Oleh: Irwan Malin Basa
Dosen IAIN Batusangkar
Pilkada serentak yang direncanakan pada tgl 9 Desember 2020 nanti sudah mulai menyebarkan aroma persaingan di berbagai kalangan. Semua orang ingin menang dan sukses di Pilkada tetapi tentu tidak semudah membalikan telapak tangan. Pilkada adalah arena politik yang “abu abu” alias tanpa kepastian. Tetapi dalam Pilkada ada juga matematikanya, misalnya survey yang valid dan reliable sebagai gambaran popularitas dan elektabilitas seseorang. Berbagai ahli politik, management, marketing, komunikasi seperti Daft. Richard (2003), Kotler (2006), Kevin L, Muhtadi, Sanit dll. sudah memprediksi ini. Untuk menang di Pilkada saat ini ada paradigma dan pendekatan 5 M (setidaknya untuk kondisi Indonesia). Apa saja?
Angka 5 M bukanlah berarti lima milyar tetapi ada 5 M yang berarti: Moneter, Media, Muslim, Mahasiswa dan Militer. Ini belum menjadi teori baku tetapi sudah menjadi approach pemenangan di Pilkada dan Pileg di Indonesia. Dari berbagai pendidikan, kursus dan latihan kepemimpinan dan strategi yang pernah saya ikuti dalam 3 tahun terakhir baik di level regional dan nasional, disimpulkan bahwa pendekatan 5 M ini terbukti ‘ampuh” di sebagian besar Pilkada. Begini analisisnya.
Pertama, Moneter. Artinya adalah keuangan atau finansial. Orang atau kelompok yang menang di Pilkada dan Pileg sebagian besar adalah pemilik dana yang memadai. Sumber keuangan itu bisa dari pribadi, donatur dan sponsor lain. Pilkada perlu uang. Jadi kalau ingin sukses di Pilkada kuasailah keuangan. Setinggi apapun popularitas calon tetap butuh uang minimal untuk biaya operasional dan mahar partai, Alat Peraga Kampanye (APK) dan dana saksi.
Kedua, Media. Untuk menyampaikan pesan kepada pemilih kita butuh media baik cetak maupun elektronik. Kini penggunaan media lebih banyak secara elektronik daripada media cetak seperti koran, majalah dan tabloid. Medsos adalah media yang cepat, tepat, efisien dan massive. Media dapat mempengaruhi opini masa. Media elektronik memiliki peran yang sangat penting untuk membranding seorang calon. Jika ingin sukses di Pilkada, kuasai dan pakai media. Kuasailah IT atau information technology.
Ketiga, Muslim. Umat muslim di Indonesia sangat dominan (sekitar 80 persen). Mereka adalah pemilih mayoritas. Kalau ingin sukses, dekati dan kuasai kelompok muslim. Pertanyaan nya, bagaimana kalau pilkada di daerah yang mayoritas (99 persen) muslim dan calonnya juga muslim? Kuasailah kelompok muslim yang dominan. Kemudian si calon harus berperilaku seperti seorang muslim yang taat. Kalaupun dia “preman” maka bersikap lah sebagai seorang muslim yang baik.
Keempat, Mahasiswa. Kumpulan mahasiswa di kampus adalah sebuah kelompok intelektual muda. Mereka adalah agent of change dan sekaligus penyampai pesan ke masyarakat. Mereka banyak terlibat dalam politik praktis dan penyelenggaraan pemilu. Mereka memiliki jiwa muda dan idealisme yang masih “membara.” Kalau ingin sukses di Pilkada, kuasai dan pakai mahasiswa.
Kelima, Militer. Ini adalah faktor yang tidak bisa diabaikan. Pengertian ‘militer’ disini bukanlah berarti tentara tetapi artinya Pengamanan. Proses pilkada butuh pengamanan. Jika tidak aman tentu susah untuk bergerak. Pengaman di Pilkada itu bisa tentara, polisi, pol PP, body guard dan preman lokal sekalipun. Namun pengaman yang kuat adalah partai penguasa karena mereka bisa menggerakkan semuanya. Jika ingin sukses di Pilkada, kuasai pengaman atau militer tersebut.
Balon kepala daerah yang akan sukses pada pilkada tahun ini adalah balon yang bisa memanfaatkan kelima unsur 5 M tersebut. Jika tidak, siap siap untuk menerima kekalahan. Dunia politik itu meskipun bagai laut tak bertepi tetapi ada perahu dan gelombang yang bisa membawa ke pinggir pantai.