Sudah Saatnya Kita Peduli dengan Pelestarian Tanaman Obat di Sekitar Kita

Oleh: Faras Annisa Syahada (Mahasiswa Biologi, FMIPA universitas Andalas Padang)

Di tengah pesatnya perkembangan dunia medis modern, kekayaan alam berupa tanaman obat seringkali terlupakan. Padahal, sejak zaman dahulu, tanaman obat telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia sebagai sumber pengobatan alami. Namun, seiring berjalannya waktu, keberadaan tanaman obat semakin terancam akibat berbagai faktor seperti perubahan iklim, alih fungsi lahan, dan eksploitasi berlebihan.

Indonesia terbentang dari sabang sampai merauke. Dimana kita semua tau bahwa Indonesia itu makmur dan memiliki keanekaragaman hayati yang beragam. Salah satunya adalah pemanfaatan flora. Semakin berkembangnya zaman, semakin banyak flora atau tumbuhan yang diteliti yang digunakan sebagai bahan baku pengobatan berbasis herbal.

Sejauh ini sudah cukup banyak tanaman yang teridentifikasi memiliki dampak positif terhadap respon fisiologis tubuh. Hal ini tentu meningkatkan berbagai macam penelitian yang menggunakan tanaman dalam pengobatan penyakit.
Diabetes mellitus, sebuah penyakit kronis yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi, telah menjadi masalah kesehatan global. Penyakit ini mungkin sudah sering kita jumpai disekitar kita. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, berbagai pendekatan pengobatan terhadap penyakit ini terus dikembangkan, salah satunya adalah pemanfaatan senyawa bioaktif dari tanaman obat.

Salah satu senyawa yang menjanjikan adalah curcumin, yang terkandung dalam rimpang kunyit (Curcuma sp). Curcumin, senyawa polifenol berwarna kuning cerah yang memberikan warna khas pada kunyit, telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional berbagai penyakit. Penelitian modern semakin mengungkap potensi besar curcumin dalam mengelola penyakit diabetes.

Potensi besar curcumin dalam pengobatan diabetes mendorong peningkatan permintaan terhadap kunyit. Namun, peningkatan permintaan ini berpotensi mengancam kelestarian tanaman kunyit di alam liar. Terlebih tanaman tanaman dari famili Zingiberaceae ini juga sering digunakan dalam masakan.

Baca Juga :  Vidcon Revitalisasi Situs Budaya/Agama Polres 50 Kota di Surau Tuo Nagari Taram

Oleh sebab itu, pemanfaatan curcumin harus diimbangi dengan upaya pelestarian tanaman kunyit melalui biokonservasi. Dengan demikian, kita dapat memastikan ketersediaan kurkumin untuk generasi mendatang sekaligus menjaga kelestarian keanekaragaman hayati.

Selain curcumin, masih banyak senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku pengobatan berbasis herbal. Hal ini menunjukkan akan banyak nya tanaman yang digunakan untuk penelitian dan jika terus menerus dilakukan tanpa adanya konservasi atau pelestariannya maka akan bisa membuat tanaman tersebut menjadi sedikit dan langka. Dan bisa lebih berbahaya lagi yaitu mencapai kepunahan. Hal ini tentu merupakan hal yang tidak kita inginkan. Tanaman itu harus kita lestarikan, baik itu tanaman yang bisa berpotensi sebagai obat maupun tidak.

Tanaman obat, dengan beragam khasiatnya, merupakan warisan berharga yang perlu kita jaga kelestariannya. Sayangnya, kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian tanaman obat masih relatif rendah. Padahal, dengan menjaga kelestarian tanaman obat, kita tidak hanya melestarikan kekayaan alam, tetapi juga berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Banyak upaya pelestarian yang bisa kita lakukan, seperti penanaman bibit. Hal ini merupakan salah satu upaya konservasi yang semua orang bisa lakukan. Kegiatan ini bisa berhasil jika adanya kesadaraan antar sesama. Seperti kesadaran masyarakat dan adanya kerjasama dengan pemerintah. Pemerintah memiliki peran krusial dalam mendorong penanaman bibit tanaman obat sebagai bagian dari upaya konservasi. Melalui berbagai program dan kebijakan, pemerintah dapat memfasilitasi masyarakat untuk lebih aktif dalam budidaya tanaman obat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menyediakan bibit tanaman obat berkualitas secara gratis atau dengan harga terjangkau kepada masyarakat.

Selain itu, pemerintah juga dapat memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani mengenai teknik budidaya tanaman obat yang baik dan benar. Dengan demikian, masyarakat dapat memperoleh pengetahuan yang cukup untuk dapat membudidayakan tanaman obat secara mandiri.

Baca Juga :  Jesika Lesmana Guru SDN 05 Baringin, Batusangkar Wakili Sumbar ke Tingkat Nasional

Lebih lanjut, pemerintah dapat memberikan insentif bagi petani yang berhasil membudidayakan tanaman obat. Insentif ini dapat berupa bantuan keuangan, sarana produksi, atau akses pasar yang lebih luas. Dengan adanya insentif, petani akan lebih termotivasi untuk mengembangkan usaha budidaya tanaman obat. Selain itu, pemerintah juga dapat bekerja sama dengan lembaga penelitian untuk mengembangkan varietas tanaman obat unggul yang memiliki ketahanan terhadap penyakit dan hama serta kandungan zat aktif yang tinggi. Varietas unggul ini kemudian dapat disebarluaskan kepada petani sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman obat.

Dalam konteks konservasi, penanaman bibit tanaman obat merupakan upaya yang sangat penting. Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan baku obat-obatan tradisional, penanaman tanaman obat juga dapat membantu menjaga kelestarian keanekaragaman hayati. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang membudidayakan tanaman obat, maka tekanan terhadap populasi tanaman obat di alam liar dapat berkurang.

Selain itu, penanaman tanaman obat juga dapat membantu memperbaiki kualitas lingkungan, seperti mencegah erosi tanah dan meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah.
Tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, penanaman tanaman obat juga memiliki potensi ekonomi yang besar. Tanaman obat yang dibudidayakan dengan baik dapat menjadi komoditas yang bernilai tinggi, baik dalam bentuk tanaman segar, olahan, maupun produk turunannya. Dengan demikian, masyarakat dapat meningkatkan pendapatannya melalui budidaya tanaman obat. Pengembangan industri obat tradisional berbasis tanaman obat dapat membuka lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

Upaya pelestarian tanaman obat tidak dapat dilakukan sendiri oleh pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat. Peran serta masyarakat sangat penting dalam menjaga kelestarian tanaman obat. Masyarakat dapat berperan aktif dengan cara menanam tanaman obat di pekarangan rumah, sekolah, atau tempat umum lainnya.

Baca Juga :  Lapangan Cindua Mato, Riwayatmu Kini

Masyarakat juga dapat berperan dalam menyebarluaskan pengetahuan tentang pentingnya pelestarian tanaman obat kepada generasi muda. Dengan demikian, upaya pelestarian tanaman obat dapat berjalan secara berkelanjutan. (*)

Sumber gambar: www.https//ilmubudaya.com