada seluruh masyarakat yang hadir. Namun ada juga beberapa anggota masyarakat yang berebutan mengambilnya.

Menurut tokoh masyarakat Pariangan yang juga seorang akademisi dan peneliti kebudayaan Irwan Malin Basa bahwa Tradisi ini sudah berlangsung sangat lama sejak dahulu. Peringatan muluik ini memiliki arti tersendiri bagi masyarakat Pariangan. Ada perasaan “kehilangan” bahkan rugi rasanya jika tidak datang ke masjid pada saat maulid. Perantau pun jauh jauh dari Jakarta dan sekitarnya ikut pulang kampung untuk menyaksikan barabuik kue dan nasi ini. (Red.Jm)