Sekelumit Catatan Perbedaan Debus dan Tari Dabuih

Oleh: Irwan Malin Basa

Masyarakat Minangkabau dikenal memiliki ragam tradisi dalam berbagai bidang yang sudah diwarisi secara turun temurun. Tradisi tersebut tidak hanya dalam hal tatacara kehidupan, adab dan etika tetapi juga tentang seni tari dan musik. Salah satu yang sudah hampir punah adalah seni Tari Dabuih yang pernah ada di Jorong Pariangan, Nagari Pariangan, Kec. Pariangan.

Salah seorang pelestari dan praktisi Tari Dabuih yang pernah berinteraksi dengan penulis adalah almarhum Abdul Hamid Dt.Rangkayo Sati. Beliau juga dikenal sebagai seorang guru adat, ahli hukum adat, ahli pidato dan pasambahan, memahami struktur bangunan rumah adat, sejarah Minangkabau serta juga seorang tabib.

Dari berbagai keahlian beliau, ada satu kesenian unik dan langka yang pernah penulis pelajari kepada beliau meskipun tidak sampai selesai yaitu Tari Dabuih. Beliau menjelaskan bahwa antara Tari Dabuih dengan Debus atau Dabuih berbeda. Perbedaannya terdapat dalam beberapa hal sebagai berikut.

Pertama, Debus atau Dabuih adalah sebuah seni yang dominan menunjukkan kekebalan, ketahanan serta berbagai atraksi. Ada yang kebal terhadap senjata tajam seperti pisau, pedang, jarum, besi runcing dan juga ada yang kebal terhadap api dan bara. Namun Debus tidak memiliki pakem langkah yang teratur sedangkan Tari Dabuih memiliki pakem gerak yang terstruktur.

Kedua, Debus dimainkan di lantai atau di tanah seperti di lapangan atau halaman terbuka dengan arena yang cukup luas sedangkan Tari Dabuih dimainkan di atas tikar berukuran 2×2 Meter atau setidaknya di lokasi yang dibatasi dengan kapur atau tali yang luasnya juga sekitar 2×2 Meter. Penari tidak boleh keluar dari arena yabg ditetapkan.

Ketiga, musik yang mengiringi debus beragam tergantung dari daerah mana debus tersebut berasal. Sedangkan Tari Dabuih diiringi oleh musik rebana, pupuik cingkoloang batang padi.  Namun keduanya sama sama memiliki Khalifah atau tuan guru yang dituakan ketika pertunjukan berlangsung.

Baca Juga :  Dirjen Kebudayaan Kunjungi Destinasi Wisata Heritage Sawahlunto: Ini PR Kita Semua

Keempat, Tari Dabuih memiliki dendang dan syair yang diceritakan ketika pertunjukan seperti berselawat sedangkan debus jarang menggunakan tradisi lisan ini. Debus lebih fokus kepada unjuk kekebalan saja.

Kelima, Tari Dabuih ditampilkan oleh seorang penari namun Debus bisa ditampilkan oleh lebih dari satu orang penari. Namun keduanya sama sama diikuti oleh berbagai jenis musik tertentu sesuai dengan daerah asal debus tersebut. Misalnya, musik debus dari Aceh akan berbeda musiknya dengan musik debus dari daerah Banten ataupun Palembang.

Meskipun begitu, syair, doa, mantra dan bacaan bacaan lainya yang digunakan lebih bernuansa campuran antara Islam dan Minangkabau. Dan ada beberapa yang memakai campuran keduanya yaitu gabungan antara mantra dan doa yang ada dalam Islam….. (Bersambung).