Pariangan, Jurnal Minang. Sebanyak 40 orang mahasiswa STAI YDI Lubuk Sikaping lalukan kuliah umum Budaya Alam Minangkabau di Nagari Pariangan, Minggu, 20 Juli 2025. Tidak hanya mahasiswa, rombongan tersebut juga didamping oleh beberapa orang dosen Yayasan dan Tenaga Kependidikan di kampus tersebut. Mahasiswa yang hadir berasal dari program studi ekonomi syariah dan program studi PIAUD.
Kuliah umum dilaksanakan di rumah gadang Dt.Kayo, suku Pisang yang berlokasi di jorong Pariangan, tepatnya di hadapan Kuburan Panjang Dt.Tantejo Gurhano yang merupakan arsitek pertama rumah adat Minang yang memakai gonjong.
Dalam kuliah umum dan diskusi tersebut tampil sebagai pembicara Irwan Malin Basa yang merupakan seorang dosen dan peneliti kebudayaan. Ia memaparkan bagaimana konsep ekonomi seputar rumah gadang.
“Rangkiyang atau lumbung padi yang ada di depan rumah gadang adalah sarana ketahanan pangan bagi masyarakat Minangkabau sejak dahulu. Lumbung padi ada tiga, yaitu sitinjau lauik, sibayau bayau dan sitangka lapa, semuanya memiliki fungsi masing masing,” ujar Irwan Malin Basa yang juga seorang Tim Ahli Cagar Budaya.
Narasumber kedua adalah S.Dt.Kayo yang juga Ketua KAN Pariangan dan ketua LKAAM Kec.Pariangan. Ia menjelaskan seputar kepemimpinan di Minangkabau dan bagaimana seluk beluk serta solusi kawin sasuku yang terjadi di Minangkabau.
“Kawin sasuku memiliki penafsiran yang berbeda beda di berbagai nagari di Minangkabau. Kalau di Pariangan dilarang tegas kawin sasuku, namun di beberapa nagari ada yang membolehkan kawin sasuku tetapi asalkan tidak satu kaum atau satu penghulu,” papar Dt.Kayo yang juga pengurus LKAAM Kabupaten Tanah Datar yang membidangi Sako Pusako.
Dalam kuliah umum tersebut mahasiswa juga diberikan kesempatan bertanya sepuasnya. Mereka antusias mengajukan pertanyaan terkait masalah kekinian di Minangkabau. Harapannya adalah muncul berbagai kajian penelitian untuk skripsi terkait masalah keminangkabauan ini.
Pimpinan rombangan Rahayu Setyaningsih mengucapkan terimakasih atas sambutan, paparan serta layanan dari tuan rumah. “Mudah mudahan pengetahuan ini bermanfaat bagi mahasiswa dan bagi kami sendiri. Banyak hal hal baru kami dapatkan di Pariangan selama kegiatan ini,” tutup Rahayu Setyaningsih. (Red.Jm)
