Opini Oleh: Novfita Risma Yenni
(Mahasiswa Universitas Andalas Jurusan Sastra Minangkabau)
Tengku Pangeran Siak biasa juga disebut dengan nama Tengku Pangeran Kesuma Delaga, yang diberikan gelar oleh Syaid Zen Al Jufri seorang cucu dari Sultan Alamuddin Syah Tengku Pangeran Siak merupakan seorang panglima angkatan peran kerajaan Siak yang sangat berkuasa. Beliau menjadi panglima sejak pemerintahan Siak yang ke 7 – 8. Ia juga berperan menggantikan Sultan Ibrahim kepada Sultan Ismail. Ia menjadi pemangku kerajaan Siak akibat ketidakmampuan Sultan Ibrahim menjalankan kepemerintahan.
Tengku Pangeran Dilaga dan Tengku Muhammad dibuat perjanjian dan bertanda tangan. Ketiga bangsawan ini menyusul anak raja Siak dan diantara mereka, kepada daerah 4 suku Tanah Datar , Lima Puluh Kota, Pesisir, Kampar dan tempat daerah lainya. Tengku Pangeran Siak juga merupakan sosok penting dalam pendudukan Inggris terhadap pulau Jawa, selain mengantarkan diplomasi dia juga menyetujui langkah Inggris menduduki pulau Jawa. Pembahasan teks dalam surat surat Tengku Pangeran Siak dalam perspektif jurnalisme. Teks dalam surat ini memenuhi prinsip prinsip dianut oleh jurnalisme di antaranya komprensif, factual, professional.
Sosok Tengku Pangeran Siak bisa juga dikenal sebutan Tengku Pangeran Sukma Dilaga ia merupakan sosok yang diutus Raffles untuk mengantarkan surat/naskah kepada pemimpin penguasa pulau Jawa bersama John Scott dari Malaka (23-12-1810) _ Indramayu dan Cirebon (26 april 1811). Ia memberi 5 naskahnya walaupun tidak diterima satu pun oleh Raffles.
Jurnalisme dalam surat – surat Tengku Pangeran Siak , jurnalisme berlaku pada zaman Romawi kuno pada masa kepemimpinan Julius Caesar (100-44 SM). Hal ini merujuk untuk mengetahui hasil sidang, peristiwa penting, kegiatan mengumumkan hasil sidang dan berbagi tentang pengetahuan publik. Seiring berjalan nya zaman penyebaran informasi melalui tulisan semakin berkembang pesat dari marak nya menggunakan daun, sampai sekarang menggunakan kertas dan mrsin cetak pada masa abad ke 15 dan masa modern menggunakan alat alat digital atau secara online.
Dengan demikian sejarah jurnalisme sesungguhnya berkelindun dengan filologi. Semua kegiata karyawan bertujukan bemberi informasi kepada khalayak \ masyarakat luas. Jurnalisme memiliki empat fungsi sekaligus tanggung jawab untuk penyebaran informasi terdapat fungsi untuk mendidik, menghibur, dan kontrol sosial masyarakat. Informasi yang diberikan berupa fakta, nyata tampa sentuhan (diberikan tanpa berhadapan).
Frekuensi surat Tengku Pangeran Siak menulis pada tanggal 12 Zulhijah 1225 (8 januari 1811) dalam surat pertama informasi bahwa Tengku Pangeran Siak meninggalkan Lingga pada 13 Zulhijah (9 januari 1811). Surat kedua ditulis pada delapan hari dari surat pertama informasi yang didapat pada surat kedua menghabiskan bulan haji di Singkep. Tulisan surat ketiga pada (5 april 1811) informasi menceritakan apa yang terjadi selama perjalanan 2,5 bulan. Pada 6 April 1811 Pangeran Siak lanjut menulis surat ke empat dan selanjutnya membuat tulisan kelima pada tanggal 15 April 1811, naskah ini juga berada di Muntok. Informasi yang didapat mereka berlayar ke tanah Jawa dengan perahu yang mereka beli tengah ratus ringgit itu.
Reportase perjalanan dilihat dari 5 naskah yang dibuat oleh Tengku Pangeran Siak untuk Rafles selama pelayaran dari Malaka sampai pulau Jawa berkaitan. Kelima naskah itu saling melengkapi isi kandungan dalam surat satu sama lain, tidak hanya urutan kisah dialami Tengku Pangeran Dilaga juga menyangkut nama tokoh, tempat, dan rincian peristiwa. Alur dalam naskah ini tidak alur maju tetapi ke arah jalur flass back. Informasi yang terkandung dalam surat pertama dan kedua bahwa Pengeran dan rombongan dari Lingga berlabuh ke Singkep karena cuaca buruk serta berencana ke Palembang baru ke pulau Jawa.
Dalam surat ke 3 Tengku menceritakan secara detail rute perjalanan dari Lingga singgah ke pulau Barhala, Jambi dan Muntok. Informasi surat ke 4 dan 5 melanjutkan perjalanan ke Jawa. Selama perjalanan reportase berupa menggali informasi dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran dan indra penciuman dengan bahasa yang menggugah.
Tengku Pangeran Siak mengaku tidak menyetujui pernyataan Raden Muhammad yang menyatakan mengeluarkan rencana kedudukan Inggris ke pulau Jawa. Tengku merasa khawatir dikarenakan kapal bocor, kekhawatiran membuncah lantaran angin di laut bertiup kencang.
Tengku Pangeran Siak juga memberikan informasi dalam surat itu bahwa kapal yang bocor dan hujan angin, akan mengakibatkan berlayar di tengah laut, para pelayar bisa berjalan selama bulan Haji dan Tengku juga khawatir akan adanya gelombang tinggi mengakibatkan ke Jawa datangnya akan terlambat. Dan memberitahu Raffles bahwa akan menghabiskan waktu sisa Zulhijah di pulau Singkep. Dan mengubah rencana serta melanjutkan perjalanan Ketika cuaca bersahabat, cerah dan meneruskan mereka terus berlayar pada 19 Januari 1811.
Tengku Pangeran Siak juga pergi ke Palembang berniat untuk mengetahui langsung sikap Sultan Palembang terhadap rencana Inggris menduduki Jawa dan menggali informasi kondisi tanah Jawa. Tengku Pangeran Siak mersa tertekan sehigga berniat untuk menyerang Belanda di Palembang. Tengku Pangeran Kembali menyatakan ketidaksukaan kepada sikap Raden Muhammad dan Syahid Abu bakar Rum dikarenakan menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan Rafles kepada mereka demi kepentingan diri sendiri dalam hal perniagaan. Tengku juga melihat tidak adanya keseriusan Pangeran Sultan Palembang atas pengusiran Belanda sebagaimana permintaan orang Inggris. Akhirnya mereka mengusir dikarenakan takut terhadap jendral Betawi. Dalam surat ketiga mulai depresi dikarenakan tidak ada satupun surat dibalas oleh Raffles.
Dalam surat ke empat, ia mengungkapkan bahwa Tengku Sayid Abu Bakar melarikan diri meninggalkan Palembang dan berlayar ke Jawa. Kesimpulan yang bisa diambil Tengku Pangeran Siak sangat amanah dan bertanggung jawab terhadap yang diperintahkan dan menanggung resiko dimusuhi penguasa di tanah kelahirannya. (*)