Opini Oleh: Sts.Dt.Rajo lndo, S.H, MH
Kita diciptakan oleh Allah agar selalu mengingatNya. Allah menganugerahkan rezeki kepada kita sebagai makhluk ciptaanya. Yang tentu agar bersyukur kepadaNya. Namun kenyataanya banyak yang menyembah dan bersukur pada yang lain nya.
Mengingkari, membangkang dan meremehkan sesungguhnya adalah suatu penyakit yang menimpa jiwa. Justru itu kita tidak perlu heran dan resah bila ditimpa penyakit umum yang menimpa jiwa orang lain. Jika ada orang yang mengingkari kebaikan yang pernah anda berikan, itu menunjukan telah ada pula pada yang lain.
Kendatipun ia mencampakan budi baik yang telah ditunjukan. Lupakan saja bakti yang diberikan dan persembahkan itu. Bahkan jangan resah bila orang itu sampai memusuhi anda dengan sangat keji serta membenci anda sampai merendahkan diri anda.
Semua itu ia lakukan justru karena anda telah berbuat baik kepadanya. Malah bukan tidak ada cerita ayah dengan anaknya yang seperti itu. Sebab fenomena hidup ini bukan satu dan dua, ada-ada saja. Ayah telah memelihara anaknya dengan baik. Ayah itu memberikan makan, pakaian, minuman, pendidikan hingga rela tidak tidur demi anaknya.
Rela untuk tidak makan asal anaknya kenyang, mau bersusah payah asal anaknya bahagia. Apalacur ketika anaknya sudah berkumis lebat dan telah kuat tulang belulangnya. Anak itu bagaikan anjing galak kepada ayahnya. Tidak hanya berani menghina ayahnya tetapi juga melecehkan ayahnya, congkak dan durhaka terhadap orang tuanya.
Kesemuanya itu ditunjukannya bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan perbuatan dan tindakan. Karena itu siapa saja yang mengabaikan kebaikan dan dilecehkan oleh orang yang menyalahi fitrah nya sudah seyogianya berkepala dingin. Sebab ketenangan yang hanya mendatangkan pahala yang tidak pernah sirna.
Ini bukanlah mengajak orang meninggalkan kebaikan, melainkan agar pembaca tidak goyah dan tidak terpengaruh oleh kekejian. Akan tetapi tetaplah berbuat kebaikan hanya demi Allah semata. Dengan hal ini pembaca akan menguasai keadaan dan tidak akan pernah terusik oleh kebencian.
Bahkan tidak akan pernah merasa terancam akan kekejian dan bersyukurlah kepada Allah karena masih dapat berbuat baik ketika orang di sekitar berbuat jahat. Disamping itu perlu juga diketahui bahwa tangan di atas itu lebih mulia dari tangan yang di bawah. Serta tanamkan prinsip “tidak akan mengharapkan balasan”. Sebab masih banyak orang berakal yang sering kehilangan kendali sa’at menerima kritik dan apa arti nya? Terimakasih.
