Antara Shadiq Pasadiqoe dan Suherman, Siapa Kuat?

IMG 20230116 074632
IMG 20230116 074632

Opini Oleh: Muhammad Intania, SH
Sekretaris LBH Pusako

Memasuki awal tahun 2023, aura menuju pemilihan legislatif (pileg) DPR RI sudah semakin terasa walau belum dikatakan memanas. Anggap saja saat ini masih terasa suam suam kuku. Mengapa demikian? Karena Daftar Caleg dari partai belum direlease secara resmi. Yang muncul barulah syahwat politik individu para Bacaleg untuk maju di partai yang diminati.

Kali ini penulis membahas tentang peluang H. Suherman (selanjutnya disebut: Suherman) dan Ir. M. Shadiq Pasadigue, SH, MM (selanjutnya disebut: Shadiq Pasadigue) yang kedua duanya saat ini menjadi bakal calon legislatif (bacaleg) DPR RI yang merupakan putra terbaik Tanah Datar yang juga sama sama jadi bacaleg melalui partai NasDem.

Ulasan kali ini merupakan ulasan opini / pendapat penulis dan ditambah dengan opini / pendapat orang lain berbasis data. Jadi jika ada pembaca yang punya opini / pendapat berbeda, maka dipersilahkan juga untuk membuat artikel opini tandingan agar dapat memperkaya wawasan publik.

Sejatinya publik Tanah Datar patut berbangga bahwa ada 2 orang putra terbaik daerah yang berkeinginan untuk mencurahkan pikiran dan tenaganya untuk turut ambil bagian berkiprah membangun daerah melalui jalur legislatif di DPR RI.

Baik Suherman maupun Shadiq Pasadigue diyakini bukan tipe orang yang mencari pekerjaan di DPR RI nantinya. Artinya, bukan menjadikan DPR RI sebagai sarana untuk mendapatkan pekerjaan. Mereka berdua diketahui punya kecukupan finansial yang bisa menepis anggapan segelintir orang yang pesimis yang menyatakan nantinya jika menjadi anggota DPR RI itu hanya untuk mendapatkan pekerjaan.

Kita ketahui mereka berdua adalah tipe manusia yang memiliki karakter gigih mencapai tujuan. Bagi mereka, pernah gagal bukan alasan untuk menyerah dan menyalahkan keadaan. Mereka berdua tipe manusia optimis yang selalu bangkit dan memperbaiki diri untuk bergerak maju kembali. Suatu semangat positif yang sebenarnya patut ditiru oleh generasi muda saat ini.

Pada pileg tahun 2019 lalu, kita ketahui mereka berdua sama sama mencalonkan diri maju ke DPR RI dari Dapil Sumbar 1 dan sama sama belum terpilih untuk duduk di kursi DPR RI pada saat itu.

Suherman maju melalui Partai PKB dengan perolehan suara 15.698 dengan suara terbanyak di Tanah Datar sejumlah 5.743 suara, dan menempatkan Suherman sebagai peraih suara terbanyak di Partai PKB dari Sumbar 1. Sedangkan Shadiq Pasadigue maju melalui Partai PAN dengan perolehan suara 60.421 dengan suara terbanyak juga di Tanah Datar sejumlah 39.037 suara, dan menempatkan Shadiq Pasadigue pada urutan ke 3 dibawah Athari Ghauti Ardi dan H. Mhd. Asli Chaidir, SH.

Nah sekarang mereka berdua (Suherman dan Shadiq Pasadigue) maju kembali menuju kursi DPR RI, sebuah komitmen yang patut kita apresiasi dan dukung bersama, dimana kali ini maju melalui partai yang sama yaitu Partai NasDem di Dapil yang sama Sumbar 1, sehingga menarik untuk kita bahas peluang mereka meraih kursi DPR RI pada 2024 nanti.

Baca Juga :  Yuni Darlis Caleg Partai Nasdem Tanah Datar Dapil I Gelar Wirid Yasinan

Dilihat dari kacamata kepartaian, jika partai NasDem tetap dapat menjaga momentum Anies Effect hingga pileg nanti dan dapat menangkis serangan lawan politik yang masih berusaha untuk menghancurkan popularitas dan elektabilitas bacapres Anies Baswedan, maka posisi partai NasDem akan terus dapat simpati rakyat dan dengan sendirinya Suherman dan Shadiq Pasadigue punya peluang yang sama dan akan terbantu untuk mendapatkan kepercayaan publik Sumbar 1 menduduki kursi DPR RI.

Namun jika dilihat dari kacamata sosok figur bacaleg, ini yang menjadi pembeda yang cukup signifikan diantara mereka berdua. Mari kita bahas secara head to head antara Suherman dengan Shadiq Pasadique sebagai berikut:

  1. Dari sisi pengalaman hidup khususnya di bidang politik, track record Shadiq Pasadigue jauh lebih baik dibanding Suherman. Shadiq Pasadigue terbukti telah mendapat kepercayaan masyarakat Tanah Datar dengan menjadi Bupati Tanah Datar selama 2 (dua) periode berturut turut yaitu tahun 2005-2010 dan tahun 2010-2015. Artinya selama 10 (sepuluh) tahun Shadiq Pasadigue dipercaya masyarakat Tanah Datar menjadi Pemimpin Daerah di kabupaten Tanah Datar. Belum lagi pengalaman kerja tambahan sebagai ASN (dulu disebut PNS) mulai dari level bawah ke level tinggi hingga sempat menjadi Inspektur dan Staff Ahli di kementerian bergengsi di Jakarta.
  2. Suherman dikenal sebagai sosok seorang pengusaha, sedangkan Shadiq Pasadigue dikenal sebagai seorang sosok birokrat / politikus tulen yang sudah malang melintang di dunia birokrasi daerah hingga pusat.
  3. Dari sisi kepartaian di NasDem Pusat, Shadiq Pasadigue dari Dapil Sumbar 1 menerima undangan DPP Partai NasDem dalam acara Launching NasDem Memanggil bersama 54 (lima puluh empat) orang bacaleg DPR RI dari kader NasDem pada Senin, 17 Oktober 2022 lalu, namun tidak ditemukan nama Suherman dalam undangan Launching NasDem memanggil tersebut. Artinya nama Shadiq Pasadigue dipandang lebih kredibel di mata petinggi DPP NasDem dan pengurus NasDem Provinsi untuk diusung di banding nama Suherman.
  4. Dari sisi strategi melakukan personal branding, Suherman terlihat sudah jor joran mengenalkan sosok dirinya melalui media baliho dan spanduk spanduk mulai dari baliho di pinggir jalan jalan utama dan strategis hingga spanduk spanduk di warung warung dan hingga di gubuk tempat berteduh petani di tengah sawah. Sedangkan Shadiq Pasadique untuk saat sekarang lebih mengedepankan strategi pendekatan sentuhan sosial dan terlibat langsung dengan masyarakat dan beragam komunitas mulai dari komunitas nagari, organisasi / perkumpulan dan bahkan komunitas intelektual sekalipun.

Penulis memandang bahwa pola strategi pemasangan baliho dan menyebar spanduk ke beragam lokasi adalah upaya untuk mengenalkan figur Suherman agar dapat pengakuan (dapat tempat) di mata pengurus partai Nasdem baik pengurus partai kabupaten, pengurus partai provinsi dan pusat. Selain itu mungkin juga untuk menunjukkan kepada publik bahwa sosok Suherman adalah sosok yang bonafit dan layak diberi amanah.

Baca Juga :  Pentingnya Pengelolaan TBM Berbasis Kultural

Namun apabila hal ini tidak ditindaklanjuti secara profesional strategi pemasangan baliho dan spanduk ini, maka dikhawatirkan efeknya tidak maksimal dan cenderung mubazir karena sifatnya hanya 1 arah saja (one way).

Sedangkan metode turut terlibat langsung ke dalam komunitas masyarakat, merupakan sebuah strategi yang dipandang jitu karena terjadi interaksi sentuhan personal (personal touch interaction) dan akan terjadi komunikasi timbal balik (two ways communication) antara bacaleg dengan calon konstituennya.

Strategi pemasangan baliho merupakan bagian dari personal branding, sedangkan strategi turun langsung ke calon konstituen adalah gabungan antara melakukan personal branding dan self marketing sekaligus. Jadi kita harus bisa membedakan antara branding dengan marketing ya, hehehe.

Shadiq Pasadigue dipandang lebih dahulu menjalin hubungan dengan publik (public interaction) dan lebih komunikatif serta dapat menciptakan personal touch dengan calon konstituennya dibanding Suherman. Shadiq Pasadique sudah dari awal berada di tengah tengah komunitas masyarakat, sementara Suherman sampai saat ini diketahui masih banyak berada di luar dapilnya sendiri daripada memilih bergaul dengan masyarakat di Dapil nya.

Sikap ini juga menjadi perhatian pengamat, apakah sebenarnya dari sisi kesiapan mental seorang Suherman belum siap terjun ke medan perang dan hanya sanggup memantau prajuritnya dari kejauhan saja?Suherman terbaca sudah lebih dahulu menyiapkan tim dan alat dukung sosialisasi, baik berupa kendaraan operasional, alat berat, baju seragam, dll. Di satu sisi terlihat bagus dan dapat menjadi efek pengetar (deterrent effect) bagi kompetitor. Namun bagi pengamat politik dan publik yang cerdas serta bagi kompetitor sendiri, langkah yang ditempuh Suherman tersebut dipandang sebagai langkah yang terlalu dini, tidak efektif dan cenderung mubazir bagaikan buang buang peluru diawal pertempuran, sementara perjalanan masih panjang. Artinya, akan lebih banyak peluru yang terbuang di awal pertempuran di banding yang kena sasaran. Namun hal itu sah sah saja dalam melakukan sosialisasi.

Baik Suherman maupun Shadiq Pasadigue sudah beberapa kali pindah partai. Bagi orang yang terbiasa berada di zona nyaman, pindah partai dianggap sikap kutu loncat dan tidak loyal dan harus tetap bisa mengabdi di suatu partai walau sudah tidak sesuai lagi dengan komitmen awal hingga harus dibawa sampai mati. Namun bagi orang orang yang punya integritas tinggi, berjiwa optimis dan gigih mencapai tujuan seperti karakter yang dimiliki Suherman dan Shadiq Pasadigue ini, maka pindah partai adalah pilihan yang tepat selama saat berada dalam suatu partai telah menunjukkan komitmen dan dedikasi serta pengabdian.

Orang yang berjiwa optimis, gigih dan berintegritas tinggi seperti sosok Suherman dan Shadiq Pasadigue ini cenderung sebagai pribadi yang memegang komitmen. Berkarya dalam jangka waktu yang disepakati bersama dan berani kapanpun keluar dari zona nyaman untuk mencapai tujuan baru.

Baca Juga :  Jelang Pemilihan Kepala Desa, PPKDes di Sawahlunto Ikuti Pembekalan

Secara kualitas, orang yang banyak mencoba hal hal baru / suasana baru / sistim baru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman baru, dan itu akan menambah kompetensi diri seseorang / lebih kualified dibanding orang yang memilih suasana monoton.

Fakta juga menyatakan, orang yang lebih banyak berpindah tempat / berpindah suasana cenderung lebih terbuka wawasan berpikirnya, lebih banyak relasi dan cenderung lebih sukses karirnya di banding orang yang hanya monoton di suatu tempat.

Secara umum, maka tidak salah pandangan objektif seorang senior pengamat politik Tanah Datar yang menyampaikan bahwa secara head to head Suherman bukanlah lawan berat bagi Shadiq Pasadigue karena diatas kertas, baik kompetensi diri, pengalaman dan “kelas” seorang Shadiq Pasadique jauh diatas Suherman dalam kancah politik terapan lokal dan nasional.

Kesimpulan

Dari uraian diatas penulis simpulkan bahwa cukup berat bagi Suherman untuk mengalahkan Shadiq Pasadique, apalagi di Tanah Datar sendiri.

Namun, ibarat permainan bola, sah sah saja seorang komentator atau penonton berucap bahwa hasil diatas kertas dan di lapangan bisa akan beda nanti jika Dewi Fortuna berpihak kepada saah satu pihak. Namun bagi seorang pengamat yang menganalisa berdasarkan data, maka akan bisa memberikan argumentasi yang lebih rasional dibanding hanya berserah diri kepada peruntungan semata. Lagi pula konsep aji mumpung tidak berlaku di medan perang, melainkan jika salah satu pihak mampu menemukan dan menjalankan strategi yang jitu untuk mengalahkan lawan secara terhormat.

Namun jika bisa dipahami bersama dalam koridor kepentingan dan tujuan politik untuk agar sama sama dapat berperan bagi kemajuan Tanah Datar dan Dapilnya, maka penulis menyarankan kepada kedua calon terbaik dari partai NasDem ini untuk BERSINERGI.

Dari pada menempuh peperangan internal dalam satu partai, lebih baik bersekutu antara Suherman dengan Shadiq Pasadigue menghadapi kompetitor dari partai di luar NasDem. Hal ini jauh lebih baik dan lebih efektif dari pada pecah suara dan jatuh ke tangan caleg dari partai lain.

Kali ini penulis tidak akan memberikan informasi lebih detail menyangkut strategi pemenangan Suherman ataupun Shadiq Pasadigue karena penulis bukan bagian tim salah satu dari mereka.

Selain itu juga karena penulis adalah bagian dari sebuah Tim Konsultan Politik Studia Politika yang hanya akan memberikan pendalaman materi, analisa, konsep dan strategi, penetapan strategi, serta pengolahan data, evaluasi, dll hanya kepada salah satu klien yang akan bekerjasama dengan Tim Konsultan Politik Studia Politika nantinya.

Kini, kita patut berbangga dengan adanya beberapa orang putra daerah Tanah Datar maju ke DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi. Jika mereka sukses tentu Tanah Datar akan semakin maju. Mari kita satukan tekad, di DPR RI ada putra Tanah Datar, di DPD RI ada putra Tanah Datar, dan di DPRD Provinsi banyak putra Tanah Datar. (*)

Penulis: Muhammad Intania, SH