Generasi yang Hilang

Sebuah Refleksi Budaya Zaman Now. Oleh: Irwan Malin Basa

Tanah Datar, JurnalMinang.Com. News&Web TV. Kehadiran teknologi sudah merambah ke hampir seluruh sisi kehidupan. Mau tidak mau masyarakat “dipaksa” ikut kedalam sistem kehidupan tersebut. Teknologi tidak hanya sebatas gaya hidup tetapi sudah menjadi sebuah sistem yang mengatur kehidupan. Jika tidak diikuti, kita akan berada diluar sistem tersebut.

Kehadiran teknologi itu tentu membawa pengaruh positif dan negatif bagi peradaban manusia. Jika tidak ada filter yang kuat maka sistem itu akan mengatur kita, mengatur anak anak kita, mengatur keluarga kita dan mengatur segalanya. Apa yang diramalkan oleh para ahli seperti Frichof Capra, Walters, Huntington dsb kini terbukti. The Turning Point (titik balik peradaban) versi Capra maupun buku Big Bank and new world sudah menceritakan ini beberapa tahun lalu.

Khusus bagi dunia anak anak pengaruh teknologi ini merubah pola hidup dan perilaku mereka. Apa yang dilakukan oleh anak anak pada masa dahulu di era 70 sd 80 an tidak akan ditemukan lagi hari ini. Cerita seru bermain gambar, kejar kejaran, petak umpet, mandi di kolam, berlari di sawah hanya akan menjadi legenda. Itu adalah barang aneh bagi anak anak sekarang.

Anak anak zaman now asyik dengan tekhnologi. Sebutlah misalnya handphone, tab, laptop ataupun sebuah komputer pribadi di rumah. Semuanya asyik dengan dunia masing masing. Mereka tidak peduli dengan lingkungan. Tidak ada kata bosan kecuali batrei handphonenya habis atau listrik mati dan jaringan terganggu.

Kadang mereka tertawa sendiri meskipun tidak ada lawan bicara. Kadang mereka kesal dan marah sendiri meskipun tidak ada yang mengganggu. Lagu, pakaian, bahasa serta topik pembicaraan anak anak dipengaruhi oleh apa yang mereka tonton. Cerita Malin Kundang, randai Siti Baeran, Legenda Gunung Merapi dan sejarah kampung mereka sendiri tidak akan pernah terbaca karena bukan topik yang menarik bagi anak anak zaman now.

Baca Juga :  Mengenal Heatwave dan Dampaknya

Kalau situasi dan kondisi seperti ini tidak disikapi dengan baik tentu akan lahir sebuah generasi baru yang kehilangan budaya sendiri. Sebuah budaya yang “baru” lahir dan budaya lama otomatis hilang. Etika yang dahulu ditanamkan kepada anak anak seperti mendengarkan orang tua berbicara, tata krama berbahasa sudah tidak diindahkan lagi. Yaa…muncullah sebuah “generasi yang hilang; budaya hilang, tata krama hilang, sopan santun hilang. Dan muncul sebuah generasi baru yang namanya belum dapat ditentukan. Entah apa namanya.